Mata Bumi Menitipkan Air Matanya: Selamat Jalan, Pak Koesoema

Artikel ini ditulis oleh: Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid.

Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc
Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc. - (Sumber: YouTube)

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Senin (18/08/2025) ─ Artikel berjudul “Mata Bumi Menitipkan Air Matanya: Selamat Jalan, Pak Koesoema” ini ditulis oleh Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid., anggota Dewan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS), dosen, penulis, dan juga Direktur Utama PT Majmu Musti Sundaya yang membawahi media online MajmusSunda News.

Pada hari ini, bumi–yang dulu dikerak oleh jemari laksana ilmuwan gigih–menyimpan keheningan istimewa. Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc, salah seorang Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS) yang juga sang “Bapak Geologi Migas Indonesia”, telah berpulang ke khadirat Allah SWT dengan tenang.

Kala kabar itu tiba, langit Bandung terasa turut bersedih; awan terurai sendu, seolah memberi penghormatan terakhir kepada seorang sosok yang seluruh hidupnya telah mencurahkan cinta dan dedikasinya bagi rahim bumi ini.

Raden Prajatna Koesoemadinata
Mobil jenazah di rumah duka, Jalan Ciburial No.17, Kota Bandung, Jawa Barat – (Sumber: AZM/MMS)
Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc
Foto keluarga, teman, dan sejawat yang melayat ke rumah duka – (Sumber: AZM)

Petualang Ilmu, Penjelajah Bumi Nusantara

Raden Prajatna Koesoemadinata atau bisasa disapa Pak Koesoema lahir di Bandung pada 29 Januari 1936. Ia dibesarkan dalam keluarga budaya—anak seniman Raden Machjar Angga Koesoemadinata. Namun, imajinasi ilmiahnya lebih cepat terbakar oleh buku-buku petualangan ketimbang seni karawitan. Ia menggeluti geologi bukan sekadar untuk mengeksplorasi bumi, tetapi untuk mewujudkan “petualangan di alam terbuka” yang ia cita-citakan sejak remaja.

Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid
Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid., Penulis (Sumber: Koleksi pribadi)

Pak Koesoema menamatkan pendidikan di ITB, lalu meraih gelar Doctor of Science dari Colorado School of Mines pada 1968. Ia menjadi profesor geologi pada 1986—pondasi darinya membangun penguasaan ilmu sedimentologi dan sumber daya energi nasional.

Sebagai guru besar dan ahli di bidang batu bara dan migas, Pak Koesoema dikenal sebagai pionir sedimentologi Indonesia, merumuskan kajian geologi eksplorasi, georiset, geokonsep, dan sedimentasi karbonat—sampai menjadi Guru Besar Ilmu Geologi di ITB sejak 1986. Ia pernah memimpin Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pada 1973–1975, serta menerima penghargaan Special Commendation Award dari American Association of Petroleum Geologists pada 1994—bukti reputasi internasionalnya.

Mendidik Adalah Menabur yang Tak Pernah Usai

Meski resmi pensiun pada 2001, semangatnya tak padam: Pak Koesoema tetap aktif mengajar berbagai mata kuliah mendasar seperti Geologi Eksplorasi, Georiset, dan Sedimentasi Karbonat, menjadi lentera bagi generasi baru geolog Indonesia. “Science is the poetry of reality,” begitu kata Richard Dawkins—dan ia adalah penyair yang merajut ilmu dan realita bumi dalam setiap kuliahnya.

Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc.
Foto kenangan saat almarhum Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc., sedang berada di Museum Da-Mi-Na-Ti-La-da – (Sumber: Koleksi Keluarga)

Bukan hanya di ruang kuliah, Pak Koesoema mencata jejaknya di lapangan Indonesia: pegunungan, hutan hujan tropis, dari Jawa hingga Papua. Ia pernah diterbangkan helikopter ke tengah hutan, mendirikan tenda di tepian sungai saat banjir tiba, digigit kutu maleo, merasakan malaria—petualangan ilmiahnya ekstrem sekaligus indah untuk dikenang.

Bagi mahasiswa dan alumni, Pak Koesoema adalah tolok ukur: keilmuan tinggi berpadu moral tak tergoyahkan. Seperti kata Antoine de Saint-Exupéry, “What makes the desert beautiful is that somewhere it hides a well.” Begitu pula Pa Koesoema: di medan berat, ia menanam harapan, memberi generasi muda air ilmu yang tak pernah surut.

Puisi: “Cinta di Balik Batu dan Sungai”

Bumi merindu,
Menggenggam detik-detik langkahmu di lembah,
Di tiap lapisan batu yang kau sentuh dengan nurani.
Langkahmu seperti gemericik sungai—tenang namun mampu menembus karang.

Kau ajarkan kami mendengar denyut batu,
Mengarungi rahasia lapisan demi lapisan,
Sambil merenda makna: bahwa ilmu sejati tumbuh di lapangan—
Di tubuh bumi, di jiwa yang tak pernah lelah bertanya.

Semoga di langit sana,
Abadi adalah petualangan jiwa,
Seperti karunia pengetahuan yang kau wariskan pada bangsa ini.

Warisan Ilmu dan Harapan Baru

Kepergian Pak Koesoema meninggalkan kekosongan—hati para murid, dinding kampus ITB, lembah-lembah yang pernah dilalui, semuanya merindukan jejaknya. Namun, alam akan selalu berbicara dalam bahasa geologi: lapisan demi lapisan adalah sejarah, dan mahasiswa yang dulu didiknya kini menjadi lapisan baru, meneruskan tafsir bumi dengan semangat yang sama.

Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc
Flyer ucapan duka cita dari PT Majmu Musti Sundaya dan Redaksi MajmusSunda News atas wafatnya Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc. – (Sumber: MajmusSunda News)

Dalam kata-kata dari Albert Einstein: “Life is like riding a bicycle. To keep your balance you must keep moving.” Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc, telah mengangkat bangsa ini dalam keseimbangan pengetahuan—dan kini, warisannya harus terus bergerak, menuntun kita memahami bumi Indonesia dengan cinta dan integritas.

Raden Prajatna Koesoemadinata
Flyer ucapan duka dari Majelis Musyawarah Sunda (MMS) atas wafatnya Prof. Ir. Raden Prajatna Koesoemadinata, D.Sc. – (Sumber: MMS)

Selamat jalan, Pak Koesoema. Dalam lembah sunyi dan puncak ilmiah, jejakmu akan selalu bergaung. Di setiap riak sungai dan lapisan batu, namamu adalah bisikan cemerlang: bahwa setiap ilmu adalah cinta nyata pada bumi—tanpa batas dan tanpa akhir.

***

Judul: Mata Bumi Menitipkan Air Matanya: Selamat Jalan, Pak Koesoema
Penulis: Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid, Direktur Utama PT Majmu Musti Sundaya
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *