Demi Serap Gabah, Sabtu-Minggu Tidak Libur

Artikel ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

ilustrasi: Kantor Perum Bulog - (Sumber: Pontas.ic)
ilustrasi: Kantor Perum Bulog - (Sumber: Pontas.ic)

MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/02/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Demi Serap Gabah, Sabtu-Minggu Tidak Libur” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Harian DDP HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Beberapa hari setelah dilakukan “penyegaran” di jajaran para petinggi Perum Bulog, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, bersama Dewan Pengawas dan Direktur Utama Perum Bulog Novi Helmy Prasetya, mengadakan rapat evaluasi untuk membahas penyerapan hasil panen serta upaya stabilisasi harga pangan di Indonesia.

Rilis liputan6.com menyebut Rapat ini menjadi momentum penting dalam memastikan ketahanan pangan dan kestabilan harga, yang menjadi perhatian utama pemerintah. Menjadi lebih penting lagi, karena Pemerintah telah mengumumkan secara terbuka kepada rakyat, terkait tekadnya untuk menghentikan impor beras pada tahun 2025.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Selain itu, dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertanian menekankan pentingnya kerjasama antara kedua pihak agar dapat mencapai swasembada pangan. Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengubah cara kerja yang lebih fleksibel, dengan mencabut libur pada hari Sabtu dan Minggu menjadi tetap hari kerja untuk memastikan proses penyerapan gabah berjalan lancar.

Menurut Menteri Pertanian, ada konsensus kesepakatan antara Bulog dan Kementerian Pertanian. Tidak ada hari minggu, tidak ada hari sabtu. Atau hari sabtu, minggu adalah menjadi hari Senin Selasa. Nah, itu cara kerja nya, sehingga mampu mencapai swasembada. Dengan demikian, sah-sah saja bila dihembuskan semangat “tiada hari tanpa prnyerapan gabah”.

Betul, di negeri ini, tidak ada larangan,  bila ada anak bangsa yang ingin bekerja setiap hari, tanpa mengindahkan hari libur. Begitu pun dengan yang ditempuh oleh Kementerian Pertanian dan Perum Bulog. Selama ada konsensus dan kesepakatan untuk bekerja setiap hari, maka boleh-boleh saja hal seperti itu dilakukan.

Program serap gabah petani dengan target setara 3 juta ton beras dalam kurun waktu 3 bulan, bukanlah hal mudah untuk diwujudkan. Dalam situasi dan kondisi iklim ekstrim, kita akan sulit memprediksi keadaan cuaca yang bakal menyergap. Pengalaman sergapan El Nino beberapa tahun lalu, memberi bukti kepada kita, betapa susahnya mencari jalan keluar terbaiknya.

El Nino sendiri, telah dicap Pemerintah sebagai biang kerok terjadinya penurunan produksi beras dengan angka cukup signifikan. El Nino, bukan hanya menurunkan produksi beras, namun juga membuat harga beras di pasar mengalami kenaikan dengan harga yang ugal-ugalan. Bahkan El Nino ini menjadi penyebab utama, begitu fantastisnya angka impor beras yang dilakukan.

Mencermati data yang dirilis BPS, untuk tahun ini, produksi beras secara nasional diproyeksikan akan meningkat dibandingkan dengan produksi tahun-tahun sebelumnya. Dengan keoptimisan ini, Pemerintah telah memberi penugasan khusus kepada Perum Bulog sebagai operator pangan untuk menyerap gabah sebanyak-banyaknya. Secara terukur Perum Bulog diminta menyerap gabah setara 3 juta ton beras.

Namun begitu, penting dicatat upaya menyerap gabah petani setara 3 juta ton beras, bukanlah kegiatan sederhana yang dapat diraih lewat langkah yang biasa-biasa saja. Untuk melaksanakan nya, diperlukan banyak terobosan cerdas dengan langkah yang tidak biasa. Salah satu yang ditawarkan Menteri Pertanian adalah menjadikan kerja setiap hari, tanpa adanya hari libur.

Penegasan Amran Sulauman ini terkesan vulgar dan menyengat, khususnya bagi pejabat yang terobsesi Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Ini penting dibincangkan, karena hari Sabtu-Minggu dianggap sebagai hari libur guna mengusir kepenatan atas pekerjaan yang digelutinya sehari-hari. Pro kontra tentang pernyataan Menteri Pertanian diatas wajar terjadi. Tergantung dari sisi mana meninjaunya.

Kerja di hari libur, sebetulnya bukan hal yang aneh. Banyak orang yang menjadikan hari libur sebagai hari untuk mengerjakan pekerjaan yang tertunda karena alasan tertentu. Namun begitu, ada juga orang yang mempersepsikan hari libur merupakan hari untuk melepas lelah dan kumpul dengan keluarga atas padatnya pekerjaan sehari-hari.

Bagi pekerja keras sekelas Menteri Pertanian, kemudian menyatakan tidak ada hari libur dalam bekerja, boleh jadi merupakan terobosan cerdas dalam semangat mempercepat terwujudnya target yang ditetapkan. Pertanyaannya adalah apakah para staf yang memegang jabatan eselon 1 dan 2 di Kementerian Pertanian dan Perum Bulog serta pejabat di daerah, bakal memiliki persepsi sama dengan Menteri Pertanian terhadap bekerja di hari Dabtu-Minggu ?

Ini yang butuh pencermatan kita bersama. Jangan-jangan mereka memiliki persepsi berbeda dengan Menteri Pertanian. Siapa sangka ada diantara pejabat di Kementerian Pertanian dan Perum Bulog yang menjadikan tanggal merah sebagai hari memanjakan diri dan keluarga, mengingat dirinya sudah  bekerja keras dalam menunaikan pekerjaannya ?

Selain itu, mungkin saja ada diantara mereka yang telah mengagendakan pada hari libur untuk digunakan ngajak cucu kesayangannya untuk jslan-jalan ke Kebun Binatang ? Atau ada yang menyiapkan untuk jalan-jalan ke Ancol ? Pokoknya, sangat jarang menemukan pejabat negara yang memiliki sikap tidak ada hari libur dalam bekerja.

Catatan kritis yang pantas dibahas lebih jauh, apa yang akan terjadi bila hanya Kementerian Pertanian dan Perum Bulog saja yang ikhlas menjadikan hari libur sebagai hari kerja, namun semua staf yang menemaninya seolah-olah merasa terpaksa untuk bekerja di tanggal merah ? Lain cerita, jika mereka pun rela untuk bekerja di hari libur, yang seharusnya dijadikan waktu untuk bersantai.

Pemerintah di negara kita sebetulnya telah mengatur dan menetapkan, mengapa harus ada hari libur dan tanggal merah. Hanya, penting dipahami, Pemerintah tidak melarang jika ada orang yang masih ingin bekerja di hari libur. Masalahnya, akan menjadi cukup rumit, jika ada Pejabat Negara sekelas Menteri yang bekerja di hari libur.

***

Judul: Demi Serap Gabah, Sabtu-Minggu Tidak Libur
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Advertorial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *