Heboh Soal Surplus Beras

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Rabu (18/06/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Heboh Soal Surplus Beras” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Terjadi perdebatan cukup hangat di berbagai kalangan, khususnya mereka yang tertarik dengan dunia perberasan. Isu yang diangkatnya, “kok bisa setelah bertahun-tahun melakukan impor beras, kini langsung surplus beras”. Bahkan ada pejabat Pemerintah yang menyebut, diakhir tahun ini, Indonesia bakal memiliki surplus beras antara 4 hingga 5 juta ton.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Sesungguhnya, ada beberapa kemungkinan alasan, mengapa Indonesia mengalami surplus produksi setelah 10 tahun impor. Paling tidak, ada lima argumen yang dapat disampaikan. Pertama, karena terjadinya peningkatan produksi. Artinya, produksi domestik meningkat signifikan karena perbaikan teknik pertanian, penggunaan benih unggul, dan peningkatan infrastruktur pertanian.

Kedua, karena dukungan kebijakan Pemerintah. Dalam hal ini, Pemerintah mungkin telah menerapkan kebijakan yang mendukung peningkatan produksi, seperti subsidi pupuk, kredit pertanian, dan program lainnya. Ketiga, terjadinya perubahan Iklim. Kondisi iklim yang lebih baik dapat meningkatkan hasil panen dan produksi.

Keempat, investasi di sektor pertanian. Adanya investasi di sektor pertanian, seperti pembangunan infrastruktur dan teknologi, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Kelima, karena perubahan pola konsumsi. Artinya, perubahan pola konsumsi masyarakat dapat mempengaruhi permintaan produk pertanian dan menyebabkan surplus produksi.

Namun, perlu diingat bahwa surplus produksi juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti perubahan harga pasar, kebijakan perdagangan internasional, dan lain-lain. Yang pasti terjadinya surplus beras tahun 2025, lebih disebabkan oleh meningkatnya produksi sebagai akibat dari keberpihakan nyata Pemerintahan Presiden Prabowo terhadap sektor pertanian.

Di sisi lain, ada juga pandangan yang menyebut surplus beras di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa fenomena, antara lain terjadinya peningkatan produksi. Artinya, produksi beras dalam negeri meningkat signifikan karena perbaikan teknik pertanian, penggunaan benih unggul, dan peningkatan infrastruktur pertanian.

Pada semester pertama 2025, produksi beras mencapai 18,76 juta ton, sedangkan konsumsi hanya 15,43 juta ton, sehingga terjadi surplus 3,3 juta ton. Selanjutnya karena panen raya. Musim panen raya yang terjadi pada bulan Maret juga dapat menyebabkan surplus beras. Fenomena ini merupakan siklus tahunan akibat puncak produksi gabah nasional. Juga adanya kebijakan Pemerintah.

Dalam hal ini, Pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk meningkatkan produksi beras dan membantu petani, seperti penetapan harga gabah kering panen dan penyerapan produksi dalam negeri untuk stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Dan juga pengelolaan stok. Pemerintah juga perlu mengelola stok beras dengan baik untuk memastikan ketersediaan dan stabilitas harga.

Atas fenomena demikian, dapat ditegaskan, surplus beras yang diraih, bisa menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan ketersediaan beras di pasar. Namun, juga perlu diwaspadai potensi dampak negatif seperti penurunan harga jual beras bagi petani jika tidak dikelola dengan baik.

Surplus beras adalah situasi di mana produksi beras dalam negeri melebihi kebutuhan atau konsumsi beras di dalam negeri. Artinya, jumlah beras yang diproduksi lebih banyak daripada jumlah beras yang dibutuhkan oleh masyarakat. Surplus beras dapat memiliki beberapa dampak, antara lain harga beras turun. Jika produksi beras melebihi kebutuhan, harga beras dapat turun karena penawaran yang lebih besar daripada permintaan.

Lalu, stok beras meningkat. Surplus beras dapat menyebabkan stok beras di gudang-gudang meningkat, yang dapat menjadi beban bagi pemerintah atau produsen beras. Kemudian, kesempatan ekspor. Surplus beras juga dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengekspor beras ke negara lain yang membutuhkan.

Namun, surplus beras juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik, seperti penurunan pendapatan petani karena harga jual beras yang rendah. Itu sebabnya, sedini mungkin Pemerintah sudah harus merancang strategi pembangunan pertanian ke depan, supaya surplus beras yang dicapai tidak melahirkan persoalan baru di masyarakat.

Setelah surplus beras, harapan yang dimintakan kepada Perum Bulog antara lain dalam mengelola stok beras. Perum Bulog diharapkan dapat mengelola stok beras dengan baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga stabilitas harga. Selanjutnya, menjaga harga beras. Perum Bulog dapat melakukan intervensi pasar untuk menjaga harga beras tetap stabil dan menguntungkan bagi petani.

Kemudian, meningkatkan ekspor. Petum Bulog dapat memanfaatkan surplus beras untuk meningkatkan ekspor beras ke negara lain, sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara. Lalu, mendukung petani. Perum Bulog dapat membantu petani dengan membeli beras dari mereka dengan harga yang wajar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Terakhir, menjaga ketersediaan beras. Perum Bulog diharapkan dapat menjaga ketersediaan beras di pasar, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. Dengan demikian, Perum Bulog dapat memainkan peran penting dalam mengelola surplus beras dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

***

Judul: Heboh Soal Surplus Beras
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *