Syukur Sarapan

leh: Prof. Yudi Latif

MajmusSunda News, Selasa (17/06/2025) Artikel berjudul “Syukur Sarapan” ini ditulis oleh: Prof. Yudi Latif, pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat dan Anggota Dewan Pinisepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Saudaraku, waktu melipat dirinya dalam gulungan rutinitas—detik-detik berlalu seperti desir angin yang tak sempat disapa. Kita melangkah, terus melangkah, tanpa jeda untuk menengadah ke langit yang menyimpan rahasia karunia, atau bersimpuh pada bumi yang sabar, setia menumbuhkan rezeki tanpa keluh.

Prof. Yudi Latif
Prof. Yudi Latif, penulis – (Sumber: Instagram)

Di hadapan kita: sepiring nasi, segelas air, sepotong roti, dan buah-buahan yang tersaji dalam keheningan pagi. Semua tampak hadir begitu saja, seolah ia tumbuh dari meja makan itu sendiri—bukan dari rangkaian tangan dan alam yang bersinergi dengan cinta dan kerja.

Kita sering lupa bahwa yang sederhana pun adalah mukjizat; bahwa yang tampak biasa, adalah kasih yang bekerja dalam diam.

Ketika pagi belum riuh, dan kesibukan belum sepenuhnya menelan jiwa, hadir seberkas cahaya yang membangunkan ingatan. Berapa banyak peluh yang tertumpah di ladang? Berapa tangan yang bekerja tanpa sorot sorak, demi sesuap yang kini tersaji?

Maka kupejamkan mata, dan dalam senyap yang khusyuk, kusulam rasa terima kasih. Untuk petani yang menanam harapan, untuk hujan yang turun dengan kasih, untuk angin yang meniupkan napas kehidupan, dan untuk api yang sabar menghangatkan dapur.

Tiap butir nasi ini adalah hikmah yang memadat. Tiap tetes air adalah sejuk yang dipanjangkan dari langit. Tiap irisan buah—manis, asam, segar—adalah hasil dari pohon-pohon yang bersabar menunggu musim, dan tanah yang memeluk akar dengan penuh pengharapan.

Bahkan dalam aroma kopi yang mengepul, dan serpihan roti yang sederhana, tersembunyi harapan-harapan kecil: agar hari ini diberi makna, agar langkah tak tersesat dalam kealpaan.

Ya Tuhan,
berkatilah sarapan ini,
jadikan ia tenaga bagi raga,
dan keikhlasan bagi hati kami.

Dengan syukur yang tenang dan hening, kami menyambut pagi ini. Bersyukur atas apa yang hadir, dan berserah atas apa yang akan Engkau beri.

***

Judul: Syukur Sarapan
Penulis: Prof. Yudi Latif
Editor: Jumari Haryadi

Sekilas tentang penulis

Prof. Yudi Latif adalah seorang intelektual terkemuka dan ahli dalam bidang ilmu sosial dan politik di Indonesia. Pria yang lahir Sukabumi, Jawa Barat pada 26 Agustus 1964 ini tumbuh sebagai pemikir kritis dengan ketertarikan mendalam pada sejarah, kebudayaan, dan filsafat, khususnya yang terkait dengan Indonesia.

Pendidikan tinggi yang ditempuh Yudi Latif, baik di dalam maupun luar negeri, mengasah pemikirannya sehingga mampu memahami dinamika masyarakat dan politik Indonesia secara komprehensif. Tidak hanya itu, karya-karyanya telah banyak mengupas tentang pentingnya memahami identitas bangsa dan menguatkan nilai-nilai kebhinekaan.

Sebagai seorang akademisi, Yudi Latif aktif menulis berbagai buku dan artikel yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan dan Islam di Indonesia. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku “Negara Paripurna” yang mengulas konsep dan gagasan mengenai Pancasila sebagai landasan ideologi dan panduan hidup bangsa Indonesia.

Melalui bukunya tersebut, Yudi Latif menekankan bahwa Pancasila adalah alat pemersatu yang dapat menjembatani perbedaan dan memperkokoh keberagaman bangsa. Gagasan-gagasan Yudi dikenal memperkaya wacana publik serta memperkuat diskusi mengenai kebangsaan dan pluralisme dalam konteks Indonesia modern.

Di luar akademisi, Yudi Latif juga aktif dalam berbagai organisasi, di antaranya pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Indonesia. Melalui perannya ini, ia berusaha membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara. Komitmennya dalam mengedepankan nilai-nilai kebangsaan membuatnya dihormati sebagai salah satu tokoh pemikir yang berupaya menjaga warisan ideologi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *