MajmusSundaNews Karel Frederik Hole sempat menulis dalam bukunya bersama Kartawinata, Paguneman Sunda Jeung Walanda, Holle dengan cermat menjelaskan karakter orang Sunda yang tidak suka atau mampu berterus terang.
Lewat tokoh Ali, Hole, mengutarakan sosok pemuda Sunda yang perlu berputar-putar dulu sebelum sampai kepada maksud yang sebenarnya dikehendaki.
Tidak hanya itu, dalam buku ini Holle juga memaparkan secara menarik, perbedaan Pemerintah Hindia Belanda dan VOC.
Ia antara lain menerangkan bahwa pemerintah tidak akan melarang kegiatan orang Islam selama tidak menentang kebijakan pemerintah.
Warisan Hole untuk orang Sunda dalam bidang pertanian dan lainnya
Dalam artikel Ijle Uitjaaizing van Padi (1869) dimuat laporan dari Wadana Tarogong Garut Raden Rangga Wira di Koesoemah.
Menurut Wira, setelah mengikuti panduan bertanam padi dari Holle, petani bisa menghemat benih sampai 50 %. Satu bau sawah yang tadinya membutuhkan 40 sampai dengan 50 ikat benih, dengan cara Holle, cukup dengan 20-25 ikat saja.
Karena benih bisa dihemat, maka pemilik sawah bisa mengerjakannya sendiri dan tidak perlu lagi tambahan pekerja.
Metode Holle juga menyeleksi dengan baik benih yang baik dan buruk sehingga hanya benih yang baiklah yang ditanam.
Orang-orang Sunda yang bersentuhan dengan Holle menjadi tokoh utama pada bidangnya. Yang paling penting adalah Haji Mohamad Moesa yang menjadi perintis sastra Sunda modern dengan penerbitan karyanya yang berjudul Pandji Woeloeng.
Iip D Yahya peneliti dan penulis kesundaan dan pesantren, mengatakan Hole menurut Mikihiro Moriyama, menandai peradaban cetak dalam sastra Sunda.
Lalu ada Haji Hasan Mustapa yang dianggap yang sebagai Pujangga Sunda terbesar, yang menghaslkan karya sufistik-Sunda yang terus dikaji sampai sekarang.
Holle juga mengusulkan dan mendukung pendirian Sakola Raja atau Kweekschool voor Onderwijsers op Inlandsche Schoolen yang diresmikan pada 23 Mei 1866.
Dari sekolah anak-anak menak Sunda inilah lahir birokrat-birokrat yang terdidik secara barat dan ikut mengelola pemerintahan di seluruh Jawa Barat. Sejumlah sekolah kemudian didirikan baik oleh pemerintah maupun swasta, seperti Dewi Sartika dan Paguyuban Pasundan.
Pasundan bahkan berkembang menjadi organisasi terbesar orang Sunda hingga sekarang, menjadi lembaga pendidikan dan organisasi massa yang menjadi wahana mobilisasi vertikal anak-anak Sunda terdidik. Tidak heran dan tidak berlebihan pungkas Iip, jika Karel Frederik Holle adalah salah karuhun orang Sunda modern.
Judul: Karakter Urang Sunda Tidak Mampu Berterus Terang, Hole: Bicaranya Suka Berputar-putar
Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS