Acil Bimbo: Sang Penjaga Nada Religi yang Kini Beristirahat dalam Keabadian

Artikel ini ditulis oleh: Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid.

Acil Bimbo
Suasana pemakaman almarhum Acil Bimbo di Komp[leks Makam Keluarga Hardjakusumah pada Selasa (02/08/2025) - (Sumber: AZM/MMS)

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Selasa (02/08/2025) ─ Artikel berjudul “Acil Bimbo: Sang Penjaga Nada Religi yang Kini Beristirahat dalam Keabadianini ditulis oleh Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid., anggota Dewan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS), dosen, penulis, dan juga Direktur Utama PT Majmu Musti Sundaya yang membawahi media online MajmusSunda News.

Selasa siang, 2 September 20256, sekitar pukul 12.00 WIB, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim Cipageran yang berada di Jalan Kolonel Masturi, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, dipenuhi ratusan pelayat. Mereka menghadiri pemakaman seorang tokoh musik legendaris Indonesia, Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan sebutan Acil Bimbo.

TPU Muslim Cipageran
Plang Tempat Pemakaman Umum (TPU) Muslim Cipageran, Cimahi Utara, Kota Cimahi, tempat pemakaman almarhum Acil Bimbo – (Sumber: Arie/MMS)

Tak heran kalau arus jalan di depan TPU Muslim Cipageran tersebut menjadi macet karena salah satu sisi jalan tersebut dipenuhi dengan puluhan mobil yang parkir. Sejumlah pemuda dari beberapa organisasi kepemudaan tampak ikut membantu mengatur arus lalu lintas. Beberapa orang pelayat masih berdatangan menuju area “Makam Keluarga Hardjakusumah” yang masih berada dalam TPU tersebut.

TPU Muslim Cipageran
Salah seorang anggota ormas kepemudaan tampak sedang membantu mengatur lalu lintas di depan TPU Muslim Cipageran – (Sumber: AZM/MMS)
Acil Bimbo
Makam Keluarga Hardjakusumah, tempat dimakamkannya almarhum Acil Bimbo – (Sumber: Arie/MMS)

Selain pihak keluarga, terlihat beberapa tokoh penting turut hadir mengantarkan almarhum Acil Bimbo ke peraduannya yang terakhir. Terlihat mantan Wali Kota Bandung periode 2003-2013, Dada Rosada; Mi’ing Bagito (komedian dan anggota DPR); politikus PDIP, Ono Surono; aktor sekaligus presenter, Irgi Ahmad Fahrezi (masih memiliki hubungan keluarga dengan Acil Bimbo); Bupati Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna; dan banyak lagi tokoh lainnya.

Acil Bimbo meninggal dunia
Suasana di pemakaman almarhum Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan sebutan Acil Bimbo pada Selasa (02/08/2025) – (Sumber: Arie/MMS)

Suana haru menyelimuti area seputar pemakaman keluarga Hardjakusumah. Semua hadirin tampak tertib mengelilingi area pemakaman. Ada yang berdiri sambil mengabadikan momen tersebut dengan kamera handphone-nya masing-masing. Namun, ada juga yang duduk di pinggir batu nisan sambil termenung atau mengobrol bersama teman di dekatnya membicarakan tentang masa lalu almarhum yang dikenal sebagai penyanyi pop religius.

Dadang Supriatna Bupati Kabupaten Bandung
Bupati Kabupaten Bandung, Dadang Supriatna (memakai iket batik dan berkaca mata hitam) turut hadir pada acara pemakaman almarhum Acil Bimbo pada Selasa (02/08/20256) – (Sumber: AZM/MMS)

Pergi untuk Selamanya

Pada Senin malam, 1 September 2025, pukul 22.13, Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah alias Acil Bimbo menghembuskan napas terakhirnya pada usia 82 tahun ─ ial lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943). Bersama kakak-adiknya dalam grup legendaris Bimbo, Acil bukan sekadar musisi. Ia adalah penjaga harmoni, peramu nada yang merangkai ayat-ayat kehidupan menjadi lantunan lagu merdu penuh makna.

Kabar duka ini seketika menyebar dan menyayat hati banyak orang. Bagi bangsa Indonesia, Bimbo bukan sekadar grup musik. Ia adalah suara yang menemani perjalanan spiritual masyarakat, terutama saat Ramadan yang selalu hadir  dengan lagu-lagu religi yang tak lekang dimakan waktu.

Nisan pusara almarhum Acil Bimbo - (Sumber: Arie/MMS)
Nisan pusara almarhum Acil Bimbo – (Sumber: Arie/MMS)

Acil Bimbo lahir dan besar di Kota Bandung. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga seni. Bersama kakaknya Sam dan Jaka (yang kemudian wafat lebih dulu), serta sang adik Iin, ia membentuk Bimbo—grup yang sejak era 1970-an menjadi ikon musik Indonesia. Kehadiran Bimbo bukan hanya mengisi ruang hiburan, tetapi juga ruang perenungan.

Acil Bimbo
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau lebih dikenal dengan sebutan Acil Bimbo – (Sumber: unpaders.id)

Bimbo berbeda dari kebanyakan grup musik pada masanya. Mereka mampu menghadirkan nada yang sederhana namun penuh jiwa. Suara khas Acil dengan seriosa yang dalam sering kali menjadi penegas nuansa sakral pada setiap lagu, menjadikannya tidak sekadar musik, tetapi doa yang dilagukan.

Religi yang Membekas

Jika kita menyebutkan salah satu warisan terbesar Bimbo maka jawabannya adalah lagu-lagu religi yang abadi. Siapa yang tak mengenal lantunan:

Tuhan, tempat aku berteduh/Di mana aku mengeluh…

Lagu “Tuhan” ciptaan mereka menjadi salah satu karya fenomenal yang melekat kuat di hati umat. Pada setiap Ramadan, suara itu kembali hidup, mengisi udara masjid, televisi, hingga jalanan kota yang lengang selepas tarawih. Seolah-olah lagu itu telah menjadi nadi spiritual bangsa.

Selain “Tuhan”, karya lain seperti “Ada Anak Bertanya pada Bapaknya” atau “Puasa” telah menjelma menjadi tradisi tak tertulis: dinyanyikan kembali, dikenang kembali, dan dirasakan kembali maknanya dari generasi ke generasi.

Acil, dengan suara berat namun beningnya hati, menorehkan kesyahduan yang sukar dicari tandingannya. Ia menjadikan musik religi bukan sekadar ceramah bernada, melainkan pengalaman batin yang menyentuh.

Seniman dengan Kesederhanaan

Meski popularitas mengiringi namanya, Acil yang juga merupakan salah seorang pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS) tetap dikenal sebagai pribadi sederhana. Ia jarang muncul di layar kaca dengan gemerlap. Justru, ia lebih sering tenggelam dalam kesenyapan Kota Bandung, menjaga keluarganya, menjaga musiknya, dan menjaga imannya.

Banyak sahabat mengenangnya sebagai sosok yang bersahaja, penuh senyum, dan tidak pernah meninggi di hadapan siapa pun. Dalam pergaulan, ia selalu menjadi tempat orang bercerita, sebab ia mendengar dengan hati.

Kini, ketika tubuhnya telah berbaring tenang di peristirahatan terakhir, warisan Acil Bimbo tetap akan hidup. Nada-nada yang pernah ia dendangkan akan terus mengalun pada setiap Ramadan, pada setiap ruang doa. Bahkan, pada setiap hati yang merindukan keheningan bersama Tuhan.

Bimbo telah menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa Indonesia. Tidak berlebihan jika kita menyebut bahwa lewat musiknya, Acil dan saudara-saudaranya mengajarkan bahwa seni bisa menjadi jalan spiritual, jalan menuju penghayatan hidup yang lebih dalam.

Sebuah Doa untuk Acil

Kematian memang selalu meninggalkan duka. Namun, seperti lagu yang pernah dilantunkan Acil, hidup ini hanyalah perjalanan singkat dan pada akhirnya kita akan kembali pada-Nya.

Saat jenazah Acil disalatkan di masjid sekitar rumah duka di Cigadung dan dimakamkan di TPU Muslim Cipageran, Kota Cimahi, masyarakat umum dan komunitas seniman membanjiri tempat itu. Wali Kota Bandung, tokoh pemerintahan, serta sahabat dan pelayat hadir memberikan penghormatan terakhir, menyimbolkan betapa besar warisannya bagi negeri ini

Mari kita kirimkan doa terbaik untuk Acil Bimbo. Semoga Allah SWT menempatkannya di tempat yang paling mulia, di antara hamba-hamba yang dicintai-Nya.

Saat ini, Indonesia mungkin kehilangan suara khasnya. Namun kita tahu, gema itu tak akan benar-benar hilang. Ia akan tetap hidup dalam setiap bait lagu, dalam setiap Ramadan yang datang, dan dalam hati jutaan orang yang pernah tersentuh oleh musiknya.

Seperti lagunya yang legendaris, kita bisa kembali berbisik lirih:

Tuhan, tempat aku berteduh… Di mana aku mengeluh…”

Kini, Acil sendiri telah kembali berteduh pada Sang Khalik, meninggalkan kita dengan harmoni yang akan terus abadi. Selamat jalan, maestro.

***

Judul: Acil Bimbo: Sang Penjaga Nada Religi yang Kini Beristirahat dalam Keabadian
Penulis: Asep Zaenal Mustofa, S.K.M., M.Epid, Direktur Utama PT Majmu Musti Sundaya
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *