Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dalam Langkah Asah – Asih – Asuh bagi Ki Sunda

Artikel ini ditulis oleh: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja

Penjaga NKRI
Ilustrasi: Penjaga NKRI - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/09/2024) – Artikel dalam Kolom Ernawan berjudul “Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dalam Langkah Asah – Asih – Asuh bagi Ki Sunda” ini ditulis oleh: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM., Anggota Dewan Pini Sepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Sudah 79 tahun sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan secara fisik, melepaskan diri dari kolonialisme dan sekarang dalam proses mengisi kemerdekaan. Pelbagai peristiwa yang penuh heroik dan romantik, serta terkadang bercucuran darah untuk membangun identitas keindonesiaan  pun telah dilakukan.

Upaya untuk mewujudkan bangsa yang berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) telah tercatat dalam buku sejarah bangsa dan suku bangsa Sunda pun ikut tercatat di dalamnya. Namun, kemajuan Indonesia setelah 79 tahun Merdeka belum sebanding dengan apa yang telah dicapai oleh bangsa lain yang usia kemerdekaannya sama atau memiliki potensi yang sama.

Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM.
Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja, M.Psi., M.B.A., CIQA., CQM., CPHRM. – (Sumber: Koleksi pribadi)

Salah satu contohnya bisa kita lihat pada bidang ekonomi. Pendapatan perkapita Indonesia selalu berada di bawah bangsa lain, kecuali di atas sedikit dari negara-negara miskin di Afrika. Bahkan, jauh sekali jika dibandingkan dengan negara-negara yang usai kemerdekaannya jauh sesudah kita, seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Aljazair, dan lain-lain. Negara kita kondisi ekonominya masih terseok seok.

Kondisi sekarang dengan terjadinya arus globalisasi yang didukung kuat Neo Kapitalisme dan Neo Liberalisme, bangsa kita nyaris tidak lagi memiliki ideologi dan identitas kebangsaan, di mana budaya, hukum, politik, ekonomi, dan pendidikan bangsa terus tergerus oleh kejahatan teknologi dan materialistis yang dipola oleh oligarki.

Akhirnya, kita hanya sekedar menjadi pasar dari produk multinational corporation, dilain pihak telah pula menjadi bangsa yang ketagihan dan menderita ketergantungan hutang. Martabat bangsa kita sudah tidak lagi menjadi kebanggaan.

Melihat kenyataan seperti ini, mampukah kita suku bangsa Sunda melakukan introspeksi tentang hakikat keberadaan kita sebagai suku bangsa terbesar kedua di Indonesia (bukan Nusantara) yang memiliki tanggung jawab  terhadap masa depan bangsa Indonesia?

Mampukah kita bersikap mandiri untuk memberi contoh terhadap negara? Kita melakukan evaluasi dan mencari solusi  secara bertahap, tetapi pasti terhadap pelbagai persoalan bangsa, terutama pendidikan, ekonomi, hukum, dan sebagainya yang sedang mengalami krisis multi dimensi ini, bisa bertahap dimulai dari Jawa Barat, Banten, dan Betawi/DKI.

Bersama kita Tohaga Ngajomantara, yakni maju dengan berani menyatakan bahwa pola Ki Sunda melalui Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dengan ageman budaya perilaku “Silih Asah – Silih Asih – Silih Asuh” yang bermuara dan membentuk karakter bangsa, yakni “Cageur – Bageur – Bener – Pinter – Singer – Wanter” adalah yang terbaik adanya.

Dengan ketohagaan kita yang masagi, dilingkupi oleh Dewan Pinisepuh, Dewan Pakar (berakar tujuh bidang), dan Badan Pekerja, kita masih memiliki nurani kepedulian terhadap keberlangsungan hidup bangsa, mari kita dorong dan pa heuyeuk-heuyeuk leungeun bangsa Indonesia secara umum dan suku bangsa Sunda secara khusus untuk lebih maju.

Dengan masa lalu sejarah Sunda bihari yang gemilang, sebagai landasan evaluasi , tanpa perlu saling menghujat, dan mencaci maki, tetapi berbuat positif. Luhung Ageman Ki Sunda, Jembar Bangsa Tur Nagarana.

***

Judul: Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dalam Langkah Asah – Asih – Asuh bagi Ki Sunda
Penulis: Dr. Ernawan S. Koesoemaatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Advertorial
Advertorial

MajmusSunda.Id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *