Asal Mula Kampung Rancalele, Abah Arju, dan Lahirnya Desa Cintawangi

Menurut Abah Arju, kini usianya sudah mencapai 150 tahun dan saat Ratu Belanda Wilhelmina berkuasa dirinya sudah lahir

Desa Cintawangi
Suasana salah satu sudut Desa Cintawangi yang hijau dan asri - (Sumber: AIS/MajmusSunda.id)

MajmusSunda News, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (17/09/2024) – Artikel dalam Rubrik “BERITA/Lembur Kuring” berjudul “Asal Mula Kampung Rancalele, Abah Arju, dan Lahirnya Desa Cintawangi” ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi, Pemimpin Redaksi MajmusSunda News.

Bagi warga Desa Cintawangi, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya,  nama Abah Arju sudah tidak asing lagi. Ia merupakan salah satu warga di desa ini yang usianya paling tua. Oleh karena itu, tidak heran jika ia sangat mengetahui kapan lahirnya Desa Cintawangi.

Menurut Arju, ia dilahirkan oleh ibunya di Kampung Rancalele, Dusun Bojongkawung yang sudah ada jauh sebelum berdirinya Desa Cintawangi ratusan tahun yang lalu. Sebelum pindah bersama ayahnya, Juhardi, ia tinggal di Desa Cibatuireng.

Abah Arju
Abah Arju (baju batik berkopiah, paling kiri) terlihat sehat dan masih jelas biacaranya ketika menceritakan asal muasal Desa Cintawangi – (Sumber: AIS/MajmusSUnda.id)

Saacana ngadeg Desa Cintawangi Kampung Rancalele tos aya, baheula mah masih asup ka Desa Cibatuireng,” tutur Arju yang kini rumahnya tidak jauh dari Rancalele yaitu Kampung Cipalahlar.

Arju menambahkan, sebelum tinggal di Rancalele, ayahnya tinggal di Cilangkap ─ sekarang masuk Desa Cibatu, tetangganya Desa Cibatuireng dan Cintawang. Ia tidak ingat kapan ayahnya pindah ke Rancalele ─ sekarang Cipalahlar.

“Aya dua ranca mangsa harita, eta situ teh jadi pangguyangan munding atawa sapi. Dina eta ranca teh seueur lele tapi lelena laleutik sok disebut lele karae, rasana enak pisan. Tapi ayeuna mah rancana tos teu aya lelena oge tos arang,” jelas Arju.

Abah Arju menuturkan, dua ranca tadi yang dulunya tempat pangguyangan munding, lama kelamaan berubah menjadi sawah. Seiring dengan waktu, imbuh Abah, kedua situ itu berubah kini menjadi sawah karena pemiliknya jadi bertambah ─ masih dari keturunan ayah dan kakeknya. Hanya saja  nama Rancalele hingga sekarang tidak berubah, wilayahnya masih berupa perbukitan (terisolir) menjadi milik tanah carik atau tanah desa. Di lokasi Rancalele kini terdapat tanah carik Desa Cintawangi sekitar 10 hektar yang masih utuh.

Desa Cintawangi
Salah satu sudut Desa Cintawangi yang indah dan luas dilihat dari sebuah bukit – (Sumber: AIS/MajmusSunda.id)

Salah satu cucu Abah Arju, Aceng yang tinggal tidak jauh dari rumah Abah Arju menjelaskan bahwa di tanah carik Desa Cintawangi masih banyak terdapat pohon Kawung (Aren), pohon Bambu dan pohon lainnya yang mungkin sudah langka. Rancalele (Cipalahlar), kata Aceng, masuk wilayah Dusun Bojongkawung, Desa Cintawangi dari pemekaran Desa Cibatuireng.

Aceng mengatakan kakeknya dan keturunannya hampir seluruhnya tersebar di Rancalele, terutama Cipalahlar ─  hampir seluruhnya di Cipalahlar keturunan Abah Arju.

Ratu Belanda Wilhelmina, Abah Arju Sudah Lahir, Kini Usianya 150 Tahun

Abah Arju asli lahir di Rancalele, pendengarannya masih normal dan bicaranya  juga masih lancar. Ia mengaku saat Ratu Belanda Wilhelmina berkuasa dirinya sudah lahir. Ia masih mengingat masa-masa  kecilnya dan mengaku usianya kini sudah 150 tahun.

Nuju Ratu Wilhelmina Walanda harita  masih aya, Abah tos lahir usia Abah  sakitar tujuh tahun, harita di Rancalele (Cipalahlar) ukur aya jalmi tilu suhunan, salah sahijina pun bapa,” tutuh Abah Arju.

Abah Arju menuturkan saat menginjak remaja kerap ditugaskan ayahnya mengembala kerbau karena di Kampung Rancalele saat itu masih ada ranca (situ). Ada dua ranca atau situ (kolam besar) kata Abah Arju yang cukup besar di Rancalele.

Menurut Abah Arju, dulu saat ia masih kecil, wilayah Rancalele masih masuk Desa Cibatuireng sebelum pemekaran dan kini Rancalele masuk wilayah Desa Cintawangi.

Harimau yang Kerap Mengganggu Kerbau dan Sapi

Pengalaman  Abah Arju saat masa remaja masih terekam kuat dalam ingatannya, tatkala ia bersama tokoh dan masyarakat Desa Cibatuireng memburu harimau dan berhasil menangkapnya.

“Mangsa harita di Rancalele aya Maung nu sok ngaganggu munding atawa sapi nu dipiara ku Abah jeung warga. Nya kapaksa we eta maung teh di senteg (dijebak), dugi kabeunangna harita maung teh beunangna ku Haji ti Cibatu. Ahirna eta maung teh dipaehan da sok ngaganggu,” tutur Arju.

Saat itu tentu saja Rancalele, kata Arju, masuk wilayah Desa Cibatuireng. Ia menjelaskan yang menjadi kepala desanya saat itu Sastrawijaya, masih terikat keluarga. Abah Arju menambahkan bahwa Kuwu Sastrawijaya masih dari keturunan Sukapura, termasuk dirinya sendiri.

Lahirnya Desa Cintawangi

Kepala Desa Cintawangi, Tohir mengatakan kini usia Desa Cintawangi sudah 42 tahun. Ia menjelaskan sudah lima kali Desa Cintawangi menggelar hari jadinya selama lima tahun, tidak terasa usia Desa Cintawangi sekarang usianya sudah 42 tahun.

Gagasan atau ide memperingati hari jadi Desa Cintawangi kata Tohir, berasal dari kerap digelarnya Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya setiap tahun.

“Jika saja setiap desa kerap hadir datang ke pusat ibukota Tasikmalaya untuk memperingati hari jadi Kabupaten Tasikmalaya. Kenapa tidak Desa Cintawangi melakukan hal yang sama untuk lebih mengapresiasi kemajuan desa dan kepentingan masyarakat,” kata Tohir di sela acara puncak Hari jadi Desa Cintawangi

“Alhamdulillah sudah lima kali Desa Cintawangi menggelar hari jadinya dan tak terasa usia Cintawangi telah berusia 42 tahun. Desa Cintawangi menurut data lahir tanggal 7 April 1982,” jelas Tohir

Abah Arju membenarkan Desa Cintawangi kini usianya sudah 42. Ia sendiri sempat menyaksikan sendiri saat lahir atau berdirinya Desa Cintawangi dan menjadi salah satu tokoh yang ikut menyaksikan penentuan dan tanggal berdirinya.

“Abah dina mangsa riungan mekarna Desa Cintawangi harita  ti desa indungnya  Desa Cibatuireng nyakseni, kunaon dingaranan Desa Cintawangi, supaya desa ieu dipikacinta jeung wangi alias seungit,” pungkas Abah Arju sambil tersenyum.

***

Judul: Asal Mula Kampung Rancalele, Abah Arju, dan Lahirnya Desa Cintawangi
Penulis/Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *