MajmusSunda News, Ujungberung, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin, (3/2/2025)-Benjang gelut atau benjang gulat adalah kesenian tradisional dan bela diri khas dari Kecamatan Ujungberung, Kabupaten Bandung (Bandung Timur).
Seni tradisi benjang ini usianya sudah lebih dari 100 tahun dan kerap digelar di pesta khitanan atau hari-hari besar. Tidak hanya ada benjang gelut, namun ada juga benjang jenis lain, yakni helaran dan benjang topeng.
Tiga jenis benjang ini kerap digelar dalam satu acara khitanan warga sebagai bentuk rasa syukur dan mempererat tali silaturahmi antar warga.
Kesenian benjang ini sudah mendarah daging, bahkan bagi warga Ujungberung. Tak lengkap rasanya jika menyunat anaknya tanpa menggelar benjang.
Pimpinan Seni Benjang Pusaka Gelar Putra Asep Dede Mulyana tinggal di Cijengkol, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung.
Sebelum berbincang soal sejarah benjang di Bandung Timur, Asep mengatakan, jika kesenian benjang kini sudah memiliki legal formal dan organisasi resmi, yakni Persatuan Benjang Indonesia Jawa Barat dan anggotanya sudah tersebar di wilayah Bandung Raya meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Kota Bandung dan Cimahi. Masih di Bandung Raya.
Asep, mengatakan benjang sudah ada sejak akhir abad 19. Kendati begitu, tidak ada bukti sejarah konkret untuk kesenian satu ini.
Kalau bukti sejarah berupa prasasti atau dokumentasi kita tidak ada, kata Asep kalau dari cerita dan riwayat di akhir abad 19. Tokohnya juga tidak disebutkan secara rinci karena ada beberapa versi ada H Hayat dari Cibiru, lalu Abah Alwasim dari Ciwaru, dan banyak lagi.
“Mungkin orang-orang tersebut berbarengan ciptakan benjang pada masa itu, tapi kalau disebut tokoh sentralnya, bisa dikatakan tidak ada,” kata Asep kepada wartawan.
Asep mengungkapkan, sebelum menjadi kesenian benjang, dulu benjang berasal dari permainan hingga berasimilasi menjadi sesuatu bela diri tercipta di akhir abad 19 dan dikenal benjang gelut.
“Benjang gelut ini berasal dari tiga permainan, yakni dogongan, seredan dan mumundingan. Dari permainan itu berkembang menjadi gelut benjang, benjang itu akronim dari sasamben budak bujang, sasamben itu pekarangan rumah, budak bujang karena dia mainkannya anak yang beranjak dewasa,” katanya.
Dari permainan tersebut menurut Asep berkembang menjadi benjang gelut, benjang gelut memiliki banyak teknik gerakan yang diadaptasi dari permainan dogongan, seredan dan mumundingan,
“Benjang gelut berasal dari dogongan, dogongan yaitu saling mendorong, menggunakan halu atau pikulan alias rancatan, ada dua orang saling dorong untuk uji kekuatan sambil bermain. Lalu seredan, kalau seredan saling dorong menggunakan pundak, jadi pundak dan pundak bertemu, dari situ berkembang jadi mumundingan, saling dorong tapi menggunakan kepala, dari permainan itu berasimilasi dengan adanya olahraga pencak silat atau usik yang ada di Ujungberung dan terciptalah bela diri atau di sini disebut benjang gelut,” jelasnya.
Judul: Seni Tradisi Benjang dari Ujungberung, Ada Benjang Gelut yang Hingga Kini Masih tetap Bertahan