MajmusSunda News, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (11/09/2024) – Artikel dalam Rubrik “EDITORIAL” berjudul “Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Mapag Sunda Kahareupna, dan Deklarasi Padjadjaran” ini ditulis oleh: Agung Ilham Setiadi, Pemimpin Redaksi MajmusSunda News.
Kegelisahan urang Sunda dalam mempertahankan eksistensi dan mengekpresikan posisinya hidup bernegara ikut menegakkan NKRI, kini mulai menggeliat dan terus berupaya untuk bisa memperkokoh pengaruhnya dalam arti positif, kini mendapat perhatian dari inohong dan gegeden Sunda.
Tentu saja kegelisahan fenomena urang Sunda, tidak hanya kurangnya peran urang Sunda dalam bidang politik, tapi yang paling penting kegelisahan urang Sunda dalam hal lain. Seperti kebudayaan, sosial, ekonomi, lingkungan hidup, dan banyak lagi yang lainnya. Serangan hebat budaya luar dan rusaknya alam Tatar Sunda menjadi keprihatinan bersama.
Kegelisahan dan keprihatinan urang Sunda dirasakan oleh Ketua Forum Sunda Ngahiji (FHN), Laksamana TNI (Purn.) Dr. Ade Supandi, S.E., M.A.P., dengan Prof. Ganjar Kurnia yang juga mantan Rektor Unpad menggelar “Sawala Mapag Sunda Kahareupna”.
Sekitar 250 tokoh Sunda menghadiri “Sawala Mapag Sunda Kahareupna” hadir di Graha Sanusi Hardjanata, Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Sabtu, (19/08/2023). Peristiwa bersejarah ini menjadi catatan penting, dihadiri tokoh Sunda tidak hanya datang dari Jawa Barat. Namun, hadir pula dari Jakarta, Banten, Sumatera Utara (Sumut), Jepara (Jateng), Sulawesi, Sumatera (Sumbar) Aceh, Yogya, Papua, dan Maluku. Bahkan, ada juga peserta dari luar negeri yang hadir dan banyak lagi yang lainnya.
“Sawala Mapag Sunda Kahareupna” diinisiasi dan diselenggarakan di Graha Sanusi Hardjanata atas prakarsa Prof. Ganjar Kurnia, salah satu tokoh Sunda yang juga sempat menjadi Rektor Unpad dan kerja sama dengan Forum Sunda Ngahiji (FHN). Dalam paparannya, Kang Ganjar (panggilan akrab Prof. Ganjar Kurnia) mengungkapkan kegelisahanya nasib urang Sunda kiwari.
Kang Ganjar menandaskan hasil dari penelitiannya, kini urang Sunda sudah meninggalkan sarakan-nya digantikan dengan budaya-budaya asing yang jauh dari budaya Sunda yang mengutamakan moral dan akhlak. Dengan gamblang ia menuturkan, tidak sedikit urang Sunda yang sudah duduk di Jakarta sudah lupa dengan sarakan-nya sendiri dengan dalih sudah jadi tokoh nasional. Sementara mereka lupa kepada tanah kelahirannya, tanah Sunda yang membesarkannya.
“Tentu ini sangat ironis, disaat urang Sunda butuh gunung pananggeuhan di pusat pemerintahan, malah ini lupa terhadap tanah kelahirannya sendiri,” tegas Ganjar.
Mantan Rektor Unpad tersebut menegaskan urang Sunda kiwari sudah kehilangan arah atau jati dirinya, sudah jauh meninggalkan roh Sunda melalui perjuangan yang telah dilakukan tokoh Sunda sebelumnya, seperti Oto Iskandar Dinata, Ir. Juanda, Iwa Kusumasumatri, dan banyak lagi lainnya yang telah memperjuangkan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Banyak perubahan yang terjadi di Tanah Sunda (Jawa Barat), eksistensi dan identitas Sunda dikikis secara perlahan dari tanah kelahirannya,” imbuh Ganjar.
Dari mulai penguasaan lahan tanah yang dikuasai asing, lingkungan Tatar Sunda yang sudah ruksak, cara berpikir (mindset) urang Sunda yang sudah jauh dari pemikiran urang Sunda, termasuk penamaan perumahan yang menggunakan nama asing di mata urang Sunda dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan, Kang Ganjar mencurigai ada pihak yang berupaya untuk menghilangkan jati diri Sunda dengan cara merubah sedikit demi sedikit akar budaya Sunda, terutama di Kota Bandung.
“Tentu ini jadi keprihatinan kita urang Sunda dan harus ada upaya untuk membangkitkan semangat urang Sunda ikut memperbaiki kondisi negara ini dari kerusakan budaya (budaya Sunda) yang sangat dipegang luhur oleh pendiri bangsa ini,” kata Ganjar.
Kang Ganjar berharap dari “Sawala Mapag Sunda Kahareupna” bisa melahirkan kesepekatan upaya urang Sunda membangun peradabannya ikut membangun bangsa Indonesia, demi terwujudnya keadilan sosial dan masyaraka Indonesia yang adil dan makmur.
Deklarasi Padjadjaran
Kesepakatan dari “Sawala Mapag Sunda Kahareupna” peserta yang hadir menyepakati lahirnya Deklarasi Padjadjaran dan tindak lanjutnya akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Sunda (MPS) atau Majelis Permusyawaratan Rakyat Sunda (MPRS) dengan beranggotakan seluruh paguyuban atau komunitas Sunda yang ada di Jawa Barat dan Indonesia.
Pupuhu Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), Andri Perkasa Kantaprawira mengatakan bahwa “Sawala Mapag Sunda Kahareupna” telah melahirkan peristiwa yang bersejarah, yaitu Deklarasi Padjadjaran dan dibentuknya Majelis Permusyarawan Sunda (MPS) sekarang menjadi Majelis Musyawarah Sunda (MMS).
Andri menuturkan penjalanan panjang dan perjuangan urang Sunda untuk menuju peradaban Sunda Mulya, Nusantara Jaya telah melewati perjalan yang cukup panjang dari lahirnya Deklarasi Gerpis (2017), persiapan Kongres Sunda (2019-2023), Forum Sunda Ngahiji (FSN) di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), dan sekarang juga FSN ikut membidani dan telah melahirkan Deklarasi Padjadjaran dan Pembentukan Majelis Permusyawaratan Sunda (MPS).
Rentetan perjalanan dan perjuangan urang Sunda ini, kata Andri, setidaknya masih ada upaya urang Sunda untuk lebih mempertahankan dan terus berjuang untuk kepentingan urang Sunda dalam segala hal, termasuk ikut memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dari gempuran budaya asing.
“Insya Allah pembentukan MPS akan secepatnya dilaksanakan, dengan adanya MPS seperti hal suku-suku lain yang ada di Indonesia, urang Sunda mempunyai legitimasi kuat untuk memperjuangkan urang Sunda yaitu Sunda Mulya dan Nusantara Jaya,” kata Andri
Deklarasi Padjadjaran dibacakan oleh Mahpudi langsung di depan peserta setelah berakhirnya “Sawala Mapag Sunda Kahareupna”.
Hadir dalam kesempatan itu, mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Dr. Ade Sopandi, mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanudin Abdullah, Letjen (Purn.) Iwan Sulanjana, Dr. Nina Hikmawati, dan sekitar 250 peserta yang hadir dari perwakilan paguyuban atau komunitas Sunda dari Jawa Barat dan seluruh pelosok Indonesia.
Tindak Lanjut dan Langkah dari Deklarasi Padjadjaran
Lima ratus tokoh Sunda di Jawa Barat menghadiri peresmian Majelis Musyawarah Sunda (MMS) di Gedung Sate, Jln. Diponegoro Bandung, Senin, (08/07/2024). Andri Perkasa Kantaprawira menegaskan MMS merupakan tidak lanjut pertemuan sebelumnya, yaitu para kasepuhan dan tokoh-tokoh Sunda melalui “Sawala Mapag Sunda Kahareupna” yang berlangsung di Graha Sanusi Hardjadinata, Unpad, pada 19 Agustus 2023.
“Saat pertemuan di Graha Sanusi telah melahirkan Deklarasi Padjadjaran yang merekomendasikan pembentukan Majelis Masyarakat Sunda (MMS),” kata Andri.
Majelis Masyarakat Sunda, kata Andri, terdiri dari Pini Sepuh, Dewan Pakar dan Dewan Pekerja yang diharapkan mampu menjadi “Gunung Pananggeuhan” (Boards of Trustees) bagi masyarakat Sunda dalam menjawab persoalan, mengembangkan potensi dan membangun peradaban masyarakat Sunda yang maju dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Alhamdulillah 500 tokoh terdiri dari pini sepuh, dewan pakar, dan dewan pekerja telah menyatakan kesiapannya untuk hadir dalam peresmian MMS di Gedung Sate Bandung besok,” tegas Andri.
Sekda Jawa Barat, Herman Suryatman yang hadir dalam peresmian MMS mengatakan penduduk Jawa Barat hampir mencapai 50 juta jiwa. Ia menegaskan dengan jumlah yang cukup banyak ini merupakan aset yang sangat besar dan dahsyat untuk membangun Jawa Barat.
Herman mengaku sangat “reueus” bisa berhadapan dengan pini sepuh dan tokoh Sunda yang berkumpul di MMS untuk bersama-sama ke depan memikirkan kemajuan Tatar Sunda atau Jawa Barat lebih maju lagi, terdepan di antara provinsi yang ada di Nusantara.
“Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap menjadi mitra MMS dan bersama-sama membangun Tatar Sunda, siap menerima masukan untuk kepentingan mendorong urang Sunda menjadi terdepan dalam segala bidang,” kata Herman.
Ketua Panitia Pelaksana Peresmian Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Andri Perkasa Kantaprawira menuturkan perjalanan cukup panjang lahir MMS sangat alot dan berangkat dari semangat agar urang Sunda bisa bersatu sabilulungan dan sabeungkeutan membangun Tatar Sunda.
Andri menjelaskan sejak digelarnya Silaturahmi Nasional Masyarakat Jawa Barat dan Sunda Pangumbaraan (22 Agustus 2022) yang diajukan oleh Forum Sunda Ngahiji (FSN) dan difasilitasi Pemprov Jawa Barat di Gedung Merdeka.
Majelis Permusyawaratan Sunda (MPS)
MPS imbuh Andri, bukan lembaga negara dan lembaga sosial masyarakat (LSM) akhirnya nama agar lebih familiar menjadi Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dengan visi dan misi Sunda Mulia Nusantara Jaya dihargai dan dihormati oleh suku dan bangsa yang lainnya.
Seperti yang dicita-citakan Otto Iskandar Di Nata, Indonesia yang bersatu adil dan makmur juga cita-cita tokoh yang lainnya di antaranya Ema Bratakusuma, Ukar Bratakusuma, Ir. Djuanda Kartawidjaya, Sutisna Senjaya, dan masih banyak yang lainnya
“MMS bukan hanya untuk orang Jawa Barat saja, tapi juga untuk Provinsi Banten, Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Sunda pangumbaraan, dan urang Sunda yang mengembara di luar negeri,” kata Andri yang juga pupuhu Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis).
Prof. Dr. Ganjar Kurnia salah satu pini sepuh MMS menandaskan tantangan urang Sunda ke depan akan semakin berat. Tentunya urang Sunda tidak bisa berdiam diri perlu bersama-sama memikirkan bangsa Sunda ke depan. Ia menegaskan banyak perubahan yang terjadi di Tatar Sunda atau Jawa Barat. Nuansa kesundaan. kata Ganjar, sedikit-sedikit terus bergeser, terus meredup, dan menghilang.
“Dari keprihatinan ingin membantu Pemprov Jabar agar orang Sunda menjadi lebih maju lahirlah MMS,” kata Ganjar
Hal serupa ditegaskan Prof. Dr (HC) Ir. Burhanudin Abdullah MA. Ia menegaskan tantangan perekonomian Jawa Barat sangat berat, diantaranya penurunan ekonomi di sektor industri tekstil, alas kaki, dan elektronik, serta rendahnya produktivitas sektor pertanian dan disparitas kegiatan ekonomi dan sosial antar wilayah di Jawa Barat.
“Lahirnya MMS diharapkan bisa mendorong dan membantu Pemprov Jawa Barat bagaimana upaya pemecahan dan permasalahan yang ada di Jawa Barat terutama dalam bidang perekonomian,” kata Burhanudin
Hadir dalam peresmian MMS ratusan pini sepuh, pakar, dan tokoh Sunda, di antaranya: (1) Dr. (HC) Ir. Burhanudin Abdullah; (2) Dr. Ade Supandi, S.E., M. AP; (3) Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA; (4) Taufiequrahman Ruki mewakili Banten; (5) Zaenudin, S.H., M.H.; Bang Oding mewakili Betawi. (Kelima tokoh simbolik ini yang diserahkan kujang gunung pananggeuhan dan iket mega mendung oleh Sekda Jabar didampingi tokoh pini sepuh lainnya yaitu K.H. Abun Bunyamin, Komjen Pol (Purn.) Nanan Sukarna, S.H.; Prof (Emer) Dr. Ir. R.P. Koesoemadinata (geolog senior usia 86 tahun, putra Rd. Machyar Anggadinata), dan; Dra. Hj. Eni Sumarni).
Pini sepuh dan Pakar Mayjen (Purn.) Iwan Sulanjana, Mayjen (Purn.) Tatang Zaenudin, Dr. K.H. Ahmad Heryawan; Dr.Ir. Cahyana Ahmadjayadi; Januar P. Ruswita; Dindin S. Maolani, S.H.; Dr. K.H. Adang Hambali,; Rd. Holil Aksan Umarzein; Prof. Dr. Yuddy Chrisnandy; Moh. Jumhur Hidayat; Agung Suryamal Sutisno; Ilham Habibie; Cucu Sutara; Rudy Rakian; mantan Wakil Jaksa Agung Dr. Sunatra, SH,M.H., dan epidemolog moncer dari Griffith University, dr. Dicky Budiman, Ph.D. mewakili diaspora Sunda.
Hadir pula Jenderal (Pur) Budiman; Prof. Didin S. Damanhuri; Dr. (HC) Dra. Hj. Popong Otje Djundjunan; Prof. Dr. Chye Retty Isnendes, S.Pd, M.Hum; Yudi Latif, Ph.D; Dharmawan Hardjakusumah (Acil Bimbo); Mochamad Reza Sewaka (cicit Gubernur Sewaka), dan banyak lagi yang lainnya.
***
Judul: Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Mapag Sunda Kahareupna, dan Deklarasi Padjadjaran
Penulis/Jurnalis: Agung Ilham Setiadi
Editor: Jumari Haryadi