Pancasila sebagai Fondasi Strategis Mengatasi Berbagai Krisis Nasional dalam Konsep Makro Desain Arah Pembangunan di Setiap Aspek Kehidupan Berbudaya Nusantara

Oleh : Holil Aksan Umarzen

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Senin (02/06/2025) – Artikel berjudul “Pancasila sebagai Fondasi Strategis Mengatasi Berbagai Krisis Nasional dalam Konsep Makro Desain Arah Pembangunan di Setiap Aspek Kehidupan Berbudaya Nusantara” ini ditulis oleh Holil Aksan Umarzen yang merupakan Ketua Umum PM GATRA dan juga Anggota Dewan Pini Sepuh/Karamaan/Gunung Pananggeuhan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dan Wakil Ketua Umum (Waketum)Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (PP-IPHI).

Pendahuluan

Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila—momen bersejarah yang mengingatkan kembali akan dasar filsafat bangsa yang telah menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila bukan sekadar simbol atau slogan, melainkan fondasi strategis yang harus terus diinternalisasi dan diaktualisasikan dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam menghadapi berbagai krisis nasional seperti moral, pendidikan, energi, kemiskinan, dan kesehatan, peran Pancasila sebagai dasar ideologi dan konsep makro dalam desain arah pembangunan menjadi sangat penting. Momen Hari Lahir Pancasila ini hendaknya menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bangsa dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai kekuatan utama dalam membangun bangsa yang berbudaya, bermartabat, dan berkeadilan.

Pokok Pikiran dan Masalah

Perayaan Hari Lahir Pancasila harus menjadi pengingat bahwa kekuatan utama bangsa terletak pada penguatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yang harus diintegrasikan sebagai konsep makro dalam seluruh proses pembangunan nasional. Tanpa penguatan nilai-nilai tersebut, pembangunan berisiko kehilangan identitas dan arah. Sebagai tokoh nasional, Bung Karno pernah menyatakan, “Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia” (Bung Karno, 1957). Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi panduan utama dalam menyusun strategi pembangunan yang tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga memperkuat karakter budaya Nusantara, nilai agama, dan harga diri bangsa.

Rd. H. Holil Aksan Umarzen, Waketum PP IPHI (Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia), Pinisepuh MMS (Majelis Musyawarah Sunda) (Foto: Istimewa)

Peran Pancasila dalam Mengatasi Krisis Moral dan Membangun Karakter Berbudaya

Krisis moral yang semakin menguat di tengah masyarakat, seperti korupsi dan pelanggaran etika, harus dilawan dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Presiden Soekarno pernah menegaskan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya dan nilai moralnya”. (Soekarno, 1959). Pada momen Hari Lahir Pancasila ini, kita diingatkan kembali bahwa sila pertama dan sila keempat mengandung pesan moral dan keadilan sosial yang menjadi fondasi karakter bangsa. Penguatan karakter berbasis budaya Nusantara—yang kaya akan tradisi, adat, dan nilai religius—harus menjadi bagian integral dari strategi bangsa agar tetap kokoh menghadapi tantangan zaman.

Peran Pancasila dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan dan Menguatkan Identitas Budaya

Mengutip Bung Hatta, “Pendidikan adalah alat utama untuk menanamkan nilai-nilai bangsa” (Hatta, 1948). Peringatan Hari Lahir Pancasila harus menjadi momentum untuk menegaskan bahwa pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila mampu menanamkan rasa cinta terhadap budaya Nusantara, memperkuat nasionalisme, dan membangun identitas bangsa yang berbudaya dan bermartabat. Melalui pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan kearifan lokal, generasi muda akan mampu menjaga keberagaman budaya dan memperkokoh jati diri bangsa sebagai bangsa yang berbudaya dan religius.

Peran Pancasila dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Pembangunan Berkelanjutan

Dalam menghadapi krisis energi dan pengelolaan sumber daya alam, Bung Hatta pernah menegaskan, “Pengelolaan sumber daya alam harus didasarkan pada keadilan sosial dan keberlanjutan” (Hatta, 1951). Pancasila mengajarkan pentingnya keadilan sosial dan keberlanjutan. Pembangunan harus berlandaskan nilai-nilai budaya dan agama, serta menjaga harga diri dan martabat bangsa. Aspek budaya Nusantara yang menghormati alam dan ekosistem harus menjadi bagian dari strategi pembangunan energi berkelanjutan agar bangsa tidak kehilangan identitas dan martabatnya.

Peran Pancasila dalam Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran

Kemiskinan dan pengangguran yang melanda bangsa menuntut pendekatan berkelanjutan dan berkeadilan. Presiden Suharto pernah menyatakan, “Kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama pembangunan bangsa” (Suharto, 1980). Melalui sila kedua dan ketiga, Pancasila menegaskan pentingnya keadilan sosial dan persatuan rakyat. Pembangunan ekonomi berbasis budaya dan kearifan lokal harus mampu meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga harga diri bangsa.

Peran Pancasila dalam Menangani Krisis Kesehatan dan Meneguhkan Martabat Bangsa

Krisis kesehatan yang melanda Indonesia harus dilihat sebagai panggilan untuk memperkuat solidaritas sosial dan menghormati hak asasi manusia. Presiden Jokowi pernah mengatakan, “Kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional” (Jokowi, 2019). Mengutip momentum hari lahir Pancasila, kita diingatkan bahwa menghargai manusia dan menjaga martabat bangsa adalah bagian dari nilai-nilai yang harus diinternalisasi dalam pembangunan kesehatan dan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.

Kesimpulan

Perayaan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni harus menjadi momen refleksi dan penguatan kembali terhadap peran Pancasila sebagai fondasi strategis dalam mengatasi berbagai krisis nasional. Pancasila sebagai konsep makro harus mampu mengarahkan seluruh aspek kehidupan berbudaya Nusantara—dari moral, budaya, ekonomi, hingga lingkungan—dengan tetap menjaga identitas, harga diri, dan martabat bangsa. Sebagaimana diingatkan oleh Bung Karno, “Pancasila adalah dasar dan falsafah hidup bangsa Indonesia” (Bung Karno, 1945). Melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila secara konsisten, bangsa Indonesia dapat membangun bangsa yang kokoh, berbudaya, bermartabat, dan berkelanjutan. Mari kita jadikan momen ini sebagai momentum kebangkitan dan komitmen bersama untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan berbudaya sesuai cita-cita luhur bangsa.

Referensi:
Bung Karno. (1945). Pidato Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Sekretariat Negara.
Bung Karno. (1957). Pidato di Sidang Konstituante. Jakarta.
Bung Karno. (1959). Pidato di Peringatan Hari Pancasila. Jakarta.
Bung Hatta. (1948). Pidato di Pembukaan Universitas Indonesia. Jakarta.
Bung Hatta. (1951). Pidato tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bandung.
Soekarno. (1959). Pidato di Sidang PPKI. Jakarta.
Suharto. (1980). Pidato Peringatan Hari Kemerdekaan. Jakarta.
Jokowi. (2019). Pidato di Sidang Tahunan MPR. Jakarta.

***

Judul: Pancasila sebagai Fondasi Strategis Mengatasi Berbagai Krisis Nasional dalam Konsep Makro Desain Arah Pembangunan di Setiap Aspek Kehidupan Berbudaya Nusantara
Jurnalis: Rd. H. Holil Aksan Umarzein
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *