MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (21/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Perum Bulog Mencintai Petani, Petani Menghormati Perum Bulog” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Mari kita dalami dulu apa yang menjadi tema dalam judul tulisan diatas. Mulai dari makna Perum Bulog mencintai petani. Sejatinya, Perum Bulog tidak memiliki kemampuan untuk mencintai atau memiliki perasaan seperti manusia. Bulog adalah lembaga pemerintah yang berfungsi untuk mengelola logistik dan cadangan pangan, termasuk beras.

Bulog memiliki hubungan kerja dengan petani dalam rangka menyerap beras dari petani dan mendukung ketersediaan pangan di Indonesia. Namun, hubungan ini lebih bersifat profesional dan berdasarkan pada kepentingan ekonomi dan kebutuhan pangan masyarakat. Jadi, Bulog tidak “mencintai” petani, melainkan bekerja sama dengan mereka untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu meningkatkan ketersediaan pangan dan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya, petani menghormati Perum Bulog. Lalu bagaimana caranya agar petani dapat menghormati Perum Bulog ? Sekurang-kurangnya ada empat cara yang dapat ditempuh. Pertama menjual hasil panen kepada Bulog. Petani dapat menjual hasil panen mereka kepada Bulog sebagai bagian dari program penyerapan beras pemerintah.
Kedua, mengikuti prosedur yang ditetapkan. Petani dapat mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Bulog dalam menjual hasil panen mereka, seperti memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang ditetapkan. Ketiga, mengembangkan kerja sama yang baik. Petani dapat mengembangkan kerja sama yang baik dengan petugas Bulog dan mengikuti komunikasi yang efektif untuk memastikan proses penyerapan berjalan lancar.
Keempat, menghormati komitmen. Petani dapat menghormati komitmen yang telah disepakati dengan Bulog, seperti waktu pengiriman dan harga yang disepakati. Dengan melakukan hal-hal tersebut, petani dapat menunjukkan rasa hormat dan kerja sama yang baik dengan Bulog, sehingga proses penyerapan beras dapat berjalan lancar dan efektif.
Proses Perum Bulog mencintai petani secara harfiah, memang lebih dititik-beratkan pada nilai sakral kehidupan, bukan pada fakta kehidupan. Nilai ini, mestinya tampak dalam kehidupan keseharian di lapanfan, setelah ada komitmen jalinan persahabatan sejati antara Perum Bulog dengan petani. Kecintaan ini, tentu bersifat universal.
Perum Bulog adalah lembaga pemerintah yang berfungsi untuk mengelola logistik dan cadangan pangan, termasuk beras. Bulog tidak memiliki kemampuan untuk mencintai atau memiliki perasaan seperti manusia.
Jadi, tidak ada kesulitan bagi Bulog untuk “mencintai” petani karena Bulog adalah lembaga yang beroperasi berdasarkan prosedur dan kebijakan yang ditetapkan, bukan berdasarkan perasaan atau emosi.
Perum Bulog, pasti akan lebih fokus pada menjalankan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan, seperti menyerap beras dari petani, mengelola cadangan pangan, menciptakan stabilitas harga pangan dan mendistribusikan beras kepada masyarakat. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi itulah Perum Bulog penting untuk selalu mengemasnya dengan penuh rasa cinta.
Cinta Perum Bulog pada petani adalah terwujudnya kesejahteraan petani ke suasana hidup yang lebih baik. Itu sebabnya, suka atau pun tidak, Perum Bulog perlu berjuang keras untuk ikut secara nyata menggenjot produksi pangan sebanyak-banyaknya agar hasilnya berlimpah. Selain itu, Perum Bulog juga penting mengawal menciptakan harga jual yang menguntungkan para petani.
Kaitannya dengan empat cara petani menghormati Perum Bulog seperti yang dijelaskan diatas, maka kata kuncinya tetap berada pada nilai persahabatan Perum Bulog dengan petani itu sendiri. “Spirit brotherhood” atau “semangat persaudaraan” merujuk pada hubungan yang kuat dan harmonis antara individu atau kelompok yang memiliki ikatan emosional, kepercayaan, dan solidaritas.
Makna dari spirit brotherhood meliputi keterikatan emosional yang dicerminkan adanya hubungan yang erat dan hangat antara individu atau kelompok. Lalu, solidaritas. Artinya ada kesediaan untuk mendukung dan membantu satu sama lain. Kemudiaj,
kepercayaan, yakni adanya kepercayaan dan kejujuran dalam hubungan. Dan terakhir kebersamaan, khususnya rasa memiliki dan bersama dalam mencapai tujuan atau menghadapi tantangan.
Spirit brotherhood dapat ditemukan dalam berbagai konteks, seperti keluarga, komunitas, organisasi, atau bahkan hubungan antara bangsa atau negara. Dalam banyak kasus, spirit brotherhood membantu membangun kekuatan, ketahanan, dan harmoni dalam hubungan.
Ingin disampaikan, pada jamannya, Bulog dikenali sebagai sahabat sejati petani. Bulog selalu mendengan dengan baik jeritan petani. Apa yang jadi kerisauan petani, selalu menjadi kerisauan Bulog. Semua ini wajar terjadi karena Bulog dan petani, memiliki ikatan kebatinan yang kuat dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah (means the future happiness).
Pertanyaannya adalah apakah sekarang Bulog masih pantas disebut sebagai sahabat sejati para petani ? Apakah saat ini, mereka yang diberi kehormatan dan tanggungjawab mengelola Bulog masih memiliki hasrat untuk melakukan pembelaan dan perlindungan terhadap petani ? Atau tidak, dimana mereka lebih menghamba kepada orang yang “menguasai”nya ?
Jawaban jujur inilah sebetulnya yang kita butuhkan. Menjadi “pengelola” Bulog harus selalu dilandasi oleh spirit untuk melindungi dan membela petani. Jangan jadikan Bulog sebahai jenjang untuk mengejar syahwat kekuasaan seseorang. Mengelola Bulog berbeda dengan mengelola lembaga negara lain. Sebab, garapan Bulog, lebih berkaitan dengan tersambung atau tidaknya nyawa kehidupan warga bangsa.
Satu kata penting agar Bulog dapat menjadi sahabat sejati petani adalah adanya keberpihakan nyata Bulog terhadap petani. Persahabatan ini ditandai dengan tidak adanya kebijakan yang tetkesan memarginalkan petani dalam mengarungi kehidupannya. Kebijakan Bulog selalu pro petani dan mampu mengkomunikasikannya dengan pihak yang mengatur kebijakan pangan di negeri ini.
***
Judul: Perum Bulog Mencintai Petani, Petani Menghormati Perum Bulog
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi










