MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Sabtu (09/08/2025) – Esai berjudul “Kekuatan Keyakinan” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Saudaraku, ada kebenaran yang tak peduli pada imanmu: air mendidih pada seratus derajat, narkoba merusak kesehatan, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Namun, ada kebenaran lain—yang hanya lahir jika kau meyakininya.
Ingat hari-hari menuju kemerdekaan. Banyak yang meragukan: ratusan tahun takluk pada Belanda, dikepung adidaya Sekutu dan Poros—mana mungkin Indonesia merdeka?

Tapi para pemimpin melihat celah, membaca peta dunia, menancapkan keyakinan: Indonesia akan merdeka di ruang vakum pasca perang. Dan sejarah pun mengangguk.
Keyakinan adalah benih nubuat, yang memanggil kenyataan mendekat. Plasebo membuktikannya: pil kosong jadi obat jika hati percaya. Kata yang mengangkat murid, membangunkan potensi yang tertidur.
Semakin besar keyakinan, semakin kuat gaungnya di semesta, tapi ada bayangannya: nocebo keyakinan buruk yang memanggil keburukan. Sebar isu bank akan runtuh—dan runtuhlah ia. Peringatkan obat akan menyakitimu—dan sakit itu pun datang.
Pandangan kita pada manusia adalah nubuat. Percaya mereka buruk, dan kita akan membuat mereka menjadi demikian. Percaya mereka baik, dan kita akan memanggil kebaikan mereka keluar.
Seorang kakek berkata: “Dalam diriku ada dua serigala: yang satu buas—pemarah, serakah, cemburu; yang satu jinak—damai, penuh kasih, jujur. Mereka bertarung di dalam dirimu juga.”
“Serigala mana yang menang?” tanya cucu.
“Yang banyak kau beri makan,” jawab kakek.
Maka, tumbuhkan serigala keyakinan yang kuat dan positif beri makan dengan keberanian, kerja keras, dan kesetiaan pada cita-cita. Sebab keyakinan tak akan mewujud begitu saja hanya dengan duduk menunggu durian runtuh. Ia adalah api yang harus kau jaga, kau tiup, dan kau bawa ke medan perjuangan–hingga cahaya masa depan yang kita dambakan benar-benar menyala.
***
Judul: Kekuatan Keyakinan
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi
Sekilas tentang penulis
Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.
Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.
Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.
Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.
***