Kemampuan Bulog Menyerap Gabah Petani

Artikel ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

Ilustrasi: Gabah petani di sawah - (Sumber: Bing Image Creator AI)

MajmusSunda News, Jumat (10/01/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul ”Kemampuan Bulog Menyerap Gabah Petani” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ada kekhawatiran dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman, terkait dengan pencapaian swasembada pangan 2027. Kalau Perum Bulog tidak mampu menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya, dapat dipastikan swasembada pangan, utamanya beras akan terganggu. Lebih gawat lagi, jika produksi berasnya anjlok, sehingga tidak mampu mencapai target yang ditetapkan. 

Pengalaman lebih rendah nya produksi beras secara nasional tahun 2024, dibandingkan produksi beras tahun 2023, benar-benar merupakan pukulan telak bagi bangsa yang tengah berjuang keras meraih swasembada pangan dalam 3 tahun mendatang. Produksi beras di Indonesia pada tahun 2024 diperkirakan sekitar 30,34 juta ton, dengan penurunan sebanyak 757.130 ton atau 2,43% dari tahun sebelumnya, yang mencapai 31,10 juta ton.

Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Turunnya produksi beras di tengah gencarnya Pemerintah menggenjot produksi setinggi – tingginya menuju swasembada, jelas sangat menyakitkan. Sebab, secara akal sehat, mestinya dengan seabrek ikhtiar yang ditempuh, tidak seharusnya produksi beras melorot dengan angka cukup signifikan. Ini terjadi, tentu saja menimbulkan tanda tanya besar.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian sering menuding yang menjadi biang kerok dan penyebab utama menurunnya produksi beras, karena terjadinya iklim ekstrim seperti sergapan El Nino yang masih belum mampu ditangani dengan baik. Masalahnya semakin parah, seiring dengan itu berlangsung pula musim kemarau yang cukup panjang.

Akibatnya wajar bila di berbagai daerah sentra produksi padi, banyak dilaporkan gagal panen, sehingga membuat produksi beras anjlok. Sebelumnya, Kementerian Pertanian telah melakukan kajian, potensi turunnya produksi berkisar antara 380 ribu ton hingga 1,2 juta ton. Catatan kritisnya bagaimana dengan produksi beras untuk tahun 2025?

Berita penting dari Pemerintah terkait tahun 2025, Menko bidang Pangan telah menyatakan untuk tahun ini, bangsa ini akan menghentikan impor beberapa jenis komoditas pangan seperti bwras, jagung untuk pakan ternak, gula konsumsi dan garap. Khusus untuk beras, keputusan semacam ini tentu cukup mengagetkan. Soalnya untuk tahun 2024 produksi beras nasional kita anjlok.

Lantas, apa sebetulnya yang membuat Pemerintah mengumumankan bangsa ini tidak akan impor beras di tahun 2025? Padahal, kita juga tahu, impor beras bukanlah kebijakan yang diharamkan. Bahkan menurur regulasi yang ada, impor beras merupakan salah satu pilihan untuk memperkokoh ketersediaan pangan nasional. 

Namun begitu, ada juga suara-suara sumbang untuk memberi alasan mengapa tidak akan impor beras lagi. Pertama, karena pada tahun 2024 telah melakukan impor besar-besaran sekitar 4 juta ton. Kedua, karena cadangan beras Pemerintah sudah cukup kuat. Pemerintah mengakui sampai dengan penghujung tahun lalu, cadangan beras ditengarai sudah hampir mendekati angka 2 juta ton beras. 

Ketiga, karena tidak ada lagi kebutuhan beras dalam jumlah besar yang bernuansakan politik seperti Program Bantuan Langsung Beras. Keempat, Pemerintah optimis produksi beras secara nasional untuk tahun 2025 dapat lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, terlebih ketimbang tahun lalu. Target produksi 32,8 juta ton diharapkan tercapai. Dan kelima secara politis, isu ini semakin meyakinkan pencaoaian swasembada pangan 2027.

Suara-suara seperti ini kerap terdengar ketika orang-orang mencari alibi, mengapa kita tidak akan impor beras tahun 2025. Yang jadi masalah adalah sekiranya iklim dan cuaca tidak berpihak ke pertanian sebagaimana sergapan El Nino di tahun 2023 lalu? Kalau produksi beras secara nasional anjlok cukup signifikan, maka dari mana lagi kita akan memperoleh beras, padahal opsi impor telah distop?

Dihadapkan pada suasana seperti ini, tidak bisa tidak dalam panen raya padi yang dimulai Februari 2025, Perum Bulog harus mampu menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya agar kekuatan beras Pemerintah mencukupi kebutuhan dalam negeri. Penyerapan besar-besaran ini sangat dibutuhkan agar beras tidak dikuasai sepenuhnya oleh para pelaku bisnis di lapangan.

Bila memungkinkan di beberapa daerah sentra produksi padi Perum Bulog dapat menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Pengadaan Gabah Dalam Negeri yang pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di daerah masing-masing atau dengan pemangku kepentingan lainnya. Satgas bisa dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan.

Keberadaan Perum Bulog dalam melakukan penyerapan gabah petani, tentu tidak hanya dimaksudkan untuk memperoleh gabah sebanyak-banyaknya, namun juga memastikan penghasilan petani meningkat, sehingga kesejahteraannya semakin membaik. Ini berarti Bulog perlu membeli gabah petani dengan harga wajar dan memberi untung bagi petani. 

Untuk melaksanakan tugas mulia ini, kita percaya Perum Bulog telah menyiapkan segala rupanya secara rapih, sehingga pada saatnya nanti, sudah tinggal menggelinding. Mari kita lihat perkembangannya. (PENULIS, KETUA DEWAN PAKAR DPD HKTI JAWA BARAT).

***

Judul: Kemampuan Bulog Menyerap Gabah Petani
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *