Produksi Meningkat, Harga Menguntungkan, Akankah Petani Sejahtera?

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (14/05/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Produksi Meningkat, Harga Menguntungkan, Akankah Petani Sejahtera ?” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Jujur kita akui, kondisi produksi beras saat ini menunjukkan peningkatan yang terukur dan signifikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi produksi beras dalam tiga bulan pertama tahun ini mencapai sekitar 8,59 juta ton, dengan rincian bulan Januari1,31 juta ton; Februari 2,08 juta ton dan Maret 5,20 juta ton.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Peningkatan ini mencapai 50,97% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya mencapai 5,69 juta ton. Pemerintah optimis bahwa produksi beras akan terus meningkat dan telah menyiapkan strategi untuk menyerap hasil panen petani melalui Perum Bulog. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah juga dinaikkan menjadi Rp 6.500 per kilogram untuk memastikan petani mendapatkan harga yang adil.

Lalu, bagaimana dengan cadangan beras yang dimilikibsekarang ? Kondisi cadangan beras saat ini cukup stabil dan aman. Berdasarkan data yang ada, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog tercatat sekitar 2 juta ton di awal tahun 2025, yang merupakan transfer stok dari tahun 2024. Sementara itu, stok beras nasional secara keseluruhan mencapai 8,148 juta ton di awal tahun 2025.

Dalam beberapa bulan terakhir, Bulog terus melakukan pengadaan beras untuk memperkuat stok CBP dengan target 3 juta ton setara beras. Hingga saat ini, pengadaan yang telah dilakukan mampu menembus angka 3,5 juta ton beras per Mei 2025. Banyak pihak menilai penyerapan gabah oleh Perum Bulog sekarang, layak mendapat acungan jempol.

Pemerintah optimistis bahwa stok beras ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama selama periode rawan pangan seperti awal tahun dan masa paceklik. Pemerintah juga terus memantau kondisi pasokan dan permintaan beras serta menyesuaikan kebijakan sesuai perkembangan di lapangan.

Selain terjadinya peningkatan produksi dan penguatan cadangan beras Pemerintah yang cukup terukur, dunia perberasan di dalam negeri, kini tengah memasuki era baru. Ada beberapa catatan penting, mengapa keberpihakan Pemerintah terhadap dunia perberasan dan kecintaan tergadap petaninya bisa disebut semakin nyata.

Pertama, kaitannya dengan kebijakan harga pembelian Pemerintah (HPP) gabah, Pemerintah sengaja memberi kemudahan kepada petani untuk menjual gabah hasil panennya dengan harga yang wajar. Petani tidak lagi dipersyaratkan untuk mengeringkan gabah hasil panennya maksimal 25 % kadar air dan maksimal 10 % kadar hampanya.

Kebijakan Pemerintah yang baru, Perum Bulog diwajibkan menyerap gabah hasil panen petani dengan membebaskan petani dari ketentuan kadar air dan kadar hampa. Gabah berkadar air dan berkadsr hampa berapa pun, Perum Bulog wajib membelinya sesuai dengan HPP gabah yang ditetapkan sebesar Rp. 6500,- per kilogram.

Kebijakan seperti ini, tentu disambut dengan keriangan oleh para petani, mengingat petani mendapat kepastian dalam menjual gabah hasil panennya. Petani tidak perlu was-was lagi akan adanya perilaku oknum-oknum yang doyan memainkan harga jual gabah di tingkat petani. Petani merasa bangga kepada Pemerintah, karena mampu menjamin harga jual gabah pada tingkat harga yang layak.

Faktanya memang demikian. Selama musim panen kali ini, jarang terdengar lagi suara petani yang mengeluhkan anjloknya harga gabah. Padahal, sebelum-sebelumnya, setiap musim panen tiba, petani selalu menyuarakan turunnya harga gabah. Bahkan angkanya jauh dibawah HPP yang ditetapkan. Kini, keluhan tersebut menjadi nyaris tak terdengar.

Kedua adanya pendampingan, pengawalan, pengawasan dan pengamanan yang sangat ketat dari Pemerintah untuk suksesnya penyerapan gabah petani. Pemerintah betul-betul memberi perhatian ekstra terhadap pelaksanaannya di lapangan. Presiden Prabowo dan Pembantunya terjun langsung ke lapangan memantau penyelenggaraan program penyerapan gabah.

Presiden Prabowo malah memberi peringatan keras kepada Penggilingan yang membeli gabah petani dibawah HPP gabah Pemerintah. Jika membandel, tidak tertutup kemungkinan Presiden akan menutup usahanya. Bagi Presiden Prabowo, program penyerapan gabah petani, menuju kokohnya cadangan beras Pemerintah merupakan ‘harga nati’ yang tak bisa ditawar-tawar lagi.

Akhirnya penting dicermati, produksi gabah meningkat cukup signifikan, cadangan beras Pemerintah yang menguat, harga jual gabah yang wajar dan menguntungkan petani, mestinya tidak penghasilan petani semakin meningkat menuju kesejahteraan hidup petani yang semakin membaik. Itu sebabnya, menjadi masuk diakal, bila Presiden Prabowo memberi atensinya terhadap program penyerapan gabah ini.

Tekad Presiden Prabowo untuk mensejahterakan petani, sedikit demi sedikit mulai menampakan hasil yang menggembirakan. Petani bangkit mengubah nasib, kini mulai terlihat hasil nyatanya. Petani sebagai warga bangsa, memiliki hak untuk hidup sejahtera dan bahagia. Tugas dan kewajiban Pemerintahlah untuk mensejahterakan kehidupannya.

Semoga petani di Tanah Merdeka akan secepatnya tampil menjadi penikmat pembangunan, sekaligus memupus kesan selaku korban pembangunan.

***

Judul: Produksi Meningkat, Harga Menguntungkan, Akankah Petani Sejahtera?
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *