MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (08/11/2024) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul Resensi Buku “Manusia Sebelum Adam: Dalil, Argumentasi dan Bukti Ilmiah dalam Kitab Suci Samawi dan Sains Modern” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS) asal Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
Buku berjudul “Manusia Sebelum Adam: Dalil, Argumentasi dan Bukti Ilmiah dalam Kitab Suci Samawi dan Sains Modern” karya Dr. Amin Riyadh La’ribi, seorang ahli sejarah dan peneliti mendalam tentang keberadaan manusia ini menghadirkan pandangan yang menggugah dan berani mengenai sejarah asal-usul manusia.
Melalui penelitian yang mendalam dan terstruktur, Dr. Amin berusaha mengungkap dan menantang pemahaman yang umum di masyarakat bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang menghuni bumi. Buku ini disusun dari perspektif sains dan agama, menyandingkan dua disiplin yang sering dianggap bertolak belakang namun dalam karya ini justru menemukan jembatannya.
Melalui buku ini, Dr. Amin memaparkan argumen bahwa menganggap Nabi Adam sebagai manusia pertama adalah kesalahan yang disebabkan oleh pemahaman terbatas atau salah tafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis muktabar. Menurutnya, Al-Qur’an tidak pernah secara eksplisit menyebutkan bahwa Adam adalah manusia pertama. Sebaliknya, ia menyajikan berbagai penafsiran yang menunjukkan bahwa ada spesies manusia lain yang telah menghuni bumi jauh sebelum era Nabi Adam.
Dr. Amin menyuguhkan bukti-bukti berdasarkan kajian literatur keagamaan, serta penemuan arkeologis dan paleontologis yang mendukung keberadaan spesies manusia purba sebelum Nabi Adam. Hal ini memberikan pandangan baru yang meruntuhkan pemahaman umum bahwa seluruh manusia modern adalah keturunan langsung dari Nabi Adam. Sebaliknya, penulis menunjukkan bahwa manusia, dalam konteks biologis, telah mengalami perkembangan dan transformasi melalui berbagai spesies hingga mencapai manusia modern saat ini.
Salah satu kekuatan buku ini adalah ketelitiannya dalam menggabungkan teks agama dengan temuan ilmiah. Dr. Amin tidak hanya mengandalkan tafsir agama, tetapi juga memasukkan bukti-bukti dari temuan fosil, artefak kuno, serta teori evolusi yang kini semakin mapan dalam ilmu pengetahuan modern. Ia mengajak pembaca untuk melihat fakta bahwa eksistensi spesies manusia di bumi ini telah berlangsung jauh sebelum Nabi Adam, di mana spesies-spesies tersebut hidup dan berkembang melalui proses yang panjang, bertahap, dan alami.
Penulis juga menguraikan pandangannya tentang bagaimana agama dan sains yang sering dianggap tidak sejalan, justru dapat berdampingan dalam menjelaskan sejarah umat manusia. Bagi Dr. Amin, sains dan agama bukanlah hal yang bertentangan melainkan saling melengkapi. Misalnya, di dalam buku ini ia menyebutkan adanya istilah “khalifah” yang diberikan kepada Nabi Adam dalam Al-Qur’an yang menurutnya tidak harus berarti menjadi “manusia pertama”, melainkan lebih pada kedudukan khusus Adam sebagai pemimpin, atau perwakilan Allah di bumi.
Di sinilah letak keunikan buku “Manusia Sebelum Adam” yang ditulis dengan pendekatan riset yang solid. Dengan telaten, penulis menguraikan ayat-ayat dan hadis yang seringkali diabaikan dalam perdebatan tentang asal-usul manusia.
Dr. Amin juga menghadirkan pendapat dari para ulama yang mendukung pandangannya, memberikan dimensi intelektual yang lebih luas bagi pembaca. Ia berhasil menyajikan argumennya secara seimbang dan tidak terkesan provokatif, menjadikannya sebagai bacaan yang relevan bagi mereka yang ingin memperluas wawasan dan melihat asal-usul manusia dalam perspektif yang baru.
Selain kaya kajian agama, buku ini juga tidak luput dalam menyajikan elemen ilmiah dengan detail yang memadai. Dr. Amin menunjukkan pengetahuannya yang mendalam tentang sejarah manusia melalui pemahaman tentang hominid dan spesies-spesies manusia purba lainnya, seperti Homo habilis, Homo erectus, hingga Homo sapiens. Menariknya, buku ini juga tidak mengabaikan sisi filosofis yang mempertanyakan makna keberadaan manusia, fungsi manusia di bumi, serta hakikat manusia sebagai makhluk spiritual yang memiliki tugas tertentu.
Bagi para pembaca Indonesia, buku ini merupakan sebuah karya yang dapat membuka cakrawala baru dalam memahami asal-usul manusia. Buku ini seakan menjembatani pemikiran antara tradisi keagamaan yang kuat dengan temuan-temuan ilmiah modern. Dalam dunia yang kini semakin kritis terhadap pandangan-pandangan yang tidak sesuai dengan penemuan ilmiah, buku Dr. Amin Riyadh La’ribi menjadi salah satu contoh yang berhasil mempertemukan dua sisi tersebut.
Secara keseluruhan, buku “Manusia Sebelum Adam: Dalil, Argumentasi dan Bukti Ilmiah dalam Kitab Suci Samawi dan Sains Modern” ini termasuk bacaan yang menarik dan penuh wawasan. Tidak hanya menghadirkan tantangan intelektual yang memicu rasa ingin tahu, tetapi juga membawa pesan penting bahwa perbedaan disiplin ilmu tidak seharusnya menjadi penghalang, melainkan alat untuk saling memahami dan memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah dan makna keberadaan manusia di muka bumi.
***
Judul: Resensi Buku “Manusia Sebelum Adam: Dalil, Argumentasi dan Bukti Ilmiah dalam Kitab Suci Samawi dan Sains Modern”
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.
Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif yang berasal dari Sukabumi ini juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***