MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Senin (19/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Lodong Kosong Ngelentrung” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Peribahasa Sunda “lodong kosong ngelentrung”, sering diibaratkan dengan orang yang banyak berbicara itu, umumnya tidak ada isinya atau bisa juga disebut ilmunya sedikit atau dangkal. Dalam kehidupan keseharian, pasti kita jumpai ada orang yang banyak omong, tapi kalau dicermati dengan seksama, apa yang diomongkannya itu tidak ada isinya. Istilah populernya KKO alias ‘kalah ka omong’.

Dalam mengarungi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat pun, kerap kali dijumpai ada orang yang sulit berhenti bicara jika dirinya sedang membahas sesuatu. Bahkan mulutnya pun sampai berbusa-busa. Sayang, apa yang dibicarakannya itu, tidak jelas mana awalnya dan mana akhirnya. Hal inilah yang disebut sebagai “lodong kosong ngelentrung”.
Hal yang tidak jauh berbeda, terjadi pula pada politisi-politisi dadakan yang ingin mengejar posisi sebagai Wakil Rakyat. Ketika masa kampanye berlangsung, banyak kita saksikan para politisi ini yang berkampanye dihadapan konsituennya dengan nada tinggi dan berapi-api menjelaskan program andalznnya, sekiranya terpilih menjadi Wakil Rakyat.
Namun begitu, bila kita dalami apa yang disampaikannya itu, ternyata hanyalah sekedar bermain dengan kata-kata. Tidak ada satu pun ide dan gagasan yang bernilai inovatif dan kreatif. Padahal yang dibutuhkan para konsituennya, seorang Wakil Rakyat mestilah sosok yang mampu menjembatani kepentingan politiknya dengan aspirasi yang tumbuh di masyarakat.
Bagi seorang politisi, bicara adalah modal utamanya. Apa yang disampaikannya menjadi ukuran penting, apakah dirinya pantas untuk jadi Wakil Rakyat atau tidak. Jadi agak mengejutkan jika kita temukan ada seorang Wakil Rakyat yang tampak kesulitan untuk bicara. Bagi Wakil Rakyat lebih baik jadi lodong kosong ngelentrung katimbang cuma pandai duduk manis dan tersenyum simpul.
Menariknya, ternyata dalam suasana kekinian, malah sering kita temui beberapa Wakil Rakyat yang pantas diibaratkan dengan peribahasa lodong kosong ngelentrung. Penampilannya, memang meyakinkan. Emblim yang menggambarkan dirinya sebagai Wakil Rakyat pun menempel di dadanya. Tapi ketika dialog dengan konsituennya, ternyata yang dibicarakannya, hampir semua tidak ada isinya.
Lodong kosong ngelentrung pun layak diberikan jika ditemukan ada Wakil Rakyat yang getol bicara masalah, tapi tidak jelas apa jalan keluar yang disampaikannya. Bangsa ini sangat mendambakan sekali adanya Wakil Rakyat yang mampu memberikan solusi cerdas terhadap masalah yang tengah dihadapi para konsituennya. Masyarakat sudah bosan mendengar Wakil Rakyat yang hanya pintar omon-omon.
Dalam suasana sekarang, menampilkan diri selaku Wakil Rakyat yang mampu memahami apa keinginan dan kebutuhan konsituennya, bukanlah hal mudah untuk ditempuh. Apalagi jika yang terpilih jadi Wakil Rakyat itu tergolong kedalam “politisi dadakan”, yang tidak pernah merasakan, bagaimana pahit getirnya menjadi kader partai politik.
Menjadi Wakil Rakyat, bukan cuma sekedat beken dan keren, tapi harus memiliki talenta yang kuat dengan apa yang menjadi ‘will’ dan ‘need’ masyarakat. Itu sebabnya, menjadi sebuah keharusan bila seorang Wakil Rakyat adalah orang yang produktif, inovatif dan kreatif. Wakil Rakyat memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan rakyatnya.
Sekarang, memang banyak pesohor yang terpilih menjadi Wakil Rakyat. Dari sisi kepopuleran, mereka bukan lawan seimbang dengan seorang dosen di Perguruan Tinggi, yang sama-sama mencalonkan diri sebagai Wakil Rakyat. Namun belum tentu bila dilihat dari sisi pemahaman terhadap politik pembangunannya. Bisa jadi sang dosen akan lebih unggul dibandingkan dengan sang pesohor.
Di sisi lain, kesadaran politik rakyat pun semakin meningkat. Sekalipun secara formal pendidikan politik rakyat kurang tergarap dengan serius, namun dengan semangat kemandiriannya, rakyat tampak semakin antusias untuk mengenal dan memahami soal kepolitikan di negeri ini. Terlebih dengan adanya media sosial, membuat rakyat semakin tahu politik.
Seiring dengan itu, masyarakat terekam semakin memahami mana politisi yang memiliki semangat untuk menyuarakan kepentingan rakyat dan politisi mana yang hanya mengusung kepentingan pribadi dan kelompoknya. Rakyat juga kini semakin sulit untuk dibohongi dengan janji-janji politik yang terkadang seperti mengecat langit. Padahal yang dibutuhkan rakyat adalah yang menapak bumi.
Hebatnya lagi, ternyata sekarang ini masyarakat semakin paham, mana politisi yang suaranya seperti “lodong kosong ngelentrung”, dan mana politisi yang benar-benar berbobot dan berkarakter. Rakyat sudah tidal bisa lagi diberi janji kosong. Apalagi kalau hanya untuk merebut simpatinya. Rakyat cuma menuntut agar Wakil Rakyat itu selalu mengutamakan kepentingan konsituennya.
Semoga jadi pencermatan kita bersama.
***
Judul: Lodong Kosong Ngelentrung
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi