Kok Bisa, Ada Beras Berwarna Abu-Abu di Gudang Bulog

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Selasa (30/09/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Kok Bisa, Ada Beras Berwarna Abu-Abu di Gudang Bulog” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Wajar dan sah. Sebagai Wakil Rakyat yang bertugas di Komisi IV DPR RI, Mb Titiek Soeharto merasa kesal atas ditemukannya beras di gudang Bulog yang telah lebih dari setahun disimpan, dan belum disalurkan. Padahal, sejak Pebruari 2025, Mb Titiek sudah meminta untuk segera disalurkan. Ditemukannya beras di gudang Bulog berwarna abu-abu, menunjukan tata kelola penyimpanan di gudang Bulog, sepertinya memang bermasalah.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto memimpin inspeksi mendadak (sidak) ke Gudang Perum Bulog Tabahawa, Maluku Utara. Sidak dilakukan untuk memastikan ketersediaan dan kualitas cadangan beras pemerintah (CBP) di daerah, sekaligus menindaklanjuti laporan masyarakat terkait penurunan kualitas beras bantuan.

Dalam sidak tersebut, Tim Komisi IV menemukan sekitar 1.200 ton beras yang tersimpan sejak Mei 2024. Berdasarkan pengecekan visual, sebagian beras impor yang disimpan lebih dari satu tahun masih terjaga kualitasnya. Namun, beras lokal terlihat berubah warna menjadi abu-abu dan dinilai menurun kualitasnya.
Dalam Sidaknya tersebut, Ketua Komisi IV DPR RI ini, mendapati beras lokal yang sudah setahun lebih disimpan di gudang, warnanya sudah tidak sebaik semula. Mb Titiek tidak tahu, mau disimpan sampai kapan beras itu didalam gudang ? Catatan penting dan kritisnya, kenapa beras tersebut tidak segera disalurkan ke masyarakat ?

Fenomena Bulog menyimpan beras di gudang hingga setahun lebih mungkin untuk beberapa alasan, seperti :
Pertama, mengantisipasi Krisis Pangan. Bulog mungkin ingin memiliki stok beras yang cukup untuk mengantisipasi krisis pangan atau bencana alam yang dapat mempengaruhi ketersediaan pangan.

Kedua, menjaga Stabilitas Harga. Dengan memiliki stok beras yang cukup, Bulog dapat membantu menjaga stabilitas harga beras di pasar dan mencegah fluktuasi harga yang besar. Ketiga, mengoptimalkan Distribusi. Bulog mungkin ingin menyimpan beras di gudang untuk mengoptimalkan distribusi beras ke daerah-daerah yang membutuhkan, terutama saat musim paceklik atau bencana alam.

Namun, menyimpan beras terlalu lama dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti:
– Penurunan Mutu Beras. Beras yang disimpan terlalu lama dapat mengalami penurunan mutu, seperti perubahan warna, tekstur, atau rasa.
– Kerusakan Beras. Beras yang disimpan terlalu lama juga dapat mengalami kerusakan akibat faktor lingkungan, seperti kelembaban atau hama.

Dihadapkan pada kondisi demikian, akan menjadi sangat masuk akal,, Bulog perlu mempertimbangkan strategi penyimpanan dan distribusi beras yang efektif untuk memastikan ketersediaan pangan yang stabil dan berkualitas. Bulog perlu berikhtiar agar beras yang disimpan di gudang Bulog tidak berubah warna menjadi abu-abu.

Temuan Komisi IV DPR RI di Maluku Utara ini, tentu menambah semakin panjang deretan problematika terkait dengan soal penyimpanan beras digudang Bulog. Setelah beberapa bulan lalu ditemukan beras berkutu di gudang Bulog, kemudian ditemukannya beras bau apek dan berwarna kekuning-kuningan, kini di Maluku Utara ditemukan beras dalam gudang berwarna abu-abu.

Masalah ini, tentu perlu disikapi dengan serius. Bagaimana pun juga proses penyimpanan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), meatilah digarap secara profesional dan berkualitas. Sebagai operator pangan yang salah satu tugasnya mengelola stok beras, Bulog harus mampu melahirkan terobosan cerdas dalam penyimpanannya.

Gambaran yang terjadi saat ini memperlihatkan, dalam tahun 2025 Bulog, dituntut untuk dapat mdngelola stok beras dengan jumlah yang cukup besar. Mengelola stok beras sekitar 4 juta ton merupakan hal baru bagi Bulog. Sebab, selama ini Bulog hanya mengelola stok beras sekitar 1,5 hingga 2 juta ton beras.

Kembali ke soal beras berwarna abu-abu di gudang Bulog. Temuan Ketua Komisi IV DPR RI, benar-benar menjadi aib Perum Bulog dalam menampilkan kinerja terbaiknya sebagai pengelola stok beras di negara kita. Penyebab beras berwarna abu-abu di gudang Bulog kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

– Serangan Hama Gudang. Serangga hama gudang dapat menyebabkan kerusakan pada beras, sehingga mengubah warna dan kualitasnya. Serangga seperti kumbang beras dan ngengat dapat meninggalkan jejak atau kotoran yang membuat beras terlihat abu-abu.

– Iklim Mikro Gudang. Kondisi iklim mikro gudang yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan warna pada beras. Kelembaban yang tinggi atau suhu yang tidak stabil dapat memicu pertumbuhan jamur atau kapang yang membuat beras berwarna abu-abu.

– Kondisi Fisik Gudang. Kondisi fisik gudang yang tidak baik, seperti kelembaban tinggi, ventilasi buruk, atau paparan sinar matahari langsung, dapat mempengaruhi kualitas beras dan menyebabkan perubahan warna.

– Bahan Simpan. Kualitas beras itu sendiri juga dapat mempengaruhi warna. Beras yang sudah memiliki kualitas rendah atau telah mengalami kerusakan sebelum disimpan dapat lebih rentan terhadap perubahan warna.

Untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada beras, penting menjaga kondisi gudang yang baik, melakukan pengendalian hama yang efektif, dan memantau kualitas beras secara teratur. Artinya, mengelola cadangan beras, bukan hanya sekedar melaksanakan gugur kewajiban, tapi dibutuhkan adanya kecerdasan baru dalam menggarapnya.

***

Judul: Kok Bisa, Ada Beras Berwarna Abu-Abu di Gudang Bulog
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *