MAJMUSSUNDA NEWS – Kolom OPINI, Senin (08/09/2025) – Artikel berjudul “Elit Bertikai maka Rakyat Terluka” karya Dr. Eki Baihaki, M.Si., seorang Dosen Komunikasi Politik Pascasarjana Universitas Pasundan, Bandung.
Pertikaian elit politik sejatinya bukan hanya soal perebutan kekuasaan, tetapi juga soal luka yang akan ditorehkan pada hati rakyat. Saat retorika provokatif dipertontonkan, saling percaya memudar, menyulut api anarki yang membunuh rakyat yang tidak berdosa, pembakaran fasilitas publik, menebar kebencian dan ketakutan.
Di balik peristiwa ini, tak bisa dipungkiri bahwa konflik elit politik kerap menjadi pemicu. Polarisasi tajam di pusat, narasi saling tuding, dan pertarungan kepentingan kekuasaan seringkali merembes ke bawah, memanaskan emosi rakyat. Pada titik inilah memperlihatkan etika politik dan demokrasi menghilang.

Integrasi bangsa menjadi rapuh, padahal demokrasi sejatinya adalah jalan untuk memperkuat persatuan, bukan melemahkannya. Bung Karno pernah berpesan, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Pesan Bung Karno ini menjadi peringatan bahwa bangsa bisa runtuh bukan oleh serangan luar, tetapi karena perpecahan dari dalam. Pesan ini terasa nyata, konflik elit membuat anak bangsa menjadi korban dan rakyat terbawa arus kebencian. Bahkan, tersulut anarki dan kalau tidak segera dihentikan akan menyulut perang sesama anak bangsa.
Hilangkan pertikaian. Tunjukan keteladanan dan kesiapan berdialog dalam semangat persaudaraan, disertai komitmen merawat kebangsaan. Anarki dan konflik elit adalah racun demokrasi yang merusak tatanan politik, tetapi juga menghancurkan kepercayaan kepada negara. Demokrasi sejatinya menjadi ruang musyawarah. Jangan dirubah menjadi arena perebutan kekuasaan.
Elit politik memiliki tanggung jawab moral untuk menahan diri dari retorika provokatif yang memperuncing perpecahan. Lebih dari itu, mereka harus menampilkan teladan dialogis yang empatik, menyampaikan gagasan dengan kepala dingin, hati bening, dalam semangat persatuan.
Aparat dan pemerintah juga dituntut menghadirkan pendekatan tegas namun empatik dan humanis, melindungi masyarakat tanpa menimbulkan rasa takut. Sementara tokoh agama dan budaya memperkuat pesan moral tentang pentingnya ukhuwah dan kedamaian, menegaskan bahwa kekerasan bukanlah jalan keluar.

Masyarakat harus mengedepankan tabayyun, menolak hoaks, serta menjaga harmoni di lingkungan terdekatnya dan menolak tegas ajakan anarki yang akan merusak fondasi persaudaraan dan kebangsaan.
Kearifan lokal Sunda dapat menjadi rujukan dalam menghadapi masalah bangsa ini. Filosofi silih asah, silih asih, silih asuh mengajarkan bahwa perbedaan adalah ruang untuk saling mengingatkan, menyayangi, dan membimbing. Filosofi “ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak” bermakna semangat kebersamaan, gotong royong, serta solidaritas sosial harus menjadi rujukan berbangsa dan bernegara.
Falsafah Sunda lainnya, someah hade ka semah, menekankan keramahan dan sikap teduh terhadap sesama. Nilai ini relevan bagi elite politik untuk menahan diri dari retorika provokatif. Bagi aparat dan pemerintah untuk menghadirkan ketegasan yang empatik, serta bagi masyarakat untuk mengedepankan tabayyun dan menolak terprovokasi untuk bertindak anarkis.
Demokrasi akan kokoh bukan karena ketakutan, tetapi karena saling percaya. Integrasi bangsa akan terawat ketika elit, aparat, tokoh agama, dan rakyat bersatu menjaga harmoni. Inilah jalan agar Indonesia tetap berdiri sebagai bangsa besar yang menjunjung persaudaraan, solidaritas, dan peradaban yang mulia.
Saat ini bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada ujian berat. Demonstrasi yang seharusnya menjadi sarana aspirasi rakyat berubah menjadi anarki, pembakaran gedung DPRD, perusakan fasilitas publik, hingga jatuhnya korban jiwa. Tidak hanya menghanguskan bangunan, tetapi juga meruntuhkan fondasi kebangsaan
Demokrasi tidak hanya berarti kebebasan, tetapi juga mensyaratkan kedewasaan. Tanpa kedewasaan, kebebasan bisa melahirkan kekacauan. Oleh karena itu, para elit harus menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sementara masyarakat perlu menjaga akal sehat, agar tidak terprovokasi narasi kebencian dan fitnah.
Semoga Allah melindungi bangsa dari perpecahan dan konflik yang tidak berkesudahan.
***
Judul: Elit Bertikai maka Rakyat Terluka
Penulis: Dr. Eki Baihaki, M.Si.
Editor: Jumari Haryadi