Sebabnya Indonesia Swasembada Beras (Lagi!)

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Jum’at (23/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Sebabnya Indonesia Swasembada Beras (Lagi!)” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ada beberapa indikator penting, mengapa suatu bangsa pantas untuk disebut telah berswasembada beras. Fakta menyatakan swasembada beras itu, tidak ujug-ujug turun dari langit. Bukan juga sebuah hadiah yang diberikan oleh negara tertentu. Namun, pencapaian swasembada beras adalah perjuangan cukup panjang yang membutuhkan kerja keras dan kerja cerdas.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Indonesia telah beberapa kali mampu menyabet gelar sebagai bangsa yang mampu berswasembada beras. Negara kita telah dua kali memperoleh penghargaan berkelas dunia dalam hal swasembada beras. Pertama tahun 1984, Indonesia mendapat penghargaan dari Badan Pangan Dunia (FAO) dan kedua tahun 2023 , penghargaan dari Lembaga Riset Dunia International Rice Reasearch Institute (IRRI).

Menurut catatan dan berbagai literatur, yang membuat Indonesia mencapai swasembada beras dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Paling tidak, ada 4 faktor yang dominan yakni pertama adanya produktivitas beras yang meningkat. Meningkatnya produktivitas beras dapat membantu meningkatkan produksi beras dalam negeri.

Kedua adanya stok domestik yang memadai. Ketersediaan stok beras domestik yang cukup dapat membantu menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras. Ketiga, kebutuhan beras nasional yang terpenuhi. Jika kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri, maka Indonesia dapat mencapai swasembada beras.

Keempat, populasi dan konsumsi beras yang terkendali. Faktor-faktor seperti perubahan populasi dan konsumsi beras juga dapat mempengaruhi kemampuan Indonesia untuk mencapai swasembada beras. Itu sebabnya, mengapa Pemerintah begitu seriusnya mengembangkan program penfanekaragaman pangan dengan tujuan untuk meragamkan pola makan.

Namun, perlu diingat bahwa Indonesia pernah mengalami kesulitan mencapai swasembada beras karena beberapa faktor, seperti terjadinya perubahan iklim. Artinya, perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi beras dan menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak dapat mencapai swasembada beras. Contoh konkritnya sergapan El Nino, yang terjadi tahun 2023 lalu

Dari penjelasan diatas, dapat disampaikan untuk mencapai swasembada beras lagi, Indonesia perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut dan melakukan terobosan cerdas untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri serta menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras.

Saat ini kembali perbincangan swasembada beras ramai dibahas oleh berbagai pihak. Ada yang berpendapat, kini Indonesia sudah mampu berswasembada beras. Alasannya cukup masuk akal, karena produksi beras yang dihasilkan para petani di dalam negeri neningkat cukup signifikan dan spektakuler.

Lebih meyakinkannya lagi, adanya proyeksi dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang menyebut produksi beras negara kita dalam tahun 2025 bisa mencapai 34,6 juta ton. Hal ini betul-betul merupakan lonjakan produksi yang nenakjubkan, terutama bila dibandingkan dengan produksi beras tahun 2024 yanf hanya mencapai 30,4 juta ton.

Tidak hanya itu yang pstut jadi pencermatan, namun yang nananya cadangan beras Pemerintah pun menunjukan penguatan yang sangat menjanjikan. Berdasarkan keterangan Pemerintah per pertengahan bulan Mei 2025, cadangan beras Pemerintah mencapai 3,8 juta ton. Bahkan Pemerintah optimis, saat selesainya panen raya kali ini, cadangan beras Pemerintah bakal nenembus angka 4 juta ton.

Tingginya cadangan beras Pemerintah ini, salah satu penyebabnya karena serapan gabah petani yang ditugaskan kepada Perum Bulog mampu dilakukan dengan baik. Hanya dalam waktu beberapa bulan saja Perum Bulog mampu menyerap gabah sampai 1,8 juta ton. Padahal, rata-rata penyerapan dalam 5 tahun terakhir, berkisar antara 1 – 1,2 juta ton saja.

Hal lain yang lebih meyakinkan untuk dapat diberi atribut swasembada beras lagi, mulai tahun 2025 Pemerintah mengumumkan Indonesia akan menerapkan kebijakan penyetopan impor beras. Penghentian impor beras ini ditempuh, karena produksi petani dalam negeri meningkat cukup signifikan dan mampu mencukupi kebutuhan beras di dalam negeri.

Sekarang ini pun, lagi diwacanakan untuk melakukan ekspor beras, setelah beberapa waktu lalu, Pemerintah Malaysia mengajukan permintaan untuk mengimpor beras dari Indonesia. Sekalipun Presiden Prabowo memilih alasan kemanusiaan kita melakukan ekspor, namun sudah menjadi hal yang lumrah, jika sebuah negara surplus beras, maka kebijakan yang harus ditempuhnya adalah ekspor beras.

Mempertimbangkan berbagai indikator penyebab terciptanya swasembada beras, jelas tersirat, kini Indonesia sudah layak untuk dikatakan sebagai bangsa yang berswasembada beras. Produksi yang meningkat, cadangan beras Pemerintah yang kokoh, harga beras yang stabil, kebutuhan rakyat terpenuhi dan tidak ada lagi impor beras, sah sudah Indonesia menjadi negeri yang berswasembada beras.

Bagi Pemerintahan Presiden Prabowo bersama rengrengannya Kabinet Merah Putih, pencapaian swasembada beras ini tampil menjadi kebutuhan yang mendasar. Presiden Prabowo sendiri telah menetapkan pencapaian swasembada pangan merupakan salah satu prioritasnya. Cuma patut disadari, tidak mungkin bangsa ini akan mencapai swasembada pangan, tanpa dimulai dengan swasembada beras..

***

Judul: Kiprah Bulog Mengokohkan Ketahanan Pangan
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *