MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Jum’at (16/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Warpres Gibran Bicara Produksi Pangan Berlimpah” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Baru-baru ini, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersuara soal pangan. Wapres Gibran menyatakan tidak sedikit kepala negara yang mengeluhkan masalah pangan ketika mereka berkunjung ke Indonesia. Menurut Gibran, kondisinya berbeda dengan Indonesia. Ia mengatakan Indonesia justru mencatat stok pangan berlimpah.

Secara lebih gamblang, Wapres Gibran menyatakan “banyak kepala kepala negara yang berkunjung ke Istana mengunjungi saya, pak presiden, semuanya mengeluhkan masalah pangan. Tapi kita tidak, kita malah surplus. Karena kita sangat fokus menyelesaikan masalah pangan”. Lebih lanjut disampaikan, Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian besar terhadap kemandirian pangan nasional.
Apa yang disampaikan Wapres Gibran, lebih memberi “warning” kepada segenap komponen bangsa, tentang betapa pentingnya kita mengelola pangan dengan penuh rasa tanggungjawab. Wapres Gibran memberi contoh betapa banyaknya bangsa-bangsa lain yang merisaukan pangan demi keberlangsungan negara dan bangsanya.
Bagi bangsa kita, peringatan tentang betapa pentingnya pangan dalam pembangunan, sebetulnya telah diungkap Proklamator Bangsa Bung Karno sekitar 73 tahun lalu. Saat itu, Bung Karno mengingatkan masalah pangan menyangkut mati dan hidupnya suatu bangsa. Itu sebabnya, kita jangan pernah bermain-main dengan urusan
pangan.
Pangan, memang bukan hanya beras. Namun begitu, penting dicatat, bagi bangsa kita, beras merupakan komoditas pangan strategis dan politis, yang butuh penanganan dengan seksama. Itu sebabnya, menjadi hal yang sangat masuk akal, bila Pemerintah lebih mengutamakan beras dalam menjalankan pembangunan pangannya.
Di sisi lain, perlu disadari, beras merupakan sumber kehidupan dan sumber penghidupan bagi sebagian besar warga bangsa. Disebut sumber kehidupan, karena lebih dari 90 % warga bangsa, sangat menggantungkan kehidupannya kepada beras. Sebagai bahan pangan pokok, beras harus tersedia sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat.
Lalu, sebagai sumber penghidupan, beras dan turunannya menjadi mata pencaharian sebagian besar warga bangsa, baik yang berkaitan dengan aspek produksi, pasar ataupun konsumsi. Sebagai sumber penghidupan, pengelolaan terhadap beras, butuh dijadikan titik kuat dan titik tekan Pemerintah lewat kebijakan yang dilahirkannya.
Sejarah mencatat, pembangunan pangan di neveri ini mengalami saat yang menyenangkan sekaligus juga mencemaskan. Bangsa ini tentu akan merasa senang dan bahagia, ketika produksi pangan, khususnya beras melimpah ruah, sehingga melahirkan swasembada. Penghargaan berkelas dunia kita terima sebagai bukti kisah sukses meraih swasembada beras.
Akan tetapi, kecemasan pun tak mungkin kita hindari. Saat bangsa ini mengalami ‘darurat beras’ karena adanya sergapan El Nino, mau tidak mau, Pemerintah harus berjuang keras untuk mencari beras guna memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri. Satu-satunya pilihan yang dapat diambil hanyalah dengan melakukan impor beras.
Tingginya angka impor beras sekitar 4,5 juta ton tahun 2024, memberi gambaran kepada kita, soal beras bisa saja berubah menjadi tragedi kehidupan, tatkala kita tidak mampu menyediakannya dengan baik. Namun secara spontan, kita pun dapat menjadikannya sebagai berkah kehidupan, ketika kita mampu menyediakannya dengan baik.
Inilah yang terjadi di tahun 2025. Berkat kegigihan Pemerintahan Presuden Prabowo, kini Indonesia boleh berbangga diri tapi tidak pongah, karena produksi beras yang diraihnya meningkat cukup signifikan dan cadangan beras Pemerintahnya pun cukup kokoh. Pemerintah mengklaim diujung panen raya, kita akan memiliki cadangan beras Pemerintah sebesar 4 juta ton.
Lebih keren lagi, ternyata Pemerintah pun telah mengumumkan mulai tahun 2025 dan seterusnya, Indonesia telah menyetop kebijakan impor beras. Penghentian impor beras dilakukan, mengingat produksi para petani di dalam negeri, mampu mencukupi kebutuhan beras di dalam negeri. Selamat tinggal impor beras dan selamat datang era kemabdirian beras.
Atas gambaran seperti ini, menjadi sangat relevan, apa-apa yang disampaikan Wapres Gibran diatas, terkait dengan urusan pangan ini. Kondisi pangan, khususnya beras, kini betul-betul sangat menggembirakan. Para petani menyambut dengan keriangan yang mendalam. Produksi meningkat cukup signifikan dan harga jual gabah benar-benar menguntungkan para petani.
Hanya perlu dicatat, kita jangan sampai pongah menyikapinya. Apalagi jika takabur. Justru yang lebih utama untuk dilakukan adalah perlunya mawas diri dalam menghadapi masa depan. Kini, kita harus siap untuk mempertahankan apa yang sudah diraih. Kita harus sudah memiliki jurus ampuh untuk melestarikan apa yang telah kita capai.
Penjelasan Wapres Gibran yang mendengar keluhan langsung dari para pemimpin negara sahabat, soal kerisauannya di bidang pangan, sepatutnya menjadi bahan pembelajaran kita bersama. Hal ini ada bagusnya juga dijadikan percik permenungan para pemimpin bangsa yang langsung bersentuhan dengan pembangunan pangan.
Yang jelas, jika pangan kita kuat, otomatis bangsa ini akan semakin jaya. Petani semakin sejahtera dan kemakmuran bangsa akan tercapai.
***
Judul: Warpres Gibran Bicara Produksi Pangan Berlimpah
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi