Kualitas Gabah yang Berlimpah

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Senin (02/06/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Kualitas Gabah yang Berlimpah” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Di kolong langit ini, tidak akan ada yang menolak, jika ditegaskan, secara kuantitas gabah di Tanah Merdeka ini berlimpah, atas jerih payah Perum Bulog melakukan penyerapan gabah petani, saat panen raya berlangsung belum lama ini. Gabah dan beras, sekarang membanjiri gudang-gudang Perum Bulog di seluruh Indonesia. Bravo untuk Perum Bulog.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Saking berlimpahnya serapan gabah ini, Perum Bulog tampak sedikit kesulitan dalam menyimpan gabah dan beras hasil serapannya, mengingat gudang Perum Bulog yang ada, sudah tidak mencukupi. Untuk menjawab kebutuhan jangka pendek, yang bisa digarap adalah mengoptimalkan keberadaan gudang filial yang ada, sekaligus melakukan penyewaan terhadap gudang yang representatif.

Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, Presiden Prabowo telah memerintahkan para pembantunya untuk membangun 25 ribu gudang alternatif. Semangat Presiden Prabowo membangun 25 ribu gudang alternatif untuk menyimpan gabah yang berlimpah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan melindungi petani.

Dengan adanya gudang-gudang ini, pemerintah dapat menyerap gabah petani dengan lebih efektif; mengurangi kehilangan pascapanen; menjaga stabilitas harga; meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi ketergantungan pada impor. Tujuannya adalah untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Terkait dengan ketergantungan terhadap impor beras, mulai tahun 2025, Pemerintah telah mengumumkan penyetopan impor beras. Artinya, bangsa kita untuk tahun 2025, tidak akan menempuh kebijakan impor beras. Bahkan menurut rencana, mulai tahun ini Pemerintah akan ekspor beras ke Malaysia sebesar 2000 ton per bulan. Presiden Prabowo telah membeli sinyal lampu hijau.

Indonesia, kini tengah membangun citra diri. Semula dikenal sebagai jagoan impor, mulai sekarang menjadi eksportir beras. Perubahan citra diri ini, tentu patut kita dukung agar menjadi kondisi yang berkelanjutan. Ini penting menjadi komitmen agar kebijakan penghentian impor beras ini dapat melestari dan berlangsung sepanjang wakru.

Penyetopan impor beras, benar-benar harus menjadi komitmen bersama. Segenap pemangku kepentingan sektor perberasan di negeri ini perlu sepakat bahwa kebijakan menyetop impor beras, terkait dengan harga diri sebuah bangsa. Artinya, menjadi sangat memalukan, bila dalam beberapa saat ke depan, lagi-lagi Indonesia harus menjadi importir beras yang cukup tinggi di dunia.

Itu sebabnya, dibutuhkan adanya perjuangan keras dari kita bersama untuk menjaga dan mengamankan kebijakan penyetopan impor beras ini. Strategi mengamankan kebijakan menyetop impor beras dapat dilakukan dengan beberapa cara. Paling tidak, ada enam langkah yang dapat kita kembangkan, yakni :

Pertama, meningkatkan produksi dalam negeri. Pemerintah dapat meningkatkan produksi beras dalam negeri dengan memberikan dukungan kepada petani, seperti penyediaan benih unggul, pupuk, dan infrastruktur. Kedua, meningkatkan kapasitas penyimpanan. Pemerintah dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan gabah dan beras dengan membangun gudang-gudang penyangga pangan.

Ketiga, mengoptimalkan penyerapan gabah. Pemerintah dapat mengoptimalkan penyerapan gabah dari petani dengan harga yang kompetitif dan memastikan proses penyerapan yang efisien. Keempat, mengawasi harga pasar. Pemerintah dapat mengawasi harga pasar untuk memastikan bahwa harga beras tidak melonjak drastis dan merugikan konsumen.

Kelima, meeningkatkan kualitas beras. Pemerintah dapat meningkatkan kualitas beras dalam negeri dengan memastikan proses pengolahan yang baik dan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Keenam, mempersiapkan cadangan pangan. Pemerintah dapat mempersiapkan cadangan pangan yang cukup untuk menghadapi kemungkinan kekurangan pasokan beras.

Dengan strategi ini, diharapkan pemerintah dapat mengamankan kebijakan menyetop impor beras dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Artinya, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, Pemerintah penting untuk menyusun sebuah dokumen perencanaan terkair dengan Steategi Penyetopan Impor Beras Nasional secara utuh, holistik dan komprehensif.

Langkah ini perlu digarap sesegera mungkin dengan menggunakan pendekatan deteksi dini, sehingga kita tidak lagi menjebakan diri pada pendekatan sebagai ‘pemadam kebakaran”. Kita pelajari dengan baik tanda-tanda jaman yang kini menggelinding untuk dicarikan solusi cerdas, agar tidak melahirkan masalah yang lebih besar.

Akhirnya ingin disampaikan, gabah yang berlimpah, bila tidak ditangani dengan serius, bisa saja tampil sebagai bom waktu, yang kapan-kapan bisa meledak. Atas hal demikian, kura percaya Perum Bulog sebagai operator pangan Pemerintah yang diberi tugas khusus untuk mengelola cadangan beras Pemerintah, pasti telah menyiapkan skenario terbaiknya.

Tinggal sekarang, bagaimana mengelola gabah berlimpah dengan kualitas ‘any quality’ dapat dikemas menjadi cadangan beras berkualitas dan tidak menjadi beban yang cukup merisaukan. Gabah berlimpah, harusnya jadi rahmat pembangunan dan tidak menjadi tragedi kehidupan.

***

Judul: Kualitas Gabah yang Berlimpah
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja 
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *