Titik Temu

oleh: Prof. Yudi Latif

MajmusSunda News, Kamis (15/05/2025) Artikel berjudul “Titik Temu” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, pagi tadi, saat cahaya mentari masih lembut menyapa dedaunan, Nurcholish Madjid Society dan IPB University menggelar sebuah ruang perjumpaan: Kajian Titik Temu.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif, penulis – (Sumber: Instagram)

Kita hidup dalam zaman yang bergerak secepat cahaya—teknologi mendisrupsi, globalisasi menembus batas. Setiap bangsa, termasuk Indonesia, bukan hanya diguncang ledakan pluralitas dari dalam, tapi juga semburan keragaman dari luar. Dalam pusaran itu, kemajemukan kita diuji dalam tarian rumit relasi antarbudaya, antaridentitas.

Namun siapa manusia tanpa nama? Siapa insan tanpa akar? Kita semua memerlukan identitas untuk berpijak. Tapi di tengah pluralitas, identitas bisa menjelma pedang bermata dua.

Jalan pertama: agar aku ada, yang lain harus tiada. Ini jalan lama yang kini menampakkan wajah baru—atavisme yang menggiring dunia ke jurang fasisme-totalitarianisme. Bila mata dibayar dengan mata, kata Gandhi, dunia akan menjadi buta. Dan Indonesia, yang terbuat dari perbedaan, akan menjadi ladang bara tak berujung.

Jalan kedua: membuka mata dan hati, menerima bahwa pelangi hanya mungkin jika warna-warna bersedia berdampingan. Ini jalan titik temu—tempat perbedaan tak dibakar, melainkan dirayakan.

Namun titik temu tak lahir dari kehampaan. Ia bertumbuh dari konektivitas dan inklusivitas: dari ruang-ruang perjumpaan yang menumbuhkan pengertian, dari akses yang setara terhadap ilmu, penghidupan, kesempatan, dan harapan. Di sanalah prasangka luluh menjadi cinta, dan jurang dijembatani oleh rasa percaya.

Agar semua itu menyatu, kita perlu benang halus: nilai-nilai bersama yang merajut kita menjadi komunitas moral. Dan Pancasila, dengan segala keluhuran yang dirangkumnya, adalah kristal dari nilai inti itu.

Titik temu bukan sekadar wacana; ia adalah taman yang perlu disiram bersama. Tempat di mana perbedaan tidak dihapus, tapi ditata menjadi harmoni. Sebab kita bukan sekadar hidup berdampingan, tapi hidup untuk saling menguatkan.

***

Judul: Titik Temu
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *