MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Rabu (06/08/2025) – Artikel berjudul “Raden Ema Bratakusuma Tokoh Sunda Besar Welas Asih (LODAYA SUNDA),” ini ditulis oleh: Ambu Rita Laraswati, selaku Ketua Yayasan Sunda 13 Buhun.

Tokoh Jawa Barat yang sangat menolak negeri di jajah bangsa lain. Tokoh pejuang yang ingin merdeka dari penjajahan yang mendapat julukan LODAYA SUNDA. Kepedulian pada tanah air dan banyak karya hasil perjuangan yang patut oleh generasi muda zaman ini di jadikan guru besar untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, cinta pada tanah air, meluhurkan budaya. Terutama kecintaanya pada Sunda. Budaya sunda patut juga kita jadikan guru besar oleh generasi zaman ini agar tetap pada jati diri Sunda.
Pada hari Rabu, tanggal 30 Juli 2025 (dinten Buda,12k kliwon, sasih Margasira, taun 1962 Caka Sunda), Saya bersama keluarga dari Aki Ema Bratakusuma melakukan perjalanan ziarah kubur ke kota Ciamis tepatnya di Desa Baregbeg.
Sesampai di makam, hati saya berkata, seorang tokoh pejuang kemerdekaan, merebut kemerdekaan (1920-1945), mempertahankan kemerdekaan (1945-1948), membangun kota Bandung (1948-1950), membereskan kehidupan masyarakat sambil mengembangkan dan melestarikan budaya Sunda (1950-1984). Tokoh Sunda yang sudah berbuat banyak untuk Kota Bandung khususnya dan Jawa Bara. Makamnya sangat sederhana, tidak ada gapura yang bertuliskan nama besar Aki Ema Bratakusuma, hanya ada di batu nisan yang sangat sederhana.
Harapan Makam Aki Ema Bratakusuma diberikan ciri atas nama besar beliau, agar generasi muda tahu sejarah dan perjuangan orang terdahulu dan mengenang perjuangan semasa hidup untuk masyarakat, tanah air, budaya Sunda dan sifat sosialnya dan sifat welas asihnya.
Sampai di pemakaman kami di sambut udara yang sejuk dan sedikit turun embun, seolah alam menyambut kami.
Kami mendoakan dan melakukan ziarah kubur, tak berselang waktu cahaya matahari memancar memberikan tanda cahaya alam menyertai kami.
Tertulis di batu nisan nama Ema Bratakusuma, lahir di kota Ciamis, 12 April 1901, meninggal 1 Agustus 1984, di usia 83 tahun Aki Ema Bratakusuma menghembuskan nafas terahirnya. Kurun waktu 41 tahun Aki Ema Bratakusuma di pembaringan yang kekal (Mucang labuh ka puhu kebo mulih pakandangan) kita doakan agar ” mulih kajati mulang ka asal sampurna”, Amiin.
Sejarah kehidupan Aki Ema Bratakusuma di lahirkan dari pasangan Raden Muhamad Bratakusuma dengan Raden Kusumaningrium. Kakek dari ayah Muhamad Bratakusuma seorang Kuwu Baregbeg, Ciamis bernama Raden Wiradijaya. Kakeknya merupakan orang yang terhormat dan kaya raya, namun waktu berlalu kehidupan kakek semakin menurun, aki Ema Bratakusuma pun dalam kehidupan perihatin, Aki Ema Bratakusuma di bawa pindah ke Banjar oleh kakek karena berkerja di perkebunan karet, di kondisi itulah Aki Ema Bratakusuma suka main di hutan, orang Sunda bilang “Mineng leuleuweungan”
Tahun 1907 kakek Wiradijaya kembali ke Baregbeg karena cucunya harus masuk sekolah dasar (Tweede Klasse Inland Sche School) di Ciamis lalu pindah ke sekolah Hollandsch Inlandsehe School. Aki Ema Bratakusuka murid yang cerdas hasil ujian selalu mendapatkan nilai besar lalu lanjut ke sekolah Raja (Kweek School atau sekolah guru), lulus mendapat nilai bagus dan nomor satu. Melanjutkan Sekolah Raja di Bandung tahun 1913.
Di sekolah Raja, Aki Ema Bratakusuma sampai kelas 5 karena tidak betah harus tinggal di asrama, waktu akan naik ke kelas 6 Aki Ema Bratakusuma minggat ke Betawi di tahun 1918 tapi kembali lagi ke sekolah. Selama di Betawi Aki Ema Bratakusuma berkerja di kapal laut jadi matros, mengikuti kurus tata buku, kursus jurnalistik, berguru kepada Haji Agus Salim pimpinan redaksi surat kabar Neraca.
Tahun 1921 Aki Ema Bratakusuma kembali lagi ke Bandung dan berkerja di Perusahan Nagara Kreta Api (Staats poor) yang berkantor di kebon karet yang sekarang menjadi Balai Besar PT. KAI lalu pindah ke Kantor Perusahan Nagara di Bandung di sebut Gedung GB sampai pada ahir zaman Jepang tahun 1945. Aki Ema Bratakusuma tahun 1948 menjadi anggota Dewan Pemerintah Harian Bandung yang tugasnya menyusun kebijakan dalam bidang pemerintahan, pembangunan kota Bandung. Pada saat menjadi Dewan banyak hasil pemikiran dan ide untuk perencanaan pembangunan di Bandung dan ini adalah karya jasa besar untuk masyarakat bandung dan kota Bandung. Pembagunan kota Bandung merupakan karya besar orang sunda sendiri walaupun pemerintahan di jalankan oleh kolonial Belanda namun pemikiran dan rancangan tetap oleh orang pribumi. Sebagai anggota Dewan Pemerintahan Bandung berakhir tahun 1950.
Kegiatan dan jasa besar Aki Ema Bratakusuma bergerak di bidang sosial, politik, pendidikan, budaya. Jasa besar untuk Bandung dan berjuang ngabela membereskan masyarakat dan tanah air sambil Ngamumule kebudayan Sunda.
Keahlian yang luar biasa dalam budaya adalah melestarikan pencak silat, dari umur 9 tahun belajar silat dari kakeknya waktu di Ciamis, ayahnya memiliki perguruan pencak silat. Saat di Bandung berguru silat hampir ke semua daerah, silat Cimande di Dayeuhkolot, ke Betawi di ajar ke Bang Janibi, Bang Sabeni, belajar silat hampir setara Sunda jurus silat di kuasai oleh Aki Ema Bratakusuma. Di dunia persilatan Aki Ema sangat di senangi dan di hormati sekali.
Karya besar dan jasa besar di bidang kegiatan Pers yaitu mengeluarkan surat kabar PAJAJARAN (1918-1920), Surat Kabar SILIWANGI (1921-1926), Surat kabar KUJANG (1956). Surat kabar mengunakan bahasa Sunda yang isi berita tentang masalah politik dan sosial.
Di bidang Politik Aki Ema Bratakusuma bergabung di pergerakan nasional yang memiliki tujuan ingin memegang pemerintah dan mandiri di tanah air sendiri. Aki Ema Bratakusuma mengikuti kursus kader politik yang di adakan oleh E.F.E. Douwes Dekker yaitu Nasional Indische Partij yang terkenal dengan nama Dr. Setiabudi di gedung Graha Pancasila di jalan Wastukencana Bandung.
Melawan komunis dan merancang strategi untuk menumpas komunis (1924-1926).
Pada saat itu kaum Pergerakan Nasional tidak kuat akhirnya tidak jadi berontak, Aki Ema Bratakusuma berfikir kekuatan belum kuat melawan yang sudah kuat sama saja bunuh diri. Aki Ema Bratakusuma lebih memajukan di bidang kebudayaan, tidak berhenti untuk mendukung perguruan silat untuk terus berlatih.
Dengan kegigihan Aki Ema Bratakusuma perguruan silat di tatar Sunda dapat bersatu dalam wadah SEKAR PAKUAN pada tahun 1933.
Pencak silat adalah salah satu warisan nenek moyang yang harus di lestarikan dan setiap pemuda harus mempelajari silat karena dalam silat ada gerak olah tubuh, orang Sunda harus berani berkelahi, besar keberanian, pencak silat di butuhkan dalam merebut kemerdekaan.
Aki Ema Bratakusuma membentuk organisasi BARISAN PELOPOR PEMUDA pada saat itu kekuasan tentara Jepang mencengkram Bandung. Sebagai sekjen Organisasi Barisan Pelopor Pemuda Dr. R. Junjunan Setiakusumah, Ir. R. Ukar Bratakusuma, Duyeh Suharsa, Anwar Sultan Pamuncak selalu berkumpul untuk mencari jalan keluar agar Bandung aman pada saat Proklamasi Kemerdekaan di umumkan. Di putuskan menyusun panitia untuk memegang kekuasaan di kota Bandung tapi wali kota Bandung R. A Atmadinata tidak menyetujui akhirnya terjadi pertempuran sampai memakan korban nyawa.
Zaman revolusi jasa yang terbesar Aki Ema Bratakusuma memimpin pasukan LASKAR RAKYAT PERIANGAN yang semi militer (1945-1950). Peristiwa Bandung Lautan Api dimana mengatur rakyat yang mengungsi meninggal kota Bandung dan hidup di pengungsian, kebutuhan tempat tinggal dan makan pengungsi oleh Aki Ema Bratakusuma agar rakyat tidak menderita.
Aki Ema Bratakusuma di tawakan masuk ke TNI berpangkat Mayor setara dengan komandan Batalyon, namun di tolak karena alasan ingin kembali bersama rakyat. Saya jadi ingat cerita Aki Rohidin Siluman Merah bahwa Aki Ema Bratakusuma adalah sahabat seperjuangan, bahkan ingin minta ziarah ke makam Aki Ema Bratakusuma dan mengunjungi Kebon Binatang Bandung, tapi tidak kesampaian karena Aki Rohidin tanggal 23 Februari 2025 menghembuskan nafas terahir.
Aki Ema Bratakusuma pernah di tawaran oleh Pemerintah Belanda ingin jabatan apa di pemerintah di nagara Pasundan namun Aki Ema Bratakusuma menolak, karena tujuan adalah berjuang ingin merdeka dan menolak dijajah bangsa lain. Bahkan kerusakan kota Bandung akan di bangun lagi oleh Pemerintah Belanda. Strategi dan siasat Aki Ema Bratakusuma agar Bandung di bangun lagi mendatangkan hasil.
Tahun 1952 untuk membela rakyat dan tanah air Aki Ema Brata kusuma mendirikan organisasi PANGAUBAN SUNDA bersama dengan DAYA SUNDA yang menjadikan adanya GERAKAN PILIHAN SUNDA untuk menghadapi pemilihan umum tahun 1955.
Jasa terbesar dari sifat welas asih Aki Ema Bratakusuma di bidang pendidikan adalah mendirikan sekolah di Bandung dari SD sampai SLTA melalui YAYASAN ATIKAN SUNDA.
Aki Ema Bratakusuma juga bergerak di bidang sosial dengan membangun asrama di jalan Lengkong Besar untuk menampung rakyat dan para pejuang kemerdekaan yang cacat dan keluarganya melalui YAYASAN KUDUNG PUNTANG.
Membangun rumah petak di daerah Andir untuk rakyat yang mengungsi dari ganguan gerombolan DI/TII dengan di berikan usaha. Aki Ema Bratakusuma juga membangun asrama untuk para anak muda untuk anak yang sekolah di Bandung yang berasal dari kampung. Asrama berada di jalan Andir, Gang Ijan. Nasehat untuk para pemuda bahwa pemuda adalah harapan bangsa, generasi penerus pemerintahan, dan generasi pejuang tanah air kedepan. Nasehat untuk giat beribadah dan mengenal Tuhan selalu di sampaikan kepada pemuda, untuk berbuat amal baik. Sifat welas asih yang luhur untuk membangun orang Sunda agar menjadi manusia yang berkarakter pejuang dan berani untuk membela tanah air. Semua harta benda di salurkan untuk kepentingan orang Sunda.
Rakyat Bandung di zaman ini harus membaca tulisan ini sebagai pengetahuan bahwa hasil pembanguan dan perjuangan lepas dari penjajahan ada jasa besar dari para pendahulu kita yang tulus, iklas dan berkorban jiwa raga untuk menyelamatkan rakyat dan kota Bandung.
Salah satu karya besar pada zaman Pemerintahan Belanda adalah Kebon Bintang Bandung yang yang saat ini di kenal dengan “Bandung Zoo”. Pada zaman Pemerintahan Belanda Kebon bintang ada jasa dari Aki Ema Brata kusuma dan Aki Ukar Bratakusumah yang pernah menjadi Walikota Bandung dan Gubernur, rektor ITB, anggota delegasi komite gencatan senjata, mengantikan Pemerintah Negara Pasundan, Perdana Mentri dan merangkap mentri Pertahanan, Kementrian Umum dan Tenaga kerja, Ketua Dewan Perancang Nasional.
Berserta beberapa anggota yang berhimpun dalam “Bandoeng Vooruit”. Kebon binatang Bandung disebut DERENTEN dari bahasa Belanda. Kebon Binatang Bandung yang dahulu kala bernama BZP ( Bandoengsch Zoolongisch Park) yang secara resmi di buka pada tanggal 20 Mei 1933.
Harapan tulisan ini dapat menjadi pandangan para generasi muda zaman ini, bahwa perjuangan untuk merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, membangun kota Bandung tidaklah mudah. Patutnya kita menghargai hasil perjuangan para tokoh dahulu, mempertahankan hasil perjuangannya tidak merubah dan merusak.
Generasi muda buka mata hatimu, kota Bandung dengan kondisi saat ini ada hasil pikiran, perjuangan para pejuang dahulu jaga, rawat, lestarikan apa yang sudah di wariskan oleh tokoh pejuang dahulu.
Semoga tulisan ini menggugah jiwa dan rasa rakyat Bandung untuk semangat membuat wangi kota Bandung.
- (Cupu Manik No 13/2004, Edi.S Ekajati, Jejak Bandung)
- 06 Agustus 2025
- kaping 6s Pon, dinten Respati, Sasih Posya, taun 1962 Caka Sunda
- Yayasan Sunda 13 Buhun
***
Judul: Raden Ema Bratakusuma Tokoh Sunda Besar Welas Asih (LODAYA SUNDA)
Penulis: Ambu Rita Laraswati
Editor: Asep Ruslan