MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Rabu (13/08/2025) – Esai berjudul “Merdeka Secara Terdidik” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, kata “merdeka” berasal dari bahasa Sansekerta “mahardhika“, kata sakral yang menyimpan makna bijak, terpelajar, terang cahaya batin. Bukan sebatas kebebasan di udara, tapi kebebasan yang berpendar dalam jiwa tercerahkan.
Dalam kearifan Jawa kuno, kata itu disematkan pada para bhikkhu Buddha, penjaga ilmu dan kesucian yang punya status bukan karena tahta atau harta, melainkan karena kedalaman pengetahuan dan ketinggian budi.

Merdeka sejati bukan sekadar bebas dari rantai; ia mahakarya bangsa yang mengangkat seluruh anaknya ke ranah keterpelajaran, tempat hati dan pikiran berjumpa dalam simfoni kecerdasan, menyulam kekuatan untuk menjawab tantangan dan membangun masa depan yang bermartabat.
Dalam kemerdekaan, semua insan—tanpa memandang kelas, kasta, asal—berdiri sejajar, sama terhormat, bukan karena keberuntungan nasib, melainkan akses setara pada cahaya ilmu pengetahuan.
Namun kini, dalam derap laju pembangunan fisik, jiwa manusia justru dikerdilkan yang dihargai bukan kemerdekaan jiwa dengan keterdidikan unggul, melainkan tampilan fisik yang semu dan gemerlap, seolah nilai tertanam hanya di permukaan, bukan di dalam nadi.
Jika kemerdekaan tanpa keterpelajaran adalah kapal tanpa nahkoda maka kemerdekaan dengan keterpelajaran adalah pelayaran agung menuju cakrawala penuh harapan.
Kebebasan yang positif tumbuh subur di tanah pendidikan unggul, menyuburkan akar kecerdasan, menumbuhkan buah kebijaksanaan yang memberi makna kemerdekaan.
Tanpa keterdidikan, jiwa bangsa hanyalah gelora hampa tanpa arah. Namun, bila dirajut dengan benang keterpelajaran, ia menjadi kain mulia—kehidupan bangsa penuh makna, cemerlang kecerdasan, dan agung budi pekerti.
Maka, kemerdekaan sejati bukan sekadar terlepas dari belenggu, melainkan bebas berpikir, memahami, dan bertumbuh dalam kesadaran terdidik. Ia menuntun bangsa dari gelap ketidaktahuan menuju terang pengetahuan, dari kesetaraan yang diucapkan menjadi kenyataan yang terpatri dalam hati dan tindakan.
***
Judul: Merdeka Secara Terdidik
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***












