MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (14/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Lestarikan Cadangan Beras” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Kondisi cadangan beras pemerintah saat ini cukup stabil dan aman. Berdasarkan data terbaru, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 3.502.895 ton per 4 Mei 2025, yang merupakan rekor tertinggi sejak 1968. Jumlah ini merupakan hasil serapan dari petani lokal tanpa impor beras medium.

Pemerintah optimistis target stok CBP sebesar 4 juta ton akan tercapai dalam waktu dekat. Namun, peningkatan volume stok cadangan beras pemerintah menghadirkan tantangan baru, yakni keterbatasan ruang penyimpanan. Untuk mengatasi hal ini, Bulog menggandeng BUMN dan pihak swasta untuk menyewa gudang tambahan dengan standar penyimpanan pangan yang memadai.
Selain itu, Pemerintah akan membangun gudang darurat atau gudang alternatif untuk menyimpan beras guna mengantisipasi lonjakan stok beras nasional. Pembangunan gudang ini sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan beras dan mengatasi keterbatasan ruang penyimpanan yang ada saat ini.
Berkaca pada pengamatan yang menyeluruh, tujuan utama pembangunan gudang darurat ini adalah pertama, mengantisipasi lonjakan stok beras yang meningkat cukup spektakuler. Gudang darurat akan membantu meningkatkan kapasitas penyimpanan beras dan mengatasi keterbatasan ruang penyimpanan yang ada saat ini.
Kedua, mengamankan serapan gabah dan beras yang telah dicapai cukup signifikan. Pembangunan gudang darurat juga akan membantu Bulog dalam melakukan penyerapan gabah dan beras dari petani, sehingga petani dapat memperoleh harga yang adil dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Dan ketiga, mewujudkan swasembada pangan.
Dengan meningkatnya kapasitas penyimpanan beras, pemerintah diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatur pasokan beras dan menjaga stabilitas harga, sehingga tujuan swasembada pangan yanf telah ditetapkan sebagai salah satu kebijakan prioritas Pemerintahan Presiden Prabowo bersana rengrenfan Kabinet Merah Putih, dapat tercapai.
Perum Bulog sebagai operator pangan Pemerintah, yang ditugaskan untuk mengelola cadangan beras Pemerintah, dituntut agar dapat memperlihatkan kinerja terbaiknya. Masakah yang kini menghadang Perum Bulog, bukan lagi bagaimana menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya, namun kini bergeser ke arah pengamanan gabah yang sekarang ini, jumlahnya cukup berlimpah.
Paling tidak, ada lima langkah yang dapat ditempuh Perum Bulog dalam mengamankan gabah yang telah terserap cukup berlimpah ini. Pertama, mengoptimalkan penyerapan gabah dan beras dalam negeri. Bulog memanfaatkan fleksibilitas harga gabah dan beras untuk memaksimalkan penyerapan produksi dalam negeri, sehingga harga dapat terjaga dengan baik dan petani mendapatkan harga yang adil.
Kedua, menjadi safety net bagi petani. Bulog hadir sebagai penjamin harga gabah yang baik bagi petani, sehingga ketika produksi meningkat dan harga cenderung turun, Bulog dapat menyerap gabah tersebut dan menjaga kestabilan harga. Ketiga,
kerja sama dengan instansi terkait. Bulog bekerja sama dengan Koramil dan instansi terkait lainnya untuk mengawasi harga gabah di tingkat petani dan memastikan harga tidak jatuh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Keempat, pengadaan dalam negeri. Bulog memprioritaskan pengadaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan stok beras nasional dan meningkatkan ketahanan pangan. Dan kelima, pembelian gabah di atas HPP. Bulog juga berupaya membeli gabah di atas HPP jika memungkinkan, sehingga petani dapat memperoleh harga yang lebih baik.
Melalui lima strategi ini, Perum Bulog diharapkan dapat mengamankan gabah yang telah terserap cukup berlimpah dan menjaga kestabilan harga pangan nasional. Hal ini penting menjadi catatan khusus Perum Bulog, mengingat pengelolaan cadangan beras Pemerintah yang jumlahnya mendekati angka 4 juta ton, bukanlah hal mudah untuk ditempuh.
Buktinya, kini Perum Bulog cukup kesulitan mencari gudang penyimpanan, karena gudang Perum Bulog yang ada, tidak mampu menampung gabah yang diserap. Akubatnta wajar jika Perum Bulog terpaksa melakukan penyewaan gudang-gudang yang dinilai cukup memadai untuk dijadikan tempat penyimpanan gabah/beras dalam jumlah besar dan jangka panjang.
Yang cukup mengejutkan adalah sikap yang diambil Presiden Prabowo dalam nenjawab masalah kekurangan gudang penyimpanan gabah/beras ini. Setelah mendapat laporan soal kekurangan ini, Presiden Prabowo langsung memerintahkan untuk membangun gudang alternatif sejumlah 25 ribu gudang di berbagai daerah. Presiden Prabowo selalu gerak cepat dan tidak pernah nau menunda masalah.
Selain soal gudang penyimpanan yang terbatas, Perum Bulog pun akan dihadapkan pada masalah kualitas gabah yang terserap. Fakta menunjukan kualitas gabah yang diserap umumnya bersifat ‘any quality’ atau gabah apa adanya, tanpa memperhatikan faktor kadar air dan kadar hampa. Lebih parah lagi, jika sebagian besar gabah yang diserap tergolong gabah basah.
Akhirnya penting untuk disampaikan, mengamankan cadangan beras Pemerintah dalam jumlah besar, merupakan pengalaman pertama bagi Perum Bulog. Selama ini Perum Bulog berpebgalanan dalam pengekolaan cadangan beras dalam jumlah yang kecil. Itu sebabnya, Perum Bulog perlu berhati-hati dalam menggarapnya.
***
Judul: Lestarikan Cadangan Beras
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi










