Sunda Kehilangan Kemampuan Lahirkan Pemimpin Nasional, Iip D. Yahya: Kurang Bercermin pada Sejarah

Iip D. Yahya
Iip D. Yahya, peneliti sekaligus penulis kesundaan dan kepesantrenan - (Sumber: jabar.nu.or.id)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/09/2024) – Iip D. Yahya dikenal sebagai seorang peneliti sekaligus penulis kesundaan dan kepesantrenan mengatakan bahwa saat ini  orang Sunda sudah kehilangan kemampuan kolektif dalam melahirkan kepemimpinan nasional. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena minimnya kesadaran untuk bercermin kepada sejarah.

“Generasi sekarang tidak tahu, jasa yang dilakukan oleh generasi lalu, seperti ada mata rantai yang putus karena generasi sekarang tidak mencari tahu apa yang telah diperjuangkan oleh generasi lalu,” kata Iip saat menjadi narasumber dalam acara Keurseus Budaya Sunda bertema “Nyalusur Akar Pamikiran Pulitik Sunda”, Rabu (18/9/2024).

Wiranatakusumah V
Wiranatakusumah V -(Sumber: National Geographic)

Iip memberikan contoh figur tokoh sejarah Wiranatakusumah V atau Otto Iskandar di Nata. Menurutnya, pelajaran dan pengetahuan dari masa lalu itu sangat penting untuk melangkah pada masa sekarang dan masa depan.

Saat ini, tegas Iip, orang Sunda dipaksa berpolitik di lahan orang lain. Selain itu kata “Sunda” sudah kehilangan kekuatan untuk menyatukan lagi orang Sunda sebagai kekuatan politik untuk kepentingan orang Sunda.

Berpijak dan berangkat dari catatan sejarah orang Sunda masa lalu, kata Iip, pelajaran politik orang Sunda dimulai pada 1919 ketika Paguyuban Pasundan yang berdiri pada 1913 mengeluarkan pernyataan, “Inginnya paguyuban memajukan orang Sunda, supaya kekuatannya bertambah, kemudian berusaha memajukan kehidupan dengan menekankan pengajaran atau pendidikan di rumah dan sekolah agar pikirannya bertambah dan kehidupannya makin senang.”

Kemudian pada 1921, tutur Iip, Paguyuban Pasundan memiliki wakil Kosasih Soerakoesoemah di Volksraad atau Dewan Rakyat yang berada di Belanda.

***

Judul: Sunda Kehilangan  Kemampuan Lahirkan Pemimpin Nasional, Iip D. Yahya:  Kurang Bercermin pada Sejarah
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *