MajmusSunda News – Malaysia, Jum’at (21/11/2025) – Elfira Ayu Puspaningrum mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya setelah dipercaya menjadi pembicara mewakili Indonesia pada kegiatan Islamic Creativity and Innovation Festival (ICIF) 2025 dalam rangka perayaan 70 tahun Majlis Islam Sarawak, yang diselenggarakan oleh Pusat Penerangan Islam / Islamic Information Center, Majlis Islam Sarawak (IIC-MIS), Malaysia, pada 15 Agustus 2025 lalu.
“Alhamdulillah, saya merasa senang dan nggak nyangka terpilih menjadi pembicara mewakili Indonesia di kegiatan Islamic Creativity and Innovation Festival (ICIF) 2025,” kata El (sapaan akrabnya), dengan wajah masih berbinar saat ditemui wartawan belum lama ini di kawasan Gegerkalong, Bandung.

El mengaku, pengalaman bepergian jauh seorang diri membuatnya sempat merasa takut dan risi. Jangankan ke luar negeri, ke Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng pun baru pertama kali ia lakukan. Apalagi menjadi pembicara di negeri jiran, ia sempat merasa gugup dan minder, maklum ia masih seorang mahasiswa semester 7.
Saat ini, Elfira Ayu Puspaningrum menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) Bandung. Dalam forum tersebut, ia menjadi salah satu pembicara bersama Prof. Madya Dr. Nor Azlin binti Hamidon (Pensyarah Fakulti Seni Lukis dan Seni Reka UiTM Puncak Alam) dan Dr. Abd Rahman bin Hamzah (Akademi Tamadun Islam, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan UTM Skudai), yang lebih banyak membahas teori, isu etika, dan seni Islam.
“Sementara saya membahas tentang Etika dan Seni Islam (Ethics & Purpose in Islamic Arts) dan memasukkan empat karya dalam presentasi, yaitu dua kaligrafi, satu drawing, dan satu painting. Alhamdulillah, setelah presentasi saya mendapat apresiasi dari pemandu kegiatan dan pengunjung festival. Mereka juga menyarankan agar di kegiatan selanjutnya saya bisa menampilkan karya-karya tersebut secara langsung, meski memang agak kesulitan secara teknis untuk membawa karya ke sana,” ujar Elfira Ayu Puspaningrum.
Selain mendapatkan pengalaman berharga, El juga mengaku wawasannya semakin bertambah. Ia bisa berbagi informasi sekaligus belajar banyak hal baru, terutama terkait seni dan etika Islam yang berkaitan erat dengan budaya di berbagai negara.
Menurutnya, seni dalam Islam harus dimulai dari niat yang lurus dan ditujukan untuk Allah SWT. Seni Islam juga memiliki batasan, di antaranya tidak boleh mengandung unsur pornografi, SARA, maupun hal-hal yang mengarah pada keburukan.
“Kita berkarya karena Allah mencintai keindahan, makanya kita pun harus mencintai keindahan. Jadi, menciptakan kaligrafi dan motif-motif ornamen harus dipadukan dengan niat yang baik dan tulus, karena Allah mencintai keindahan,” jelasnya.

Elfira Ayu Puspaningrum juga menegaskan bahwa seni bukan sekadar ekspresi, tetapi media dakwah dan penyebaran nilai-nilai kebaikan. Menurutnya, perbedaan utama antara seni Islam dan seni lainnya terletak pada nilai spiritual dan batasan syariat yang menyertainya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan tekad untuk terus menimba ilmu secara konsisten. “Ilmu itu luas dan belajar tidak ada batasnya, dari kecil sampai tua kita harus terus belajar. Tidak ada kata terlambat untuk belajar,” ucapnya.
Prestasi ini tentu membanggakan keluarganya. Ayahanda Elfira, Dr. Warli Haryana, menyampaikan rasa bangga karena putrinya meskipun masih mahasiswa, sudah dipercaya tampil di forum internasional dan diperlakukan layaknya perwakilan negara.
“Alhamdulillah, El ini masih mahasiswa tapi sudah mendapat kehormatan tampil di forum lintas negara. Di sana dia tidak dipandang sebagai tamu pelajar, tetapi sebagai perwakilan Indonesia. Semua fasilitas dilayani dengan sangat baik, termasuk penginapan dan transportasi,” ujar Warli.

Kesempatan Elfira menjadi pembicara ini bermula dari pengumuman yang dibuka oleh Museum Kesenian Islam Indonesia. Setelah mengirimkan portofolio dan CV, beberapa hari kemudian ia mendapat undangan melalui email untuk menjadi pemateri dalam forum tersebut.
Syarat utama adalah kemampuan berbahasa Inggris dan contoh karya. Selain itu, Elfira juga tercatat beberapa kali menjuarai lomba desain poster tingkat nasional.
Bakat seni Elfira Ayu Puspaningrum memang sudah terlihat sejak lama. Ia piawai menggambar realis, potret wajah, dan melukis wayang. Selain itu, ia juga bisa memainkan harmonika dan gitar. Bakat seni tersebut mengalir dari sang ayah yang merupakan praktisi seni rupa sekaligus dosen di FPSD UPI Bandung.
Saat duduk di kelas XI MIPA 3 SMAN 19 Bandung, di masa pandemi Covid-19, ia tetap produktif dan berprestasi. Pada Maret 2021, Elfira meraih Juara 2 Lomba Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) kategori poster tingkat SMA yang diselenggarakan oleh Gojek (Sahabat Sekolah 3.0) dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, dengan poster berjudul “Kurangi Sampah Itu Mudah”.
Melalui posternya, ia menyampaikan pesan bahwa mengurangi sampah bisa dimulai dari diri sendiri, dengan membiasakan membawa wadah makan, tumbler, dan tas belanja sendiri, bukan membeli air kemasan dan kantong plastik sekali pakai.
Sebelumnya, El juga berhasil meraih Juara 1 Lomba Desain Poster tingkat Kota Bandung bertema “Corona Effect for Industry 4.0” (2020), serta Juara 1 Lomba Desain Poster Nasional bertema “Akuntansi Perpajakan di Era Industri 4.0” yang diselenggarakan Universitas Kristen Petra pada 31 Mei 2020.
Judul: Elfira Ayu Puspaningrum Jadi Pembicara di Islamic Creativity and Innovation Festival (ICIF), Sarawak – Malaysia
Jurnalis: Asep GP
Editor: Parkah












