MajmusSunda News, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (17/2/2025)-Pesisir pantai Jawa Barat Selatan (Jabsel) dibalik keindahannya yang mempesona banyak menyimpan cerita misteri dan mitos
Pesisir Pantai Pelabuhanratu Sukabumi tak hanya dikenal dengan kamar hotel yang benomer 13 yang konon katanya khusus dihuni Nyi Roro Kidul dan bagi penginapnya bisa bertemu dengan Ratu yang berjuluk Ratu Pantai Selatan
Deburan air laut berpadu dengan hembusan angin, membawa aroma khas samudra yang menyelinap ke sela-sela dedaunan pohon kelapa yang melambai di tepi pantai. Ternyata menyimpan tabu (larangan) bagi siapa saja yang datang ke pesisir Pantai Pelabuhanratu
Ada satu kepercayaan yang terus diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, hingga sekarang tabu mengenakan pakaian hijau saat berada di pantai. Mitos ini bukan sekadar cerita atau omon-omon, melainkan kisah yang berakar kuat dalam budaya masyarakat pesisir.
Mitos ini sudah lama tertanam dalam masyarakat, menyatu dengan legenda Nyai Roro Kidul, sang Ratu Pantai Selatan. Konon, warna hijau adalah warna favorit sang ratu.
Bagi siapa saja yang datang atau wistawan yang mengenakan pakaian hijau di pesisir pantai dipercaya akan menarik perhatiannya, hingga akhirnya ‘dipanggil’ ke dalam laut. Beberapa kisah turun-temurun bahkan menyebutkan kejadian-kejadian misterius yang dialami oleh mereka yang melanggar larangan ini.
“Cerita itu sudah turun temurun di masyarakat pesisir selatan Palabuhanratu jadi semacam urban legend, soal pakaian hijau. Konon katanya warna favorit penguasa pantai selatan,” kata Dedi (55) salah seorang nelayan Palabuhanratu kepada wartawan Sabtu (15/2/2025).
Tabu ini bukan sekadar cerita, tetapi bagian dari kearifan lokal dan sudah melekat dipercaya masyarakat di pesisir Pantai Jabar Selatan atau Pesisir Pantai Pelabuhanratu.
“Ada beberapa kejadian kecelakaan wisatawan, sering dikaitkan dengan pakaian yang dikenakan, mayoritas hijau. Namun faktanya mayoritas korban yang ditemukan meninggal dunia mengambang di lautan kadang tidak ada pakaian yang melekat di tubuh,” kenang Dedi sambil menerawang air laut Pelabuhanratu yang tampak menghijau.
Di balik mitos yang kental dengan nuansa mistis, ada pula logika yang bisa menjelaskan larangan ini.
Warna hijau pada pakaian cenderung menyatu dengan warna air laut, membuatnya lebih sulit dikenali jika seseorang terseret arus. Ini bisa menjadi salah satu faktor yang mempersilit pencarian korban dalam operasi penyelamatan.
“Dalam beberapa kasus kecelakaan laut, pakaian hijau memang sulit terlihat di antara ombak, apalagi jika cuaca mendung atau senja mulai turun, mungkin itu yang menjadi alasan,” ungkap Nuriansyah seorang anggota Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Citepus, Palabuhanratu.
Cahaya matahari yang semakin redup memperburuk visibilitas pencarian korban kecelakaan laut, dan warna hijau menjadi seperti bayangan yang lenyap ditelan lautan.
Mitos tentang pakaian hijau seolah menjadi cara masyarakat lokal untuk mengingatkan bahwa laut bukan sekadar tempat rekreasi, tetapi juga wilayah yang menyimpan risiko besar.
Bagi sebagian orang, mengenakan pakaian hijau di Pantai Selatan adalah tindakan nekat, seperti menantang sesuatu yang tidak terlihat.
Namun bagi yang lain, ini hanyalah kepercayaan yang belum tentu terbukti kebenarannya. Apapun sudut pandangnya, yang terpenting adalah memahami bahwa keindahan Palabuhanratu harus dinikmati dengan penuh kewaspadaan.
Terlepas dari apakah seseorang percaya pada mitos ini atau tidak, satu hal yang pasti, pantai selatan Jawa memang memiliki ombak yang ganas dan arus bawah yang berbahaya.
Banyak wisatawan yang abai terhadap peringatan, bermain terlalu jauh ke tengah laut, lalu terseret arus tanpa sempat meminta pertolongan.
Judul: Tabu Gunakan Baju Hijau Dibalik Keindahan Pesisir Pantai Pelabuhanratu
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS