“Lumbung Pangan Desa”

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Selasa (17/06/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “”Lumbung Pangan Desa”” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah desa di Indonesia yakni 74.961 desa. Sementara, Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki desa paling banyak (8.576 desa). Jumlah tersebut lebih banyak 7 desa dibandingkan dengan Jawa Tengah yakni 8.569 desa. Setelah nya baru Provinsi Jawa Barat, sekitar 5600 desa.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Jumlah desa yang cukup besar ini merupakan potensi bagi pengembangan Lumbung Pangan yang dalam tataran operasional dapat bersinergi dengan program Cadangan Pangan Desa. Ini perlu dicermati, karena Cadangan Pangan dan Lumbung Pangan merupakan program nyata untuk mewujudkan Ketahanan Pangan yang kokoh dan kuat di pedesaan.

Di sisi lain, PP 8/2016 mengartikan dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan dana desa ini digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat

Satu hal yang menarik untuk dicermati dan telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden nomor 104 tahun 2021 tentang Rincian APBN TA 2022 disebutkan bahwa Dana Desa ditentukan penggunaannya untuk program ketahanan pangan dan hewani paling sedikit 20% (dua puluh persen). Angka ini cukup besar dan penggunaan nya butuh perencanaan yang cukup matang.

Sebagaimana diketahui bersama, dimulai pada pertengahan 2020, proyek lumbung pangan nasional digadang-gadang sebagai solusi mengatasi ancaman krisis pangan masa depan. Terlebih-lebih setelah Badan Pangan Dunia (FAO) mewanti-wanti akan terjadi nya krisis pangan sebagai dampak ada nya pandemi Covid 19.

Beberapa negara produsen pangan, khusus nya bangsa yang sebagian besar warga bangsa nya sangat menggantungkan diri terhadap bahan pangan beras, dihimbau agar serius dan jangan pernah merasa ragu dalam meningkatkan ketersediaan pangan guna memantapkan ketahanan pangan yang semakin berkualitas.

Himbauan FAO ini tentu sangat penting kita cermati dengan seksama. Kita ingin bangsa ini selamat dari bencana, sekira nya krisis pangan global betul-betul menyergap bangsa-bangsa di dunia. Kita perlu menyiapkan perencanaan yang cukup matang, sehingga tidak lagi tergopoh-gopoh menghadapi nya. Sergapan Covid 19 sangat baik untuk dijadikan bahan pembelajaran.

Semangat dan hasrat untuk melahirkan Indonesia sebagai lumbung pangan, rupa nya pantas untuk diberi acungan jempol. Keinginan seperti ini, jelas bukan halusinasi. Apalagi bila disebut mimpi di siang bolong. Dengan kekayaan sumber daya pertanian yang dimiliki, mesti nya Indonesia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan nya.

Justru yang menjadi persoalan adalah apakah kita dapat meraih nya ? Apakah segenap warga bangsa mempunyai semangat yang sama guna menjadikan Tanah Merdeka ini sebagai lumbung pangan ? Dan yang tidak kalah penting nya untuk disampaikan adalah apakah sudah ditemukan terobosan cerdas dalam penerapan nya di lapangan ?

Dari seabreg pilihan untuk membangun Lumbung Pangan, pengembangan Lumbung Pangan Desa, merupakan langkah yang cukup pas untuk dilakukan. Etapa kuat nya Lumbung Pangan Nasional, ketika setiap Desa di negeri ini memiliki Lumbung Pangan. Setidak nya, ada lebih dari 81 ribu desa yang potensil untuk menjadi Lumbung Pangan beragam komoditas jenis pangan.

Setiap desa, tentu memiliki kekhasan dalam mengembangkan Lumbung Pangan. Ada yang membangun Lumbung Pangan komoditas gabah atau beras. Ada juga jagung, kedele, buah-buahan, sayur-sayuran, tananan perkebunan seperti kopi, teh, dan lain sebagai nya. Betapa beragam nya Lumbung Pangan Indonesia sesuai dengan kondisi Desa nya masing-mazsng.

Ada nya kemauan politik Pemerintah untuk mematok sekurang-kurang nya 20 % anggaran dana desa digunakan untuk Ketahanan Pangan, sebetul nya hal ini dapat menjadi pemicu agar setiap Desa mampu membangun Lumbung Pangan. Betapa semarak nya Desa yang mengembangkan Lumbung Pangan. Tinggal sekarang, bagainana teknis pelaksanaan nya.

Penting dicatat, membangun Lumbung Pangan butuh ketelatenan dan keseriusan dari mereka yang menangani nya. Kehadiran dan keberadaan para Penyuluh Pertanian dan tokoh tani di desa, benar-benar sangat dimintakan. Mereka harus menjadi mitra Pemerintah Desa dalam merumuskan pengembangan Lumbung Pabmngan Desa ini.

Sebagai “obor” yang diharapkan mampu menerangi kehidupan petani, para Penyuluh tetap dimintakan untuk dapat mendidik, melatih dan memberdayakan para petani terkait dengan langkah pengembangan Lumbung Pangan. Penyuluh Pertanian penting mengajak para petani untuk menerapkan prinsip-prinsip sinergitas dan kolaborasi dalam pelaksanaan pengembangan Lumbung Pangan ini.

Kita percaya para Penyuluh Pertanian telah memiliki teknologi dan inovasi guna menopang pengembangan Lumbung Pangan di pedesaan. Beberapa program Lumbung yang selama ini sudah ditempuh, diharapkan mampu jadi teladan untuk menguatkan Lumbung Pangan selanjut nya. Betapa keren nya Indonesia, jika di setiap Desa memiliki Lumbung Pangan yang berkualitas.

***

Judul: “Lumbung Pangan Desa”
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *