Workshop “Dari Daun ke Pigmen”: Menelusuri Tradisi Pewarnaan Alam dalam Budaya Sunda

Workshop ini  diselenggarakan oleh Pataruman - Indigo Experimental Station, salah satu unit dari bidang Geografi (Department of Geography), Yayasan Buana Varman Semesta atau disingkat BVS

Gelar Taufiq Kusumawardhana, Ketua Yayasan Buana Varman Semesta (tengah) bersama dua mahasiswa UPI, Dhafin Fadhlur dan Syahmi Syihabudin - (Sumber: Dhafin Fadhlur)
Gelar Taufiq Kusumawardhana, Ketua Yayasan Buana Varman Semesta (tengah) bersama dua mahasiswa UPI, Dhafin Fadhlur dan Syahmi Syihabudin - (Sumber: Dhafin Fadhlur)

MajmusSunda News, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (26/07/2025) – Dua mahasiswa Departemen Geografi (Program Studi Pendidikan Geografi, Sains Informasi Geografi, dan Survei Pemetaan dan Informasi Geografis) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Angkatan 2023, Dhafin Fadhlur dan Syahmi Syihabudin, mengikuti kegiatan workshop bertajuk “Dari Daun ke Pigmen”. Workshop ini  diselenggarakan oleh Pataruman – Indigo Experimental Station, salah satu unit dari bidang Geografi (Department of Geography), Yayasan Buana Varman Semesta atau disingkat BVS.

Workshop dilaksanakan pada Sabtu (26/07/2025) pukul 11.00 – 13.00 WIB di Kedai Kopi “Wangi Arum”, Jalan Cigugur Girang No. 212B, Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.  Berindak sebagai pemandu workshop adalah Gelar Taufiq Kusumawardhana yang juga Ketua Yayasan Buana Varman Semesta.

Suasana workshop “Dari Daun ke Pigmen” yang berlangsing di Kedai Kopi “Wangi Arum”
Suasana workshop “Dari Daun ke Pigmen” yang berlangsing di Kedai Kopi “Wangi Arum”, Kabupaten Bandung Barat pada Sabtu (26/07/2025) – (Sumber: Dhafin Fadhlur)

Pada kesempatan tersebut Gelar memperkenalkan proses tradisional pembuatan pigmen alami dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) ─ Tanaman penghasil warna biru yang telah dikenal sejak masa lampau di berbagai budaya Asia, termasuk di Tatar Sunda. Rangkaian kegiatan dimulai dari pengolahan daun menjadi pigmen, dilanjutkan dengan proses pencelupan kain (dyeing) dan diakhiri dengan tahap fiksasi warna.

Proses pengolahan warna dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) menjadi penghasil warna biru alami - (Sumber: Dhafin Fadhlur)
Proses pengolahan warna dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) menjadi penghasil warna biru alami – (Sumber: Dhafin Fadhlur)
Proses pengolahan warna dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) menjadi penghasil warna biru alami - (Sumber: Dhafin Fadhlur)
Proses pengolahan warna dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) menjadi penghasil warna biru alami – (Sumber: Dhafin Fadhlur)

Menurut Gelar, dalam tradisi masyarakat Sunda tempo dulu, kegiatan pencelupan warna memiliki istilah yang sangat spesifik. Untuk warna biru yang dihasilkan dari tanaman tarum, masyarakat menggunakan kata kerja “neuleum” yang berarti mencelup kain ke dalam larutan nila.

“Sementara untuk warna merah yang umumnya diperoleh dari akar mengkudu, digunakan kata kerja ‘nyelep’. Bahkan, proses penguncian atau fiksasi warna pun memiliki istilah tersendiri, yaitu ‘ngeceskeun’ yang merujuk pada teknik mengendapkan zat warna agar melekat kuat pada serat kain,” ujar Gelar.

Gelar Taufiq Kusumawardhana
Pemandu workshop, Gelar Taufiq Kusumawardhana sedang memperagakan kain hasil pewarnaan alami dari daun Tarum Areuy (Marsdenia Tinctoria) – (Sumber: Dhafin Fadhlur)

Kedua peserta workshop juga merupakan anggota aktif “Jantera”, Perhimpunan Pencinta Alam Geografi UPI. Selain karena penasaran dengan proses pewarnaan alami, mereka juga mengikuti workshop ini sebagai bentuk silaturahmi, mengingat Gelar juga merupakan alumni “Jantera” yang dahulu juga aktif dalam kegiatan organisasi tersebut.

Gelar Taufiq Kusumawardhana, Ketua Yayasan Buana Varman Semesta (tengah) bersama dua mahasiswa UPI, Dhafin Fadhlur dan Syahmi Syihabudin - (Sumber: Dhafin Fadhlur)
Gelar Taufiq Kusumawardhana, Ketua Yayasan Buana Varman Semesta (tengah) bersama dua mahasiswa UPI, Dhafin Fadhlur dan Syahmi Syihabudin – (Sumber: Dhafin Fadhlur)

“Awalnya ikut workshop karena penasaran, tapi ternyata prosesnya sangat menarik dan penuh makna budaya,” ujar Syahmi, salah satu peserta workshop.

Melalui workshop ini, para peserta tidak hanya mempelajari teknik pewarnaan alami, tetapi juga mengenal kosakata teknis dalam bahasa Sunda yang mencerminkan kekayaan pengetahuan lokal tentang tekstil dan pewarnaan tradisional. Kegiatan ini menjadi langkah kecil. Namun, sangat berarti dalam menghidupkan kembali warisan budaya yang nyaris terlupakan. (Karguna Purnama Harya/Varman Institute).

***

Judul: Workshop “Dari Daun ke Pigmen”: Menelusuri Tradisi Pewarnaan Alam dalam Budaya Sunda
Kontributor: Karguna Purnama Harya/Varman Institute
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *