MajmusSunda News, Kolom Artikel/Opini, Minggu (19/10/2025) – Artikel Serial Tropikanisasi dan Kooperatisasi berjudul “Operasi Penangkapan Buto Bule dan Buto Ijo” ini ditulis oleh: Prof. Dr. Ir. H. Agus Pakpahan, M.S., Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dan Rektor IKOPIN University Bandung.
DALANG: (Suara tegang) Heeem! Malam yang menentukan! Setelah berbulan-bulan mengumpulkan bukti, saatnya operasi penangkapan dilaksanakan!
[Panggung gelap, cahaya biru, suasana malam yang mencekam]
LAGU PEMBUKA: MISSION IMPOSIBLE
https://www.youtube.com/clip/Ugkxmq7o7pcPnR5lUAw5aOa6gcx28anTWhY5
BABAK 1: PERSIAPAN TERAKHIR
ARJUNA: (Di command center) “Semua tim, posisi!”
TIM ALPHA:(Melalui radio) “Siap di Hotel Merdeka, mengawasi Buto Bule!”
TIM BETA:”Siap di Bandara, standby untuk Buto Ijo!”
TIM GAMMA:”Siap di 15 lokasi lain untuk sinkronisasi penangkapan!”
SRIKANDI: “Semua bukti sudah diverifikasi. Surat perintah penangkapan dari Mahkamah Agung sudah ditandatangani.”
KRESNA:”Ingat, kita menegakkan hukum, bukan main hakim sendiri.”
BABAK 2: PENANGKAPAN BUTO BULE
[Scene: Hotel Suite mewah, Buto Bule sedang meeting dengan 3 pejabat]
BUTO BULE: “Besok kita luncurkan serangan digital ke sistem KPDN! Dengan uang yang sudah saya transfer, pastikan tidak ada yang mencurigai!”
PEJABAT A:(Gugup) “Tapi sistem keamanan mereka canggih…”
BUTO BULE:”Don’t worry! Kita punya backdoor dari dalam!”
[Tiba-tiba pintu terbuka dengan ledakan kecil]
ARJUNA: (Masuk dengan pasukan khusus) “OPERASI WIBAWA SAKTI! Atas nama hukum Pandawa, Anda semua ditangkap!”
SRIKANDI:(Membacakan surat)
“Dakwaan: Konspirasi ekonomi, sabotase nasional, dan korupsi!”
BUTO BULE: “This is illegal! Saya diplomat! Saya punya immunity!”
ARJUNA:”Immunity sudah dicabut! Lihat surat dari Kementerian Luar Negeri!”
BUTO BULE DIKENAKAN PAKAIAN TAHANAN ROMPI ORANGE.
BABAK 3: PENANGKAPAN BUTO IJO
[Scene: Bandara Internasional, Buto Ijo sedang check-in]
BUTO IJO: “Cepat! Penerbangan jam 23.00 ke Singapura harus tidak terlambat!”
PETUGAS BANDARA:(Tersenyum)
“Maaf, Bapak, ada masalah dengan paspor Anda…”
[Baju petugas terbuka, ternyata Larasati!]
LARASATI: “Perjalanan Anda kami batasi sampai persidangan selesai!”
BUTO IJO:”Kalian berani…! Saya akan laporkan ke…!”
[Pasukan khusus muncul mengelilingi, Cepot dan Gareng ikut membantu]
CEPOT: (Memasang borgol) “Wah, tangan kok gemetaran? Takut ya?”
GARENG:”Nek… nek di penjara nanti bisa belajar jadi orang baik…”
BUTO IJO DIKENAKAN PAKAIAN TAHANAN ROMPI ORANGE.
BABAK 4: PENANGKAPAN SERENTAK
SUMBADRA: (Di command center) “Laporan dari semua tim: 12 tersangka lain juga sudah diamankan!”
DIGITAL TWIN COMMAND:”Semua bukti digital sudah diamankan. Server penyimpanan data berhasil disita.”
BABAK 5: REAKSI CEPAT PANDAWA
SEMAR: (Memberi pengarahan)
“Bawa mereka ke tempat aman. Proses sesuai prosedur hukum.”
KRESNA:”Dan umumkan ke publik dengan transparan. Tidak ada yang ditutup-tutupi.”
TIM MEDIA PANDAWA: “Siaran pers sudah disiapkan. Konferensi pers besok pagi.”
BABAK 6: SAAT PENJEMPUTAN
BUTO BULE: (Dalam perjalanan ke tahanan) “You don’t understand… This is bigger than you think…”
ARJUNA:”Kami mengerti. Itu sebabnya kami bertindak.”
BUTO IJO: (Masih shock)
“Bagaimana kalian tahu semua rencana kami?”
SRIKANDI:”Rakyat Pandawa adalah mata dan telinga terbaik kami.”
SABDA SEMAR PENUTUP:
Malam ini hukum ditegakkan
Tanpa pandang status dan jabatan
Yang bersalah harus mempertanggungjawabkan
Yang benar harus dilindungi
Tapi ingatlah
Penangkapan bukan akhir
Ini awal proses hukum
Menuju keadilan sejati
Besok di pengadilan
Kebenaran akan bicara
Dengan bukti dan saksi
Dengan fair dan transparan!
[DALANG: Demikianlah operasi penangkapan berhasil dilaksanakan! Bagaimana kelanjutan proses hukumnya? Saksikan di episode persidangan!]
LAGU PENUTUP: MY WAY
https://youtube.com/clip/UgkxQ3JwRfx-Dae-YyLAT6AI2TyfB0sZxqKE?si=gmA82x1lHrTWMemt
Ringkasan Buku “CONFESSION OF AN ECONOMIC HITMAN”
“Confessions of an Economic Hit Man” (Pengakuan dari seorang Perusak Ekonomi) karya John Perkins.
Identitas Buku
- Judul: Confessions of an Economic Hit Man
- Penulis: John Perkins
- Genre: Non-fiksi, Memoir, Politik-Ekonomi Global
- Tesis Utama: Perkins mengaku sebagai “Economic Hit Man” (EHM) yang bertugas untuk memerangkap negara-negara berkembang dengan utang besar, sehingga mereka dapat dikendalikan oleh Amerika Serikat dan korporasi global.
Ringkasan
Buku ini adalah memoar yang menggugah sekaligus kontroversial, di mana John Perkins mengaku memiliki peran sebagai “Economic Hit Man” (EHM) pada tahun 1970-an. Tugas utama EHM adalah meyakinkan pemimpin negara-negara Dunia Ketiga (seperti Indonesia, Ekuador, Panama, Iran, dan Arab Saudi) untuk meminjam dana sangat besar dari badan-badan seperti Bank Dunia dan USAID.
Pinjaman ini ditujukan untuk proyek-proyek infrastruktur raksasa (seperti pembangkit listrik, jalan tol, pelabuhan) yang akan dikerjakan oleh perusahaan Amerika (dalam kasus Perkins, perusahaan konsultan MAIN). Namun, proyek-proyek ini seringkali tidak dibutuhkan oleh rakyat setempat dan hanya menguntungkan segelintir elit korup di negara tersebut serta korporasi AS.
Ketika negara tersebut gagal membayar utangnya (yang memang sudah direncanakan), Amerika Serikat akan menggunakan utang itu sebagai leverage untuk menekan mereka. Tekanan ini berbentuk:
- Dukungan politik untuk kebijakan AS di PBB dan forum internasional.
- Akses ke sumber daya alam (seperti minyak) dengan harga murah.
- Pembentukan pangkalan militer AS di wilayah mereka.
- Kebijakan ekonomi yang menguntungkan korporasi AS (privatisasi, pencabutan subsidi).
Jika seorang EHM gagal, langkah selanjutnya adalah pengiriman “Jackal” (penjagal)—agen-agen CIA atau militer yang akan melakukan kudeta atau pembunuhan terhadap pemimpin yang tidak kooperatif (contoh yang disebut: Jaime Roldós di Ekuador dan Omar Torrijos di Panama). Jika jackal pun gagal, intervensi militer terbuka (seperti di Irak atau Afghanistan) adalah pilihan terakhir.
Bagaimana Sistem EHM Bekerja? (Modus Operandi)
Perkins menjelaskan metode kerjanya secara rinci:
- Mencari Target: Negara dengan sumber daya alam yang kaya (minyak, gas, kanal strategis).
- Manipulasi Data Ekonomi: Perkins dan timnya membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang terlalu optimis dan direkayasa untuk meyakinkan bahwa proyek raksasa tersebut akan mendatangkan keuntungan besar.
- Menjebak dengan Utang: Mereka meyakinkan pemerintah untuk menerima pinjaman miliaran dolar.
- Proyek ke Perusahaan AS: Uang pinjaman itu langsung mengalir kembali ke perusahaan-perusahaan teknik dan konstruksi AS (seperti Bechtel, Halliburton, dan MAIN).
- Negara Terjerat Utang: Negara tersebut terbebani utang yang tidak mampu dibayar.
- Leverage dan Kontrol: AS dan lembaga keuangan internasional (IMF, Bank Dunia) kemudian memaksa negara itu untuk melaksanakan kebijakan “penyesuaian struktural” seperti memotong anggaran untuk kesehatan dan pendidikan, menjual aset negara (privatisasi), dan membuka pasar mereka untuk perusahaan asing. Ini adalah bentuk “imperialisme modern” yang tidak menggunakan tentara, tetapi menggunakan utang dan kontrak.
Contoh Kasus yang Disinggung
- Arab Saudi: Dijelaskan sebagai salah satu kesuksesan terbesar EHM. AS membuat kesepakatan rahasia di mana keuntungan minyak Arab Saudi diinvestasikan kembali ke perekonomian AS (membeli obligasi Treasury), dan sebagai imbalannya, keluarga Kerajaan Saudi tetap berkuasa dan dilindungi oleh militer AS.
- Ekuador dan Panama: Perkins terlibat langsung di kedua negara ini. Dia menceritakan bagaimana presiden Ekuador (Jaime Roldós) dan pemimpin Panama (Omar Torrijos) yang menentang hegemoni AS tewas dalam kecelakaan pesawat yang mencurigakan, diduga karena menolak tawaran dari EHM.
- Indonesia: Buku ini menyebutkan Indonesia sebagai salah satu target di mana proyek-proyek besar direncanakan untuk menjerat negara ke dalam utang.
Tema-Tema Kunci
- Imperialisme Ekonomi: Buku ini menggambarkan bagaimana negara-negara adikuasa mengontrol dunia bukan melalui kolonialisme fisik, tetapi melalui dominasi ekonomi dan utang.
- Korporatokrasi: Perkins memperkenalkan istilah ini untuk menggambarkan jaringan kekuasaan yang terdiri dari perusahaan global, bank, dan pemerintah yang bekerja sama untuk memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan rakyat dan lingkungan di negara-negara berkembang.
- Rasa Bersalah dan Penebusan Dosa: Buku ini pada dasarnya adalah pengakuan dan penebusan dosa Perkins. Dia menggambarkan pergulatan batinnya antara godaan gaji besar dan gaya hidup mewah dengan suara hatinya yang tahu bahwa tindakannya merusak.
- Manipulasi dan Korupsi: Sistem ini bergantung pada manipulasi data ekonomi dan korupsi para elit di negara sasaran.
Kritik dan Kontroversi
Buku ini sangat kontroversial. Banyak orang, termasuk mantan koleganya, menyangkal detail ceritanya dan menyebutnya sebagai konspirasi yang dilebih-lebihkan. Kritik utama adalah:
- Kurangnya bukti fisik dan dokumen pendukung.
- Narasinya yang dramatis dan subjektif.
- Lembaga seperti Bank Dunia dan perusahaan konsultan menyangkal klaim Perkins.
Terlepas dari kontroversinya, buku ini berhasil membuka mata banyak orang tentang mekanisme tersembunyi dari globalisasi dan geopolitik.
Kesimpulan
“Confessions of an Economic Hit Man” adalah sebuah buku yang powerful dan provokatif. Ia berfungsi sebagai kritik tajam terhadap sistem ekonomi global dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Meskipun kebenaran mutlak dari semua pengakuannya sulit diverifikasi, buku ini telah berhasil:
- Memberikan perspektif alternatif tentang cara kerja dunia.
- Menjelaskan mengapa banyak negara kaya sumber daya alam justru terbelit kemiskinan dan utang.
- Menjadi pemicu diskusi tentang etika dalam ekonomi global, peran lembaga keuangan internasional, dan konsekuensi dari utang luar negeri.
Pada intinya, buku ini adalah seruan untuk kesadaran dan pertanggungjawaban, mendorong pembaca untuk mempertanyakan narasi resmi dan melihat lebih dalam pada dampak nyata dari kebijakan global.
***
Noted:
Tropikanisasi adalah sebuah konsep transformatif yang merujuk pada proses mengangkat, memulihkan, dan memodernisasi kekayaan tropis—baik dalam pangan, budaya, ekonomi, maupun spiritualitas—sebagai fondasi kedaulatan dan keberlanjutan bangsa tropis seperti Indonesia.
Judul: Operasi Penangkapan Buto Bule dan Buto Ijo
Penulis: Prof. Agus Pakpahan
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas Info Penulis
Prof. Agus Pakpahan memimpin IKOPIN University sejak 29 Mei 2023 untuk periode 2023–2027. Ia dikenal sebagai ekonom pertanian yang menaruh perhatian pada penguatan ekosistem perkoperasian dan tata kelola kebijakan publik.

Di bawah kepemimpinan Agus Pakpahan, IKOPIN mendorong kemitraan strategis dan pembenahan tata kelola kampus, termasuk menyambut inisiatif pemerintah agar IKOPIN bertransformasi menuju skema Badan Layanan Umum (BLU) di lingkungan Kemenkop UKM—sebuah langkah untuk memperkuat daya saing kelembagaan dan mutu layanan pendidikan. “Pendidikan yang berpihak pada kemajuan adalah jembatan masa depan,” demikian ruh visi yang ia usung.
Lahir di Sumedang, 29 Januari 1956, Agus Pakpahan menempuh S-1 di Fakultas Kehutanan IPB (1978) dan meraih M.S. Ekonomi Pertanian di IPB (1981). Ia kemudian meraih Ph.D. Ekonomi Pertanian dengan spesialisasi Ekonomi Sumber Daya Alam dari Michigan State University (1988). Latar akademik ini mengokohkan reputasinya di bidang kebijakan sumber daya alam, pertanian, dan pembangunan pedesaan. “Ilmu adalah cahaya; manfaatnya adalah sinar yang menuntun,” menjadi prinsip kerja ilmiahnya.
Kariernya panjang di pemerintahan: bertugas di Bappenas pada 1990-an, lalu dipercaya sebagai Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (1998–2002). Di tengah restrukturisasi, ia memilih mundur pada 2002—sebuah sikap yang tercatat luas di media arus utama.
Sesudahnya, Agus Pakpahan menjabat Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Agroindustri, Kehutanan, Kertas, Percetakan, dan Penerbitan (2005–2010), memperlihatkan kapasitasnya menautkan riset, kebijakan, dan bisnis negara. “Integritas adalah kompas; kebijakan adalah peta,” ringkasnya tentang tata kelola.
Sebagai akademisi-pemimpin, Agus Pakpahan aktif membangun jejaring dan kurikulum. Kunjungan kerja ke FEB UNY menegaskan orientasi penguatan kompetensi usaha dan koperasi, sementara di tingkat lokal ia melepas ratusan mahasiswa KKN untuk mengabdi di puluhan desa di Sumedang—mendorong pembelajaran kontekstual dan solusi nyata bagi masyarakat. “Belajar adalah bekerja untuk sesama,” begitu pesan yang kerap ia gaungkan pada kegiatan kampus.
Di luar kampus, kiprah Agus Pakpahan terekam dalam wacana publik seputar hutan, pertanian, ekonomi sirkular, dan perkoperasian—menginspirasi komunitas petani serta pemangku kepentingan untuk berinovasi tanpa meninggalkan nilai-nilai gotong royong.
Esai dan pandangan Agus Pakpahan di berbagai media bereputasi menunjukkan konsistensinya pada pembangunan yang adil dan berkelanjutan. “Kemajuan tanpa keadilan hanyalah percepatan tanpa arah; keadilan memberi makna pada laju,” adalah mutiara yang merangkum jalan pikirannya.