MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (02/10/2024) – Artikel dalam Kolom Yudi Latif berjudul “Pendidikan dan Harapan” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, Anggota Dewan Pini Sepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, pendidikan itu benih harapan. Manakala suatu bangsa dilanda kegelapan, kekacauan, dan keterpurukan, sedang tiada tahu kunci jawabnya maka sandaran pamungkasnya adalah pendidikan.
Tugas pendidikan bukanlah memaksakan sesuatu pada peserta didik, melainkan menuntun mengeluarkan potensinya bertumbuh. Adapun potensi yang harus diaktifkan adalah budi pekerti. Budi mengandung arti “pikiran, perasaan dan kemauan” (aspek batin); pekerti artinya “tenaga” atau daya” (aspek lahir).
Pendidikan budi pekerti mengupayakan bersatunya pikiran, perasaan dan kemauan manusia, melalui olah pikir, olah rasa, olah olah karsa, dan olah raga demi menghasilkan tenaga yang dapat mendorong karya penciptaan dan perbuatan yang baik, benar, dan indah.
Peserta didik yang dikehendaki itu ibarat pohon berkah. Pohon berkah itu hendaknya berakar dalam, berbatang tinggi, bercabang-ranting rapi, berdaun rindang, dan berbuah lebat. Akarnya akhlak-karakter mulia; batangnya wawasan ketinggian pengetahuan; cabang rantingnya keterampilan dan kecakapan tata kelola; daunnya kerukunan-kolaboratif; buahnya kreativitas inovasi.
Ke dalam, pendidikan harus memberi wahana pada peserta didik untuk mengenali kekhasan potensi dirinya sekaligus tujuan moral hidupnya. Keluar, memberi wahana pada peserta didik untuk mengenali dan mengembangkan kebudayaan sebagai sistem nilai, sistem pengetahuan, dan sistem perilaku bersama. Bibit unggul individualitas harus tumbuh di atas tanah sosialitas Pancasila yang subur.
Alhasil, peserta didik harus memiliki wawasan generalis dengan keahlian spesifik. Ibarat pohon yang memiliki jaringan pembuluh meluas meluas (floem) dan meninggi (xilem). Tak cukup dibekali keahlian khusus, explicit knowledge dan keterampilan teknis, tetapi juga memiliki wawasan holistik. Kapabilitas yang ditumbuhkan pun harus memperhatikan keberfungsiannya secara efektif yang dapat diaktualisasikan individu dlm turut memecahkan masalah konkret kehidupan masyarakat.
Peserta didik juga harus dapat melampaui jangkauan teknologi dan data dengan memberikan wawasan kemanusiaan dan kebijaksanaan. Dengan teknologi, anak-anak masa depan masih bisa menemukan “rumah” sakinah, bukan menjerumuskannya ke “pengasingan”.
***
Judul: Pendidikan dan Harapan
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi