“Kabeuyeuyan”

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Minggu (25/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “”Kabeuyeuyan”” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Secara umum, kata “kabeureuyan” memiliki arti ketelan tulang ikan di tenggorokan. Yang sering jadi penyebabnya ya duri ikan. Sebut saja, duri ikan mas dan ikan patin. Ya, “kabeureuyan” dalam bahasa Sunda berarti “tenggorokan kemasukan duri ikan” atau secara umum bisa merujuk pada situasi di mana ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan, seperti tulang ikan. Jadi, jika ada yang mengatakan “ketelan tulang ikan di tenggorokan”, itu bisa disebut “kabeureuyan” dalam bahasa Sunda.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Orang bisa mengalami “kabeureuyan” (tenggorokan kemasukan duri ikan atau benda lain) karena beberapa alasan, seperti kurangnya perhatian saat makan. Atau makan dengan terburu-buru. Bisa juga tdak mengunyah makanan dengan baik. Dan mengonsumsi makanan yang memiliki tulang atau duri yang kecil dan tajam Untuk mencegah “kabeureuyan”, penting untuk makan dengan hati-hati, mengunyah makanan dengan baik, dan memperhatikan apa yang kita konsumsi.

Dengan demikian, pepatah Sunda “kabeureuyan mah tara ku tulang munding” bisa dimaknai jangan bersikap sembrono atau lalai, karena bahaya seringkali datang dari hal-hal kecil atau yang tidak terduga, bukan dari perkara besar. Tulang munding di sini berfungsi sebagai simbol dari sesuatu yang kecil, yang tak terduga, atau yang sering diabaikan.

Kata “kabeureuyan” sendiri merujuk pada sikap sembrono, lalai, atau kurang hati-hati. Sementara “tulang munding” adalah tulang ikan, yang di sini dianalogikan sebagai sesuatu yang kecil dan mudah diabaikan, namun dapat menyebabkan masalah jika tidak diwaspadai.

Nilai filosofi dari pepatah ini adalah pentingnya memperhatikan detail dan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, karena kesalahan atau masalah kecil dapat berakibat besar jika tidak diantisipasi atau ditangani dengan baik. Pepatah ini mengajarkan kita untuk waspada dan teliti dalam menghadapi berbagai situasi.

Jadi, secara keseluruhan, pepatah Sunda ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap hal, bahkan terhadap hal-hal yang tampak sepele, karena bahaya bisa datang dari mana saja. Artinya dalam melakoni kehidupan dimana pun kita berada dan apa pun pangkat yang dipegang, tetap harus selalu ingat pada purwadaksinya.

Banysk contoh yang berkaitan dengan pepatah ‘kabeureuyan mah tara ku tulang munding’. Tapi yang sering kita alami justru oleh duri yang kecil dan kadang tidak terlihat oleh mata. Seorang sahabat sempat kabeureuyan sama duri ikan mas. Dirinya, tidak mengira pepes ikan yang dimakannya akan banyak durinya. Sekalipun sudah sangat hati-hati, ternyata akhirnya jadi kabeureuyan juga.

Begitupun dalam melakoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kita tidak akan menduga hal-hal yang dianggap remeh tapi menyenangkan dan menggairahkan untuk sesaat, akan membuat seseorang menanggung malu yang sangat besar. Bahkan bukan cuma malu, namun juga bisa menjatuhkan martabat dan harga diri pribadinya.

Sebagai teladan, sebut saja ada seorang pejabat yang keren dan menawan, terpaksa harus menerima cercaan dari masyarakat karena kelakuannya ysng tidak sepadan dengan penampilannya. Kalau sedang pidato, apa-apa yang disampaikan, benar-benar sangat menyejukan hati, tapi jika dilihat dari kelakuannya ternyata sangat memalukan.

Tiba-tiba jagat kehidupan pun dibuat geger, karena ada seorang wanita muda yang menunjut agar pejabat tersebut bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya kepada sang wanita itu. Lebih gawat lagi persoakannya pun diangkat ke ranah publik, sehingga mengundang perhatian sebagian besar masyarakat. Pejabat ini rupanya tidak menyangka, apa yang dilakukannya itu bakal membuat dirinya teraniaya.

Kalau pengakuan winita muda yang tampah ‘bayuhyuh’ ini benar, maka betapa banyak warga bangsa yang tertipu oleh penampilan sang pejzbat. Inilah yang sering dikatakan bertampang kesalehan tapi kelakuannya menampilkan kemunafikan. Namun ceritanya jadi lain bila pengakuannya itu cuma sekedar mencari popularitas semata.

Yang menarik dari pengalaman ini, pepatah kabeureuyan mah tara ku tulang munding, tentu ada benarnya. Siapa sangka kelakuan pejabat yang mungkin cuma sekedar iseng-iseng berhadiah itu, malah membuat dirinya tercoreng dimata publik. Menyakitkannya lagi sang pejabat ini pun harus berhadapan dengan aparat penegak hukum, karena ada sesuatu masalah serius yang patut dipertanggungjawabkannya. Betul, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Bagi seseorang yang pernah mengalami kabeureuyan, pasti akan merasakan bagaimana terganggunya kehidupannya. Ketika sedang kabeureuyan, seorang penyanyi beken pun akan kesulitan untuk mengeluarkan suara emasnya. Seorang politisi yang dikenal sebagai ‘singa podium’ tampak akan kesusahan mengolah kalimat yang pantas disampaikan ke konsituennya.

Masalahnya menjadi semakin rumit, ketika segala cara seperti minum air hangat atau teh hangat untuk membantu melunakkan dan mengeluarkan benda yang tersangkut; makan roti atau makanan lunak lainnya untuk membantu mendorong benda keluar; batuk lembut untuk mencoba mengeluarkan benda.telah ditempuh untuk mengeluarkan duri ikan mas atau ikan patin dari tenggorokannya, ternyata tidak ada yang berhasil.

Satu-satunya jalan pamungkas adalah pergi ke dokter THT atau tenaga medis untuk membantu menyelesaikannya. Pengalaman membuktikan dokter THT pasti akan cepat menanganinya. Yang pasti, kita jangan pernah sekalipun menyepelekan kabeureuyan.

***

Judul: “Kabeuyeuyan”
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *