MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Selasa (30/09/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Jaminan Bulog : Beras SPHP Bebas Kutu” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Citra “beras Bulog” di benak publik, memang memiliki sejarah kelam di masa lalu. Kita ingat di era Orde Baru, banyak Pegawai Negeri yang menukar beras pembagiannya dengan uang tunai. Mereka tahu persis, beras yang dibagikannya oleh Bulog merupakan beras dengan kualitas rendah. Citra semacam itu, ternyata masih melekat erat dalam masyarakat di negeri ini.

Hal yang demikian, rupanya masih sering kita temukan, sekalipun kini bangsa ini tengah melakoni era reformasi. Belum lama ini ramai didiskusikan temuan Ombudsman RI yang mensinyalir 300 ribu ton beras di gudang Bulog terancam rusak sehingga membuka peluang terjadinya turun mutu. Selain itu diangkat pula adanya beras di gudang Bulog yang bau apek dan berwarna kekuning-kuningan.
Dalam kaitannya dengan Program Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP), terekam pula ada keluhan masyarakat yang menyebut kualitas beras SPHP yang kurang baik. Ada laporan beras SPHP rasanya pera dan tidak pulen. Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang kurang baik dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti :
– Kualitas Beras. Beras SPHP yang kurang baik dapat memiliki kualitas yang rendah, seperti banyaknya beras yang patah-patah atau tidak utuh.
– Kutu pada Beras. Beras SPHP yang disimpan terlalu lama di gudang Bulog dapat ditemukan berkutu, sehingga kurang diminati oleh masyarakat.
– Harga yang Tidak Kompetitif. Harga beras SPHP yang tidak kompetitif dengan beras lain di pasaran dapat membuat masyarakat kurang tertarik untuk membelinya.
Contoh spesifik dari beras SPHP yang kurang baik adalah pertama, beras SPHP yang beredar di Kutai Timur. Beras SPHP di Kutai Timur memiliki kualitas yang dinilai kurang baik oleh masyarakat, sehingga tidak banyak beredar di daerah tersebut. Kedua, keuntungan yang tipis bagi distributor. Keuntungan yang tipis bagi distributor, yaitu sekitar Rp440 per kilogram, membuat banyak distributor memilih berhenti mendistribusikan beras SPHP.
Dihadapkan pada hal seperti ini, sangatlah tepat Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan dan menjamin kualitas beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) yang beredar di pasar bersih dan bebas kutu. Bos Bulog menyatakan beras tersebut mendapatkan pemeliharaan rutin sejak di gudang Bulog. Pemeliharaan dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, kuartalan, bahkan per semester.
Dengan pemeliharaan yang demikian, Perum Bulog menjamin beras-beras yang dihasilkannya, benar-benar sehat, bersih, tidak berkutu, dan tidak berkuman. Jaminan ini penting disampaikan kepada publik, karena ketika Komisi IV DPR RI melakukan Kunjungan Kerja ke salah satu gudang Bulog di Jogjakarta beberapa bulan lalu, masih ditemukan adanya beras berkutu.
Jujur diakui, ditemukannya berisi beras berkutu di gudang Bulog, karena beberapa kemungkinan alasan :
Pertama, penyimpanan yang terlalu lama. Beras yang disimpan dalam jangka panjang lebih rentan terhadap serangan hama, termasuk kutu beras.
Kedua, telur kutu yang menempel. Telur kutu dapat menempel pada beras dan menetas setelah beberapa bulan, menyebabkan beras menjadi berkutu.
Ketiga, kelembaban dan suhu gudang yang tinggi. Kondisi gudang yang lembab dan panas dapat memicu perkembangan kutu. Keempat, sirkulasi udara yang kurang baik. Kurangnya ventilasi di gudang penyimpanan, dapat menyebabkan kelembaban dan suhu menjadi tidak stabil. Hal ini jelas bakal memicu pertumbuhan kutu.
Kelima, kemasan karung beras yang kurang rapat. Jika kemasan karung beras tidak rapat, serangga dari luar dapat masuk dan menyebabkan beras menjadi berkutu. Itu sebabnya, kemasan yang baik akan menentukan sampai sejauh mana proses penyimpanan beras di gudsng akan dapst tahan lams.
Di sisi lain, Perum Bulog sendiri, memiliki standar operasional untuk menjaga mutu beras, seperti :
– Pemeriksaan rutin. Stok beras diperiksa secara berkala untuk memastikan kualitas dan mendeteksi adanya hama.
– Pengendalian suhu dan kelembaban. Gudang dirancang dengan sistem ventilasi yang baik untuk menjaga sirkulasi udara dan kelembaban stabil.
– Prinsip “first in, first out”. Beras yang masuk lebih dulu akan didistribusikan terlebih dahulu untuk menghindari penyimpanan yang terlalu lama.
– Pengasapan gudang. Jika diperlukan, gudang dapat dilakukan pengasapan dengan bahan yang aman untuk membasmi serangga.
Berdasarkan pengalaman yang ada, untuk mencegah adanya beras berkutu di gudang, Bulog dapat melakukan beberapa langkah berikut :
1. Sanitasi Berkala. Melakukan sanitasi gudang secara berkala untuk menjaga kebersihan dan menghilangkan sisa-sisa beras yang tercecer. Ini akan membuat gudang tidak mengundang hama kutu beras.
2. Menggunakan Insektisida. Menggunakan insektisida seperti SILOGUD 250 EC yang dapat membasmi kutu beras dalam waktu singkat. Insektisida ini memiliki bahan aktif METIL PIRIMIPHOS yang efektif melawan kutu beras yang kebal.
3. Fogging dan Spraying. Melakukan fogging (pengasapan) atau spraying (penyemprotan) dengan insektisida untuk membasmi kutu beras di gudang.
4. Mengontrol Suhu Gudang. Menjaga suhu gudang di bawah 17°C untuk mencegah kutu beras berkembang biak.
5. Fumigasi. Melakukan fumigasi dengan menggunakan FUMIPHOS untuk menjaga kualitas pangan dan mencegah serangan hama kutu beras.
6. Pemeriksaan Kualitas. Memiliki petugas khusus di setiap gudang untuk memeriksa kualitas gabah dan beras hasil serapan dari petani untuk memastikan kualitas beras tetap baik.
Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, tentu kita berharap Perum Bulog dapat mencegah adanya beras berkutu di gudang dan menjaga kualitas beras yang disimpan. Bangsa ini, pastinya butuh beras yang berkualitas, bebas dari kutu, tidak tercium bau apek dan warnanya tidak kusam atau kekuning-kuningan.
***
Judul: Jaminan Bulog : Beras SPHP Bebas Kutu
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi