Apakah Ormas Bisa Diperbaiki?

Artikel ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif

Ormas malak sopir truk
Ilustrasi: Dua orang anggota ormas sedang melakukan pungutan liar (pungli) terhadap sopir truk yang melintas di wilayah mereka - (Sumber: Arie/MMS)

MajmusSunda News, Rubrik OPINI, Kamis (24/07/2025) Esai berjudul “Apakah Ormas Bisa Diperbaiki?” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, Ormas pernah lahir dari denyut nurani rakyat—tumbuh dari luka, hidup dari harapan. Bukan alat kekuasaan, melainkan gema kemerdekaan. Bukan kendaraan rente, tapi penjaga nalar dan kepedulian. Ia hadir untuk menguatkan masyarakat, bukan menindihnya; menyalakan solidaritas, bukan menumpuk kekuasaan. Namun kini, banyak ormas kehilangan ruh.

Di ranah politik, mereka tak lagi menjaga jarak, tapi berebut panggung. Menjelma pseudo orpol—organisasi sipil yang berlagak partai. Mengaku relawan, tapi lapar jabatan. Bukan penyeimbang negara, melainkan penyokong elite. Kemandirian digadaikan demi kedekatan; suara rakyat ditukar patronase.

Di bidang ekonomi, mereka kerap mengganggu dunia usaha—memalak pengusaha atas nama rakyat, menjadikan tekanan sosial sebagai alat tawar. Mereka terjun ke tambang tanpa peduli kerusakan ekologis. Tak ada komitmen pada ekonomi inovatif yang berkeberlanjutan. Yang disokong justru ekonomi ekstraktif yang menggerus sumber daya. Mereka lebih setia pada kekuasaan ketimbang pemberdayaan; membela pemodal kuat, bukan yang lemah.

Dalam kehidupan sosial, sebagian ormas menjelma pangkal gaduh. Menyulut tawuran, intoleransi, dan intimidasi. Mereka berebut wilayah pengaruh dan kavling jarahan; menekan warga, memaksakan kehendak atas nama identitas kelompok. Di tengah masyarakat yang rindu keteduhan, mereka menabur ketakutan.

Maka, kita pun bertanya, “Masih mungkinkah ormas diperbaiki? Atau sudah terlalu jauh menyimpang dari akar idealismenya?”

Yang dibutuhkan bukan pembubaran, melainkan pembaruan. Ormas harus kembali menjadi ruang sukarela yang mencerahkan—bukan mesin rente. Penjaga kewarasan nalar publik, bukan pengeruh opini. Pelindung warga, bukan pengancam dan perpanjangan kuasa.

Negara butuh pengimbang. Tapi hanya ormas yang jujur pada nurani dan misinya yang akan memberi arti bagi sejarah. Sisanya akan sirna bersama arus kerusakan yang mereka biarkan mengalir liar; musnah bersama reruntuhan fasad yang tak terkawal.

***

Judul: Apakah Ormas Bisa Diperbaiki?
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif – (Sumber: Koleksi pribadi)

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *