MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Jumat (29/08/2025) – Esai berjudul “Manifesto Kebangkitan” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, negeri ini kian tampak seperti panggung komedi yang getir: tata kelola carut-marut, aturan dilabrak, adab diabaikan. Korupsi menjalar seperti wabah, politik jadi sandiwara murahan, rasa percaya antarwarga terkikis. Sebuah bangsa besar seolah kehilangan arah.
Keluar dari bayang pekat itu memang tidak mudah. Namun sejarah membuktikan: bangsa-bangsa lain pernah jatuh lebih dalam, tetapi tetap bangkit. Jepang luluh lantak, Korea terbelah dan lapar, India terseok oleh kemiskinan, Rwanda hancur oleh perang saudara. Dari reruntuhan itu, mereka bangkit dengan langkah sederhana: pendidikan yang mencerahkan, kerja kolektif, rekonsiliasi, dan tata kelola bersih. Dari titik kecil yang dipelihara, lahirlah gelombang kebangkitan.

Indonesia pun menyimpan bara yang sama. Kita punya jiwa gotong royong, tanah air kaya raya, posisi strategis, dan Pancasila sebagai kompas nilai. Semua ini adalah benih, tetapi benih tak akan tumbuh bila dibiarkan di tanah kering. Ia perlu disiram kesadaran, cahaya kejujuran, dan dijaga dengan disiplin.
Kebangkitan mesti bermula dari pembaharuan jiwa: menolak korupsi, menumbuhkan budaya malu pada ketidakadilan, rasa risi pada ketidakpantasan, menata politik sebagai pengabdian, dan menghidupkan solidaritas sosial. Dari kampung hingga kota, setiap langkah kecil dapat menyatu dalam arus besar kebangkitan bangsa.
Seperti Jepang menyalakan obor dari ruang kelas, Korea menumbuhkan harapan dari desa, India mengangkat martabat lewat ilmu, Rwanda menenun persatuan dari luka—Indonesia pun bisa menyalakan kembali api kebangkitan.
Hentikan keluhan panjang dan mulailah langkah nyata. Jangan menunggu pemimpin mesianis, sebab kebangkitan lahir bukan dari satu tokoh, melainkan jutaan hati yang menyala.
Bila rumah sudah keropos, ia mesti dirobohkan untuk dibangun kembali. Begitu pula negara ini: hanya dengan keberanian merobohkan yang rapuh dan bengkok, lalu menegakkan yang lurus dan luhur, Indonesia akan kembali berdiri di halaman depan dunia.
***
Judul: Manifesto Kebangkitan
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***