MajmusSundaNews-Kota Bandung, Jum’at (11/10/24) Raden Siti Jenab bisa jadi asing bagi orang yang baru mendengar. Padahal Raden Siti Jenab berjuang untuk meningkat harkat derajat kaum perempuan berbarengan berjuang dengan Raden Dewi Sartika atau Raden Lasminingrat dari Garut.
Ia adalah termasuk salah satu murid dari Raden Dewi Sartika. Berkat perjuangan yang gigih Raden Siti Jenab belajar langsung dari Raden Dewi Sartika telah mewariskan sekolah perempuan pertama di Kabupaten Cianjur. Jejaknya hingga kini masih ada dan dikenang oleh warga Cianjur
Tekad kuat dari Siti Jenab memajukan kaum perempuan membuahkan hasil, sekolah yang ia kembangkan menjadi salah satu sekolah termashsyur di Tatar Parahyangan. Keberadaan sekolah yang ia bangun terus berlanjut hingga zaman penjajahan Jepang.
Pada masa ini sekolah Jenab berganti nama menjadi Sekolah Rakyat Gadis, lalu setelah proklamasi kemerdakaan berganti nama lagi menjadi Sekolah Rakyat, dan lagi-lagi diganti menjadi Sekolah Dasar Ibu Jenab.
Hingga saat ini, sekolah tersebut telah berkembang dan menjadi Sekolah Negeri di Cianjur. Namanya ikut berubah menjadi Sekolah Dasar Ibu Jenab. Ada empat sekolah yang tercatat bernama Ibu Jenab yakni SD Negeri Ibu Jenab Satu, Dua Tiga hingga Empat.
Raden Siti Jenab lahir di Kota Cianjur pada tahun 1890. Ia dilahirkan di keluarga yang menjunjung tinggi nilai pendidikan. Ayahandanya bernama Raden Martadilaga, keturunan dari keluarga Patih Purwakarta, R Raden Dipamanggala dan R Martadilaga. Sedangkan ibundanya, Nyi Raden Siti Mariah mempunyai kekerabatan dengan priyayi Brebes, Jawa Tengah.
Raden Siti Jenab menjalani pendidikan di Sekolah Raden Dewi Sartika atau Sakola Istri atas rekomendasi RA Cicih Wiarsih (Juag Cicih), anak semata wayang Bupati Cianjur RAA Prawiradireja II
Selama mengenyam pendidikan di sini, Ia mendapat bimbingan langsung dari Dewi Sartika selaku pendiri Sakola Istri.Setelah menyelesaikan pendidikannya, Siti Jenab kembali ke Cianjur. Ia prihatin dengan kondisi kaum perempuan yang tidak memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya.
Pada akhir abad ke-19, saat itu sistem pendidikan Pemerintah Hindia Belanda hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki dan keluarga pribumi elit dengan tujuan membentuk tenaga terdidik yang bergaji murah.
Menyaksikan kondisi tersebut, timbul kesadaran dan tekad dalam diri Raden Siti Jenab untuk meningkatkan status kaum perempuan melalui jalur pendidikan. Melansir berbagai sumber, berikut kisah inspiratifnya.
Mengenalkan pendidikan untuk kaum perempuan lewat pintu ke pintu. Pada awalnya ia giat mengenalkan sistem pendidikan bagi kaum perempuan secara berkeliling dengan mendatangi satu per satu rumah (door to door), antar kampung, dan antar desa di Kota Cianjur.
Kendati memiliki keturunan darah ningrat, Raden Siti Jenab atau biasa dipanggil Ibu Jenab tidak pernah sungkan membantu kaum perempuan untuk mendapatkan akses pendidikan gratis.
Sistem pendidikan dan sosial yang dibuat oleh Belanda pada masa itu membuat kaum perempuan yang baru lulus sekolah dasar tidak bisa bergerak bebas. Para perempuan dan Ibu Rumah Tangga hanya sibuk berkutat dengan urusan domestik (dapur, sumur, dan kasur).
Berbekal keilmuan yang dimiliki Ibu Jenab saat mengenyam pendidikan di Sakola Istri milik Dewi Sartika, Ia mengajarkan Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Belanda, Berhitung, dan Pendidikan Bukdi Pekerti.
Selain itu ia juga mengajarkan pendidikan praktis yang bisa dipraktekan sehari-hari oleh kaum perempuan seperti membatik dan merenda.
Judul: Raden Siti Jenab, Tokoh Perempuan Sunda Wariskan Sekolah Pertama Bagi Kaum Perempuan di Cianjur
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS