MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (30/10/2024) – Artikel berjudul “Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi: Sang Penguasa Lautan dari Tatar Sunda” ini ditulis oleh Asep Arie Barajati yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan pemerhati budaya Sunda, kini tinggal di Kabupaten Bandung Barat.
Laksamana TNI (Purn.) Dr. Ade Supandi, S.E., M.A.P., adalah nama yang tak lekang dari ingatan para pengabdi samudera Nusantara. Perjalanan hidupnya adalah kisah seorang pelaut yang berlayar tanpa gentar, mengarungi samudera yang kadang penuh tantangan. Sebagai seorang putra Sunda yang lahir di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat pada 26 Mei 1960, Ade tumbuh di tengah budaya yang memuliakan keberanian dan kejujuran.
Di bawah naungan alam pegunungan Priangan, Ade memupuk cita-cita dan semangat untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Perjalanannya mengarungi dunia kemiliteran dimulai dari Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya.
Dalam masa pendidikan tersebut, Ade dikenal sebagai taruna yang berdedikasi dan penuh semangat. Ia memiliki visi untuk tidak sekadar mengikuti perintah, tetapi juga mendalami nilai-nilai kepemimpinan sejati.
Lulusan tahun 1983 ini adalah seorang perwira yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tajam dalam berpikir dan tegas dalam bertindak—karakter yang kemudian menjadi modal utama dalam kariernya yang gemilang.
Sejaki awal kariernya sebagai perwira muda TNI AL, Ade Supandi dikenal sebagai sosok yang berdedikasi. Penempatan tugas pertamanya adalah di KRI Mongisidi 343, sebuah kapal Destroyer Escordt (DE) yang saat itu menjadi andalan TNI AL dan menjadi saksi bisu dari tekad dan kepatuhan sang perwira dalam memegang sumpah bhayangkari negara.
Seperti lautan yang setia menjaga misterinya, Ade menjalankan tugas tanpa banyak bicara, tetapi penuh keyakinan. Selama bertugas di KRI Mongisidi 343 ini, ia banyak belajar tentang realitas dan tantangan perairan Indonesia yang begitu luas. Tugas-tugasnya membentang di atas samudera, dari laut yang tenang hingga ombak yang bergulung ganas. Setiap misi yang ia jalani tidak sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi sebuah pengabdian yang mendarah daging.
Di atas KRI Mongisidi 343, Ade memulai pembelajaran pertamanya tentang dunia lautan dan tanggung jawab sebagai seorang prajurit laut. Kapal ini menjadi saksi dari keteguhannya dalam menghadapi kerasnya ombak dan beratnya tugas, baik saat laut tenang maupun dalam badai yang menderu. Sebagai perwira muda, ia menjalankan tugas dengan kesungguhan, menyerap ilmu dari setiap misi yang diembannya.
Dari satu kapal ke kapal lainnya, peran Ade terus berkembang. Sepanjang kariernya, ia telah menduduki berbagai jabatan penting di lingkungan TNI Angkatan Laut. Ia pernah menjabat sebagai Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), sebuah posisi prestisius yang berfokus pada pembinaan generasi perwira baru. Melalui peran ini, ia tidak hanya mengajarkan ilmu militer dan kepemimpinan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai patriotisme dan kedisiplinan yang diharapkan akan menjadi pondasi kuat bagi para taruna.
Kemudian, Ade dipercaya menjabat sebagai Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang sekarang, setelah restrukturisasi menjadi Komando Armada II di mana ia bertanggung jawab atas operasi-operasi strategis di seluruh wilayah timur perairan Indonesia, sebuah tanggung jawab besar yang membutuhkan ketelitian dan kecermatan tinggi, serta pengendalian operasi yang tegas.
Salah satu jabatan sebelumnya yang memperkuat reputasinya dan pengalaman operasional adalah ketika Ade diangkat sebagai Asisten Operasi Komandan Gugus Tempur Komando Armada RI Kawasan Barat (Guspurla Koarmabar). Ia bertanggung jawab membantu Komandan Guspurla Koarmabar dalam mengendalikan wilayah barat perairan Indonesia yang strategis dan rawan konflik. Kemampuannya mengelola pengendalian di kedua armada di kawasan yang penuh dinamika geopolitik ini menunjukkan pengalaman reputasinya sebagai pemimpin yang tangguh dan strategis.
Pencapaian kariernya yang luar biasa menghantarkan Ade hingga pangkat Laksamana TNI dan puncaknya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL). Pada 31 Desember 2014, ia dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) yang ke-25 oleh Presiden Joko Widodo dan merupakan KSAL kedua setelah Laksamana (Anumerta) R.E. Martadinata yang berasal dari wilayah Tatar Sunda. Jabatan tertinggi di TNI AL ini menjadi puncak kariernya, sekaligus penanda bahwa kepercayaan terhadap dirinya begitu tinggi.
Posisi Laksamana TNI Ade Supandi sebagai KSAL menjadikannya pengendali utama armada laut Indonesia, penjaga garda depan di wilayah perairan Nusantara. Dalam peran ini, ia tidak hanya memimpin dengan strategi dan taktik, tetapi juga dengan hati seorang penjaga lautan.
Selama masa kepemimpinannya sebagai KSAL, Ade berhasil mengawal sejumlah kebijakan penting yang memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim. Salah satunya adalah mengawal kebijakan poros maritim yang menjadi fokus pemerintahan saat itu, serta meningkatkan efisiensi dan kapasitas armada laut Indonesia.
Laksamana Ade Supandi membawa berbagai perubahan yang signifikan. Ia berperan aktif dalam membangun modernisasi armada laut dan mempersiapkan SDM yang andal dalam menghadapi tantangan maritim abad ke-21.
Di bawah kepemimpinan Ade, TNI AL tidak hanya diperkuat dalam hal alutsista, tetapi juga dalam kesiapan mental dan disiplin para prajurit. Ia menyadari bahwa menjaga laut bukan hanya tentang kekuatan persenjataan, tetapi juga keberanian dan keteguhan hati.
Tak hanya dalam lingkup domestik, ia juga memiliki peran aktif di berbagai forum internasional untuk meningkatkan kerja sama pertahanan di kawasan Asia-Pasifik. Ia sering berpartisipasi dalam latihan bersama dengan angkatan laut negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara ASEAN lainnya.
Dalam forum-forum internasional, Ade aktif memperjuangkan posisi Indonesia sebagai negara maritim dengan perairan yang luas dan penting bagi jalur perdagangan dunia. Melalui keikutsertaannya dalam pertemuan seperti Western Pacific Naval Symposium (WPNS) dan Indian Ocean Naval Symposium (IONS), ia berhasil memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dan mempromosikan kerja sama keamanan maritim. Langkah ini menunjukkan visinya yang jauh ke depan bahwa Indonesia harus menjadi penjaga dan pemimpin di wilayah perairannya sendiri, serta berperan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan.
Di luar karier militer yang cemerlang, kehidupan pribadinya pun penuh kehangatan. Ade Supandi menikah dengan Dra. Endah Esti Hartanti Ningsih pada 1990. Wanita cantik yang selalu menjadi penopang utama dalam perjalanan hidupnya. Mereka dikaruniai dua orang anak yaitu Anindita Rivy Larasati dan Andaru Dhimas Nugraha Vidianto.
Ade dan Endah menjalani bahtera rumah tangga dengan penuh kesetiaan, melewati tantangan dan pengorbanan, terutama saat Ade harus menjalankan tugas di berbagai pelosok tanah air dan luar negeri. Endah dengan kelembutan dan dukungannya adalah sosok penting yang selalu setia mendampingi Ade, memberikan semangat dan memastikan bahwa keluarga menjadi tempat berlabuh terbaik bagi seorang penjaga lautan seperti Ade Supandi.
Endah tidak hanya berperan sebagai istri, tetapi juga sebagai sahabat dan pendamping setia yang mendukung setiap langkah karier Ade. Kehadiran Endah menjadi fondasi kekuatan di balik sosok Laksamana yang tegar ini. Meski mereka harus menghadapi kenyataan bahwa sang suami sering bertugas jauh dari rumah, Endah dengan penuh pengertian mengasuh dan mendidik anak-anak mereka.
Dukungan dari Endah menjadi penopang emosional yang sangat berarti bagi Ade, memberikan semangat dan ketenangan di tengah segala kesibukan dan tantangan di dunia militer.
Pada 2018, Ade Supandi resmi pensiun dari TNI setelah mengabdi selama lebih dari tiga dekade. Momen ini menjadi akhir dari sebuah era pengabdian panjang seorang penjaga lautan yang telah melewati berbagai medan tugas, baik dalam masa damai maupun di tengah ancaman.
Meski kini tak lagi berseragam, warisan dan pengaruhnya tetap terasa di lingkungan TNI AL. Ade Supandi meninggalkan jejak kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai integritas, keberanian, dan kecintaan yang tulus pada tanah air.
Setelah pensiun, Ade tetap aktif memberikan sumbangsih pemikiran dan pengalaman dalam berbagai forum diskusi dan seminar, terutama dalam isu-isu terkait kemaritiman dan pertahanan negara. Ia juga kini berkiprah sebagai pinisepuh di Majelis Musyawarah Sunda (MMS) yang merupakan wadah gagasan atau pemikiran dalam memajukan Jawa Barat. MMS dibentuk sebagai wadah musyawarah dalam kerangka kesundaan, kebangsaan, dan kenegaraan, dengan komitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan nyata bagi masyarakat Sunda serta bangsa Indonesia secara keseluruhan.
***
Judul: Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi: Sang Penguasa Lautan dari Tatar Sunda
Penulis: Asep Arie Barajati, pemerhati budaya Sunda
Editor: Jumari Haryadi