Benarkah Indonesia Surplus Beras?

oleh: Ir. Entang Sastraatmadja

MajmusSunda News, Kolom OPINI, Jawa Barat, Sabtu (12/06/2025) – Artikel dalam Kolom OPINI berjudul “Benarkah Indonesia Surplus Beras?” ini ditulis oleh: Ir. Entang Sastraatmadja, Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat dan Anggota Forum Dewan Pakar Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Majelis Musyawarah Sunda (MMS).

Ada kaitan cukup erat antara peninglatan produksi dengan surpkus beras. Peningkatan produksi beras dapat menyebabkan surplus beras karena produksi beras yang meningkat dapat melebihi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri. Jika produksi beras meningkat, maka ketersediaan beras akan meningkat, dan jika konsumsi beras tidak meningkat secara proporsional, maka akan terjadi surplus beras.

Ir. Entang Sastraatmadja, penulis – (Sumber: tabloidsinartani.com)

Ada beberapa cara bagaimana peningkatan produksi dapat menyebabkan surplus beras. Paling tidak, ada tiga hal yang dapat dogambarkan. Pertama, produksi melebihi konsumsi. Jika produksi beras meningkat, tetapi konsumsi beras tidak meningkat secara proporsional, maka akan terjadi surplus beras.

Kedua, ketersediaan beras meningkat. Peningkatan produksi beras dapat meningkatkan ketersediaan beras, sehingga jika konsumsi beras tidak meningkat, maka akan terjadi surplus beras. Ketiga, stok beras meningkat. Jika produksi beras meningkat, maka stok beras juga akan meningkat, sehingga jika konsumsi beras tidak meningkat, maka akan terjadi surplus beras.

Dalam konteks Indonesia, peningkatan produksi beras dapat menyebabkan surplus beras karena produksi beras yang meningkat dapat melebihi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengelola surplus beras dengan baik untuk memastikan ketersediaan beras yang stabil dan harga yang wajar.

Pertanyaan pentingnya adalah apakah saat ini Indonesia tengah menghadapi surpkus beras ? Jawabannya, ya, Indonesia sekarang mengalami surplus beras. Menurut data Badan Pangan Nasional (NFA), pada semester pertama tahun 2025, Indonesia diprediksi surplus beras sebesar 3,3 juta ton. Surplus ini berasal dari produksi beras yang mencapai 18,76 juta ton, sementara konsumsi beras hanya sekitar 15,43 juta ton.

Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa surplus ini merupakan hasil kerja keras pemerintah dalam meningkatkan produksi beras dalam negeri. Pemerintah juga telah menetapkan harga gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kilogram untuk membantu petani dan meningkatkan produksi.

Surplus beras ini juga berdampak pada ketersediaan stok beras pemerintah. Per 4 Mei 2025, total beras dalam kelolaan Bulog telah mencapai 3,5 juta ton, yang berasal dari transfer stok akhir 2024 dan hasil penyerapan setara beras sekitar 1,9 juta ton.

Berdasarkan pengamatan yang menyeluruh, penyebab surplus beras di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain terjadinya
peningkatan produksi. Produksi beras yang meningkat dapat menyebabkan surplus beras. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti peningkatan luas panen, peningkatan produktivitas, dan penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik.

Selanjutnya, ada kebijakan pemerintah yang mendukung. Kebijakan pemerintah yang mendukung pertanian, seperti penetapan harga gabah minimum, subsidi pupuk, dan bantuan teknis, dapat meningkatkan produksi beras dan menyebabkan surplus. Kemudian, cuaca yang mendukung. Artinya, cuaca yang mendukung, seperti curah hujan yang cukup, dapat meningkatkan produksi beras dan menyebabkan surplus.

Bisa juga pengelolaan pasokan yang efektif. Pengelolaan pasokan beras yang efektif oleh pemerintah dan Bulog dapat membantu meningkatkan ketersediaan beras dan menyebabkan surplus. Atau terciptanya, penyerapan gabah yang optimal. Penyerapan gabah yang optimal oleh Bulog dan pemerintah dapat membantu meningkatkan produksi beras dan menyebabkan surplus.

Dalam kasus surplus beras di Indonesia, beberapa faktor yang disebutkan di atas mungkin cukup berperan, seperti peningkatan produksi, kebijakan pemerintah, dan pengelolaan pasokan yang efektif. Itu sebabnya, apa yang telah ditempuh selama ini perlu dipertahankan, sekaligus dicarikan perbaikan dan penyempurnaan agar lebih optimal lagi.

Untuk mempertahankan surplus beras, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah pertama, meningkatkan produksi yang berkelanjutan dengan meningkatkan luas panen, produktivitas, dan penggunaan teknologi pertanian yang lebih baik. Kedua, mengelola pasokan beras yang efektif dengan memantau ketersediaan beras, mengatur distribusi, dan menghindari kekurangan atau kelebihan pasokan.

Ketiga, menjaga harga beras yang stabil dengan mengatur harga gabah minimum, mengelola stok beras, dan menghindari fluktuasi harga yang besar. Keempat, meningkatkan kualitas beras dengan meningkatkan kualitas gabah, pengolahan beras yang lebih baik, dan meningkatkan standar kualitas beras. Kelima, diversifikasi produk beras dengan mengembangkan produk olahan beras, seperti beras organik, beras merah, dan lain-lain.

Keenam, mengembangkan infrastruktur pertanian, seperti irigasi, jalan, dan gudang, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Ketujuh, memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petani tentang teknologi pertanian yang lebih baik, pengelolaan pasokan, dan kualitas beras. Kedelapan, mengembangkan kerja sama dengan stakeholders, seperti petani, pedagang, dan konsumen, untuk meningkatkan produksi, pengelolaan pasokan, dan kualitas beras.

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, surplus beras dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan, sehingga ketersediaan beras yang stabil dan harga yang wajar dapat tercapai. Inilah sebetulnya, beberapa catatan penting, terkait dengan surplus beras yang kini kita capai.

***

Judul: Benarkah Indonesia Surplus Beras?
Penulis: Ir. Entang Sastraatmadja 
Editor: Jumari Haryadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *