MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (9/09/2024) – Artikel dalam Rubrik “EDITORIAL” berjudul Majelis Musyawarah Sunda Terinspirasi Lahir dari Spirit Kongres Pemuda Sunda 1956 ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi,
Majelis Musyawarah Sunda (MMS) lahir atau hadir terinspirasi dari spirit sekelompok anak muda melawan bentuk ketidakadilan pada masa-masa pasca kemerdekaan berlangsung dari 1950-1956.
Puncak dari ketidakadilan, ketidakpuasan dan kegelisahan orang Sunda pada saat itu puncaknya membuncah dengan digelarnya Kongres Pemuda Sunda 1956. Spirit melawan ketidakadilan sepertinya muncul kembali dalam wujud yang sama MMS. Namun berbeda dalam rentang waktu dan zaman.
MMS kini hadir dalam pengejawantahan orang Sunda dalam fenomena menghadapi ikut memikirkan kebangsaan dan kebudayaan yang kini sudah tercerabut dari nilai kebudayaan Indonesia yang luhur dan didukung kebudayaan daerah termasuk budaya Sunda.
Penduduk Tatar Sunda atau Jawa Barat jumlahnya mencapai 50 juta lebih, sejatinya harus menjadi modal ikut membantu persoalan bangsa Indonesia yang kini mulai tercerabut dari akar-akar budaya lokal dan kearifan lokal (local jenius) dan terus mengalami tekanan yang kuat dari kekuatan global lewat kebijakan-kebijakan penguasa dan kekuasaan dan tangan oligarki yang ada.
Prof Yudi Latif menegaskan kebijakan-kebijakan yang lahir dari Pemerintah Pusat tidak lahir dari kemauan atau untuk kepentingan penduduk Tatar Sunda, tapi malah datang dari kekuasaan dan tekanan pihak luar yang mengakibatkan orang Sunda semakin terpinggirkan.
Aglomerasi dengan lahir DKJ salah satu bentuk pelemahan Tatar Sunda telah melahirkan kecemasan tokoh-tokoh Sunda, karena lahir begitu cepat dengan kekuatan politik yang ada, tanpa melibatkan tokoh-tokoh Sunda dan warga Tatar Sunda.
“Semuanya lahir dan hadir dari kekuasaan dan tekanan luar yang ingin membuat orang Sunda lemah atau dilemahkan. Sejatinya Jakarta itu awalnya milik orang Sunda dipergunakan lebih luas untuk kepentingan Bangsa Indonesia, bukan untuk kepentingan segelintir orang atau oligarki, berat sama dipikul, ringan sama dijingjing, ,” kata Yudi saat diskusi persiapan Penetapan Presidium Pinisepuh, Dewan Pakar dan Dewan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Senin, (7/10/2024) .
Buktinya orang Sunda termasuk orang Betawi di dalam kehidupannya berbangsa dan bernegara kini semakin menjadi lebih terpinggirkan dan termarjinalkan, tanah leluhurnya digunakan untuk kepentingan oligarki yang semakin mencengkram dan mengancam eksistensi orang Sunda dan Betawi.
Kongres Pemuda Sunda (KPS) 1956 digelar 4-7 November 1956, telah mengembalikan marwah dan wibawa urang Sunda. Salah satunya yang paling fundamental dan monumental lahirnya Universitas Padjadjaran (Unpad)
Kongres Pemuda Sunda saat dibuka mendapat sambutan hangat dari inohong dan gegeden (tokoh Sunda) diantaranya Walikota Bandung R. Enokh, Wakil Panglima TT III (sekarang Kodam Siliwangi), Letkol Sambas, Mantan Menteri Dalam Negeri RI pertama R.A.A. Wiranatakusumah, mantan Menteri dalam Negeri,Mantan Gubernur Jawa Barat Sewaka, mantan Menteri Pertahanan Mr. Iwa Kusuma Sumantri dan Kolonel Sukanda Bratamanggala dan banyak lagi yang lainnya.
Mereka duduk bersama memecahkan persoalan orang Sunda menghadapi tekanan Pemerintahan Pusat yang sangat tidak menguntungkan bagi orang Sunda. Kendati terjadi perbedaan dan sempat menjadi polemik ada yang pro dan kontra Kongres Pemuda Sunda telah melahirkan kekuatan baru.
Sekedar mengingatkan simak pernyataan Mr Iwa Kusumasumantri yang sangat pedas, keras dan sangat tegas dalam sambutan Kongres Pemuda Sunda 1956.
Dikutip dari buku Nu Maranggung dina Sajarah Sunda ditulis oleh Prof. Edi S Ekajati, Iwa Kusumasumantri menegaskan disisi lain orang Sunda juga tidak sudi tersered orang lain, tidak sudi juga menjadi penghinaan suku lain.
Sunda sekarang harus bangun dan bersiap diri maju ke depan dalam segala lapangan ilmu pengetahuan dan perekonomian.
“Di berbagai negara lain itu, politik menghadapi persoalan suku bangsa tidak picik seperti di sini. Bahasa dan kemajuan suku-suku bangsa itu sangat diparhatikan dan dilestarikan,” tegas Iwa.
Majelis Musyawarah Sunda ingin kembali mengambil spirit Kongres Pemuda Sunda 1956, tanpa harus mengabaikan dan melanggar tatanan bernegara dan berbangsa dengan tetap teguh mempertahankan Pancasila dan UUD Dasar 1945
Andri Perkasa Kantaprawira mengatakan sekitar 100 tokoh Sunda dari Banten, DKI dan Jawa Barat siap menghadiri Penetapan Presidium Pinisepuh, Dewan Pakar dan Dewan Pekerja Majelis Musyawarah Sunda (MMS) di Minggu 13 Oktober 2024 di Gd II – Lt 4, Gedung Unpad Jl.Dipati Ukur No. 35 Bandung.
Andri menegaskan rencana ada 9 orang atau anggota presidium yang akan ditetapkan termasuk di dalamnya dari perwakilan Banten, DKI, Jawa Barat bisa memulai programnya untuk lebih berperan aktif menyuarakan kepentingan orang Sunda.
Dalam programnya MMS kata Andri, bisa melaksanakan kepentingan orang Sunda dalam jangka selama 2 tahun, setelah Presidium, Pinisepuh, Dewan Pakar dan Dewan Pekerja ditetapkan bisa lebih aktif lagi, paling tidak setiap empat bulan sekali menggelar diskusi isyu-isyu strategis yang dihadapi untuk kepentingan urang Sunda.
Salah satu Pinisepuh MMS Laksamana TNI Purn Dr. Ade Supandi berharap besar, MMS menjadi representasi kepentingan Sunda dalam segala hal, dalam jangka waktu yang panjang untuk lebih mendorong orang Sunda di tingkat nasional bisa berbicara dan berperan aktif untuk kepentingan Sunda dan Bangsa Indonesia.
Prof Dr Ganjar Kurnia DEA mengatakan MMS bisa menjadi tempat berkumpulnya orang Sunda untuk bermusyawarah dan lebih bisa mendorong kekuatan dan kepentingan orang Sunda di tingkat Nasional.
“Dukungan para tokoh Sunda untuk menghadiri penetapan Presidium, Pini Sepuh, Dewa Pakar dan Dewan Pekerja sangat ditunggu,” kata Ganjar
Judul: Majelis Musyawarah Sunda Terinspirasi Lahir dan Hadir dari Spirit Kongres Pemuda Sunda 1956
Penulis: Agung Ilham Setiadi
Editor: AIS