Narsisme Berlebihan

Artikel ini ditulis oleh: Asep Dedi, S.H.

Narsis
Ilustrasi: Seorang wanita dengan penampilan trendy sedang berselfie ria - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Sabtu (23/11/2024) – Artikel berjudul “Narsisme Berlebihan” ini ditulis oleh Asep Dedi, S.H., sehari-harinya berprofesi sebagai advokat/pengacara dan Ketua LHB Asep.

Recent situation memaksa saya utnuk kembali membuka materi-materi yang dulu dipelajari di bangku kuliah. Meskipun tidak menjalani profesi sebagai praktisi perilaku manusia,  beberapa topik cukup relevan dengan lingkungan dekat saya sehingga membuat saya tergelitik untuk mengintip kembali beberapa materi.

Asep Dedi, S.H.
Asep Dedi, S.H., penulis/Advokat – (Sumber: Koleksi pribadi)

Dalam obrolan sehari-sehari kita sering dengar seseorang melabel si Fulan dengan “Narsis” yang secara awam dipahami sebagai “pamer kelebihan” yang ada pada diri orang tersebut. Misalnya ada orang yang merasa penampilannya menarik maka ia akan memamerkan foto-foto dirinya. Ada orang yang merasa sukses akan memamerkan sesuatu yang menjadi ciri keberhasilannya.  Juga buat orang yang punya bakat akan mempertontonkan kepiawaiannya.

Pokoknya everything is about him/her deh as if they were the centre of universe. Apa saja harus dibuat pengumuman. Apakah itu salah? Enggak salah sih. Boleh banget! Apalagi sekarang sudah ada media sosial (medsos) yang bisa membantu  supaya semakin “bisa dilihat orang”.

Nah, ternyata di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi 5 (DSM-5), gejala-gejala seperti ini pada tingkatan tertentu dimasukkan dalam kondisi mental disorder. Oh iya, DSM-5 ini buku andalan komunitas psikologi. Di DSM-5 ini nama kerennya  Narcisstic Personality Disorder atau disingkat NPD.

Secara singkat definisinya begini “… mental health conditions that affect how a person views themselves and others.  People with NPD have an exaggerated sense of self-importance, a need for admiration and lack of empathy“.

Beberapa karakteristiknya: 1) Exaggerating their achievements and talents; 2) Fantasizing about unlimited success, power, beauty and ideal love; 3) Believing they are ‘special’ and only can be understood by other special or highly status people, and; 4) So on …

Kalau dibaca, NPD memang ada keyword-nya … exaggerate.

Namanya behavior, kadang ada event kemunculannya. Namun, kalau event ini terus berulang, kan jadi pola tuh! Sesuatu yang tadinya wajar, tetapi karena berlebihan (exaggerated) jadinya malah jadi enggak wajar.  Jadi enggak salah juga kalau dikasih label begitu.

Beruntung banget buat orang-orang yang punya lingkungan yang bisa menjadi safety brake mereka yang kalau kita lagi agak melenceng, ada yang ngingetin, minimal nyindir sambil becanda. Jadi melencengnya enggak kejauhan.

*D*mn, I just realized that we really need those kind of friends, indeed. Morale of story, maintain your positive circle, coz even an introvert needs a friend too. No offense, it’s just my two cents.

Yuk kita kita rehat dulu. We still have 2 days to finish the week.

***

Judul: Narsisme Berlebihan
Penulis: Asep Dedi, S.H., Ketua LBH Asep/Advokat
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *